Mohon tunggu...
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pintar, bisanya hanya membanggakan nusantara lama.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kebenaran yang Hilang

23 April 2015   10:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faraq Fouda, Bisa di bilang tokoh kritis terhadap dogma kekhalifahan dan syariat Islam. Seorang Filosof Muslim asal Mesir. Beseberangan dengan tokoh yang dianggap ahli Fikih Modern abad ini Syeikh Muhammad Al Gazali dan Syeikh yusuf Qardawi. Jika dipelajari lebih lanjut hasil debat korespondensi, artikel dan debat secara langsung akan banyak memberikan masalah tentang jalan keluar yang menjelaskan kepada orang-orang bagaimana penerapan syariah di negara Islam : memecahkan masalah perumahan , upah , inflasi , utang luar negeri , produktivitas di sektor publik , pendidikan, ekonomi , dan kewarganegaraan egaliter , terutama yang berkaitan dengan perempuan dan agama minoritas.

Seperti tokoh pembaharuan Kristen Calvin dan Thomas Aquinos yang mempelajari tentang perbedaan dan titik temu antara jalan Pemikiran Al Wadud Ibnu Rushyd dan Hujjatul Islam Al Ghazali yang kemudian melahirkan Reconquista dan Renainsance yang membuat Eropa saat ini menjadi pusat Ilmu pengetahuan dan Teknologi menggusur kedudukan Timur Tengah etrutama Baghdad dan Andalusia dengan Cordova yang selama 8 Abad menjadi the City Of Light nya dunia, menjadi Madina Al Zahra dan Madina As Salam. Artinya dalam setiap perbedaan manusia mempunyai titik temu yang mampu menjadi sumbangsih bagi peradaban dunia. Boleh beda asal rukun.

Pada titik akhirnya Faraq Fouda adalah nama yg harus di singkirkan dalam prespektif keilmuan sejarah Muslim. Perdebatannya dengan M Ghazali & Yusuf Qardhawi tentang fikih-fikih kontemporer menyebabkan beberapa pihak memvonis dia sesat dan halal darahnya. Maka algojo pun di siapkan dari ekstrimis-ekstrimis dan dia pun akhirnya membayar dengan nyawanya untuk sebuah idealisme Islam yang lebih toleran menurut beliau.

Buku ini akan mengguncang keyakinan anda kalau tidak bijak dalam mmbaca. Bagaimana manisnya kekuasaan tidak lagi memberikan rasa persaudaraan bagi kaum muslimin. Nikmatnya berebut perempuan antar khalifah itu sudah biasa. Dan membayangkan enaknya jd khalifah itu pasti akan ternyiang-nyiang dibenak pembaca. Meniduri budak wanita yang jumlahnya 4.000 manusia berbeda dalam hidupnya juga sudah pernah dilakukan. Anak - bapak saling baku hantam atas nama kekuasaan Khekalifahan, pembunuhan sampai anak cucu itu sudah biasa dilakukan.
Begitulah wajah kekhalifahan yang di gambarkan buku ini yang konon menjalankan syariat Islam. Dan buku ini pun mengambil sumber informasinya dari beberapa Sejahrahwan muslim yang luar biasa yaitu Syaikh Ibnu Katsir dan Syaikh Suyuthi. Yang jelas kalau sistem itu di laksanakan tidak membayangkan apa jadinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun