Mohon tunggu...
Agung Pratama
Agung Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Pegiat isu sosial, politik, gender, dan media. netizen barbar tapi kritis.

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Palembang Kota Kriminal

14 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 19 Maret 2022   06:01 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

September 2016 adalah pertama kalinya bagi saya menetapkan untuk merantau ke ibukota provinsi dimana saya berasal, provinsi sumatera selatan. Saya yang berasal dari kampung masih cukup asing dengan suasana kota, walaupun hanya berjarak 120 Km dari rumah, kota Palembang hanya pernah saya kunjungi tidak melebihi hitungan jari.

Kesan pertama yang masih saya ingat dengan jelas dalam benak saya adalah 'crime', mengapa demikian? Bagi seorang perantau/pendatang, akses kendaraan umum adalah satu dari banyak kebutuhan utama, namun yang terjadi adalah pencopet merajalela di dalam angkutan umum dan bis kota.

Pada saat itu saya baru saja tiba di Kilometer 12 Kota Palembang, ingin menuju kampus UIN Raden Fatah dengan menyandang satu tas sandang padat terisi oleh-oleh dan sebuah kardus yang berisi koleksi buku-buku bacaan koleksi saya. Karena belum terlalu mengerti dengan keadaan sebenarnya, saya memutuskan untuk menumpangi bis kota mana saja yang menghampiri.

Awalnya semua tampak biasa saja sampai beberapa menit setelah itu saya melihat dua orang pria yang sedang mabuk, dua pria ini duduk berbaris di pojok kanan, satu pria duduk di kursi di depan saya bersama penumpang wanita, dan satunya lagi duduk bersebelahan dengan saya.

Jelas sekali di depan mata saya pria mabuk ini melakukan pelecehan terhadap perempuan disebelahnya, waktu itu saya belum cukup berani untuk menegur perbuatan semacam itu dan hanya memastikan perempuan itu baik-baik saja, karena ia sama sekali tidak berteriak ataupun meminta bantuan. Keadaan di dalam bis tidak begitu sepi, tapi tak ada satupun yang peduli dengan kejadian itu.

Pria disebelah saya berusaha mengalihkan perhatian karena ketertarikan saya dengan kejadian itu, ia melontarkan beberapa pertanyaan pribadi yang menyangkut identitas dan daerah asal saya. 

Meski demikian ia tak hanya melontarkan pertanyaan, tangannya meraba-raba bagian luar tas saya, menyadari hal itu dengan jelas saya hanya mendiamkannya saja karena tahu tidak menaruh barang berharga disana.

Tak lama kemudian saya beranjak tanpa bergeming sedikitpun sehingga menyebabkan pria disebelah menarik keras resleting tas dan menjatuhkan Al-Qur'an yang saya bawa, saya pun meminta kenek untuk menepi setelah kejadian itu.

Pengalaman buruk tidak berhenti sampai disana...

Setelah beberapa bulan dari kejadian di dalam bis kota, saya juga sempat kecurian uang di tempat saya mengontrak, bagaimana ini bisa terjadi?

Biasanya saya pergi berbelanja hanya dengan membawa uang secukupnya dan dompet saya tinggalkan di lemari. Kesalahan fatal yang saya perbuat adalah saya terlalu cepat percaya dengan seseorang dengan kemasan lugu. 

Dan ya, orang yang mencuri uang saya adalah tetangga akrab saya sendiri. Sebagai orang yang mudah bergaul, cepat beradaptasi, tentu mudah bagi saya me;ebarkan jaringan pergaulan di rantauan, namun kali ini saya keliru.

Seorang perempuan yang hanya bertaut 2 tahun dari saya berhasil mengelabui saya hanya dengan berusaha menjadi sahabat bagi saya, terlebih saya juga menganggapnya seperti kakak perempuan. Saking percaya saya pada saat itu, saya rela menitipkan kunci kamar dikala bepergian.

Saya tahu betul berapa jumlah uang yang berada di dalam dompet saya meski tak harus menghitung dengan sengaja, dia menggunakan trik yang cukup 'soft' karena hanya mengambil selembar setiap kesempatan, dan karena perangai baiknya pula saya sempat menyangkal tuduhan yang diarahkan kepadanya pada saat itu. Parahnya saya sampai menuduh orang lain dan membuat hubungan pertemanan merenggang.

Karena merasa dirugikan, saya langsung menemui seseorang yang saya tuduh waktu itu dan hanya berbicara empat mata sekitar pukul 20.00 WIB, respon yang mengejutkan adalah dia benar-benar mampu membela diri dengan alasan yang realistis dan membawa saya ke tetangga lama yang juga merupakan korban pencurian, saya benar-benar terkejut tak percaya sampai merencanakan untuk menaruh kamera di dekat dompet yang saya tinggalkan di lemari.

Pada pagi itu saya benar-benar melakukan apa yang telah terencana, menitipkan kunci kamar dengan berdalih ingin membeli sarapan, meninggalkan kamar kos kurang lebih selama 15 menit dengan berharap kebenaran akan terungkap, sepulangnya saya langsung menagih kunci kamar dan mengecek hasil rekaman dan benar saja... wajahnya jelas dan caranya mengambil uang saya benar-benar membuat saya tercengang.

Sebagai orang yang concern dengan kriminal saat itu saya segera memproses laporan ke kantor polisi terdekat.

Saya juga dilecehkan, meskipun saya seorang laki-laki...

Kasus berikutnya adalah pelecehan seksual, saya hanya bertahan selama satu tahun di kontrakan dimana saya sempat kecurian, diterima sebagai mahasiswa bidikmisi menghantarkan saya ke asrama mahasiswa dan wajib menetap disana selama satu tahun.

Pada saat itu saya sedang berjalan menuju tempat laundry dengan menjinjing satu plastik besar berisi selimut, di pertengahan jalan terdengar samar seseorang pria mengendarai sepeda motor memelankan tarikan gas dan menepi tepat di hadapa saya untuk menanyakan alamat, saya langsung menunjukkan arah jalan sesuai yang ia tuju tetapi ia malah berdalih "saya bingung, tempat ini asing" sontak pria ini mengambil plastik yang saya bawa dan menaruhnya di kail motor, ia juga mempersilahkan saya menyetir sepeda motor miliknya.

Di tengah perjalanan orang ini terus mempertanyakan informasi pribadi, dimana saya berkuliah, jurusan apa yang saya ambil, dan sebagainya. Namun perlahan saya menyadari bahwa tangan pria ini mulai bergerayangan di area kemaluan saya dan membuat saya berhenti mendadak di tengah keramaian kemudian memarahinya sampai mengalihkan perhatian orang-orang sekitar.

Hal-hal buruk juga terjadi kepada sahabat-sahabat saya...

Tindakan kriminal yang nominal kerugiannya cukup besar datang dari keluarga rantau saya sendiri, rekan satu kontrakan saya harus merelakan satu sepeda motor dicuri dikala kami sedang sholat magrib, padahal pada saat itu motor sudah dalam keadaan terkunci dan menggunakan kunci ekstensi di rem cakram.

Pencurian juga tidak terjeda sekalipun di bulan ramadhan di tahun 2018, saya dan rekan kos sempat tertipu dengan orang asing yang berpura-pura meminta bantuan mengangkat kayu tak lama setelah waktu sahur, satu per satu dari kami diangkut dari kontrakan menuju masjid di tengah komplek, tapi kami menyadari tidak ada satu bongkah kayu pun disana. Menyadari bahwa kami baru saja terperdaya, kami langsung berlari menuju kontrakan dan benar saja, satu unit telepon genggam berhasil diambil oleh orang asing tadi.

Rentetan kasus demikian seakan tiada habisnya selama saya berada di Palembang, sampai saya terpikir apakah Palembang ini tempat bagi orang-orang kriminal saja?

Kriminal di tempat umum...

Area kampus UIN Raden Fatah, disana perempuan tidak disarankan untuk berkeliaran ketika matahari mulai terbenam, kasus yang cukup rentan saat saya masih menjadi mahasiswa disana selain pencopetan adalah begal payudara bagi perempuan, meskipun seluruh mahasiswi telah menggunakan busana muslimah (hijab).

Selanjutnya pasar 16 ilir, dimana orang-orang daerah biasanya merestok persediaan barang atau berbelanja besar-besaran, saya memberikan peringatan keras bagi siapapun yang ingin berbelanja di pasar 16 ilir agar tidak menaruh dompet, ponsel, atau barang berharga di kantong celana bagian belakang, jangan pernah menyandang tas ke arah belakang.

Kunci untuk aman ketika berada di pasar 16 ilir adalah dengan tidak mempercayai siapapun, tidak iba dengan keadaan apapun orang-orang disana. Banyak sekali kejadian orang asing yang datang tiba-tiba meminta bantuan ketika ditanya "apa yang bisa dibantu" mereka hanya mengarahkan tanpa memberi tahu apa yang akan dilakukan, ini adalah jebakan.

Saya menekankan bagi pendatang baru jika bertemu dengan orang-orang dengan ciri-ciri yang saya sebutkan, jangan beri respon apapun, tinggalkan, dan pergilah ke tempat yang aman. Kenapa? Karena antar kriminal di kota palembang itu terhubung satu sama lain.

Masih di tempat yang sama, pasar 16 ilir juga menjadi tempat bagi penjahat bersenjata beraksi. Pernah di suatu pagi saya dan saudara pergi berbelanja sembako, seseorang terduduk lemas bersimbah darah di atas becak, tapi orang-orang sekitar tetap sibuk dengan kegiatan masing-masing seolah-olah di pikiran saya "look ! nobody cares".

Jadi, artikel ini saya harapkan dapat menjadi referensi dan pertimbangan bagi siapapun yang berencana untuk menetap/merantau ke kota Palembang yang juga dikenal sebagai kota pempek. Adapun kasus-kasus diatas sama sekali tidak saya tambah-tambahi ataupun dikurangi, semuanya murni pengalaman pribadi dan merupakan keluhan rekan-rekan selama hidup di kota Palembang.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun