Saudara yang 'mengemis'...
Hal ini juga dikeluhkan olehteman-teman sebaya penulis, mengingat saat lebaran anak-anak kecil di dalam keluarga dengan entengnya berteriak "mana THR???" tanpa mengetahui apakah yang diminta memiliki sumber penghasilan.
Ketiga poin diatas benar-benar cocok dengan realita di sekitar lingkungan penulis terutama pada poin pertama, "pulang kampung" saat lebaran sudah menjadi agenda tahunan ditambah lagi keterbatasan gerak karena pandemi. Tidak mudah bagi tenaga kerja untuk mendapatkan izin pulang dengan rentetan syarat administratif yang harus dipenuhi, mudik juga merupakan buah dari urbanisasi agar rakyat dapat memperoleh kesejahteraan ekonomi. Mudik memanglah waktu yang singkat dan spesial, tapi alangkah baiknya jika tidak diisi dengan pamer pencapaian.
Pada poin kedua, hal ini benar-benar harus dibenahi secara total. Tujuan dari silaturahmi adalah mempererat tali silaturahmi dan meraih ridho ilahi, maka perilaku tercela semacam ini harus kita hindari dengan tidak merespon topik-topik negatif dan mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih bermanfaat bagi hubungan keluarga. Jadikan idul fitri sebagai titik nol dari dosa-dosa yang pernah dibuat, bukan titik awal membuat dosa-dosa baru.
Poin Ketiga, penulis beranggapan bahwa perilaku ini hanya sebuah ekspresi dan antusias anak-anak di dalam sebuah keluarga dikala lebaran tiba, hanya saja kita jangan membiarkan hal ini menjadi kebiasaan dan mengajarkan kepada mereka apa yang sebenarnya menjadi poin-poin penting perayaan idul fitri yang artinya bukan sekedar berpuasa sebulan penuh dan mendapatkan hadiah di hari lebaran.
Dengan demikian, kita dapat mengevaluasi hal-hal apa saja yang sebaiknya diamalkan dan ditinggalkan di perayaan hari-hari besar demi mendapatkan esensi dari hari yang kita rayakan.Â
Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H