2 hari yang lau, bertepatan pada 14 Oktober 2019, Dunia K-Pop kembali dikejutkan dengan meninggalnya penyanyi sekaligus aktris cantik pemeran "Goo Jae Hee"Â di drama to the beautiful you, pemeran yang dipasangkan dengan Choi Min Ho dikabarkan meninggal karena bunuh diri, belum diketahui kejelasannya, namun dugaan publik Sulli mengalami stres yang mendalam sehingga terdorong untuk melakukan aksi bunuh diri.
Bahasan mengenai bullying sudah saya senggol di tulisan sebelumnya (ulasan film joker), namun kali ini kembali mencuat karena adanya perundungan yang berujung maut. Urusan mental, ini kita harus tekankan lagi, bukanlah hal sepele. Dalam sudut pandang penulis, Sulli sudah mendapat banyak kritik pedas semenjak rilisnya film Real di tahun 2017 lalu, film yang cukup kontroversi dan diklaim sebagai film terburuk di korea pada saat itu.
Wanita kerap menjadi objek penindasan verbal, seperti yang dialami Sulli, kita tahu wanita menggunakan Emosi yang dominan dalam segala hal, termasuk cara berpikir. Dikutip dari situs Daily Mail, Selasa (27/10/2015) perundungan pada perempuan, kasusnya dua kali lebih banyak daripada laki-laki.
Sebelum media baru menjadi budaya populer, aksi perundungan hanya bisa terjadi di kehidupan nyata. Ini artinya, dunia maya juga menjadi ruang bagi perundung, memberikan tempat bagi mereka untuk berekspresi negatif di ruang lingkup daring. Ini adalah bagian kecil dari dampak media massa yang berkembang, sebuah masalah baru yang tidak pernah terpikirkan oleh researcher dan developer.
Sehubungan dengan terjadinya perundungan di antara masyarakat jejaring, kita tentu tidak dapat serta merta menyalahkan media sebagai rung publik. Manusia sebagai brainware haruslah dibekali dengan etika bermedia seperti yang diharapkan oleh setiap pengguna internet.Â
Dampak perkembangan media yang kedua, mari kita cermati pada dimensi yang berbeda, kita melihat Sulli sebagai objek yang malang karena harus merenggut nyawa karena kritikan di kolom komentar media sosialnya, lalu apa yang ada di dalam pikiran publik figur yang sengaja mencari sensasi dan rela dicaci maki supaya naik pamor?Â
Saya cukup bingung dengan keadaan pengguna medsos Indonesia dan luar Indonesia, di Indonesia perundungan siber tidak begitu tampak sebagai fenomena menakutkan, tapi malah sebagai ajang mencari panggung.
Sejauh ini pun, orang-orang berlomba untuk mencoba viral dengan cara terbodoh sekalipun, beberapa dari pengguna  bahkan membahayakan diri sendiri/orang lain hanya untuk sekedar viral.