Mohon tunggu...
Agung Pratama
Agung Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Pegiat isu sosial, politik, gender, dan media. netizen barbar tapi kritis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Literasi Media bagi anak-anak Digital Native

24 Juli 2019   14:52 Diperbarui: 24 Juli 2019   15:10 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (hospitalitynet.org)

Selamat Hari anak Nasional !

Selamat datang di era masa depan, dimana setiap anak sudah dikelilingi dengan apik oleh teknologi yang terjaring internet. Kendati sebelumnya, Apa itu Digital Native? Mengutip dari artikel Binus University,

Marc Prensky menciptakan istilah digital native pada tahun 2001, dan kemudian menguraikan konsepnya pada tahun 2009, pada kesempatan yang lain. Dia mengatakan digital native  adalah generasi muda yang semua "pembicara asli" dari bahasa digital komputer, video game dan internet. Digital native  adalah seorang individu yang lahir setelah adopsi teknologi digital.

Ringkasnya, Digital Native adalah semua anak-anak yang telah lahir dan tumbuh kembangnya sudah ditemani oleh benda-benda digital, yang paling dimaksud adalah smartphone. Nah, smartphone telah mengalihkan suatu budaya kanak-kanak yang riang dengan bermain di halaman bersama teman-teman sebaya menjadi budaya jeprat jepret selfie kemudian diposting di sosial media.

Berikutnya sosial media, anak-anak Sekolah Dasar dan menengah tidak mau ketinggalan tren termasuk dalam penggunaan sosial media, nah apakah ini akan berlangsung baik-baik saja? tentu saja tidak, jika kita telisik sosial media seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, dan sebagainya. Ada banyak sekali anak-anak yang ikut meramaikan linimasa dan kolom komentar suatu postingan, sehingga menyebabkan anak-anak berpotensi menulis dan membaca komentar tidak senonoh, karena minimnya filter pada sosial media.

Mengapa Literasi Media itu penting?

Tidak semua sosial media memiliki sistem filtrasi yang memadai, untuk itu mengawasi penggunaan media digital smartphone pada anak-anak amatlah penting agar mereka tidak mengonsumsi konten yang tidak layak dan bukan menjadi asupan seusianya seperti  konten kekerasan, gore, pornografi, ujaran kebencian, dan SARA.

Tidak kalah penting selanjutnya adalah berita bohong, mengutip dari Jurnal M. Ravii Marwan dan Ahyad,

Pertumbuhan pengguna internet dari tahun ke tahun selalu meningkat cukup signifikan, hal tersebut sangat berdampak pada peristiwa penyebaran berita bohong atau hoax yang kian marak diperbincangkan oleh para netter di Indonesia. Pihak yang menyebarkan berita hoax ini memiliki tujuan, salah satunya adalah untuk menggiring opini masyarakat dan kemudian membentuk persepsi yang salah terhadap suatu informasi yang sebenarnya.

Hoax dan berita bohong bukanlah hal sepele, memberikan edukasi media digital kepada anak di usia dini bukanlah suatu hal yang terlalu cepat untuk dilakukan, sebab dampak dari sebuah informasi bohong yang disebarluaskan dalam waktu yang panjang dapat merugikan banyak pihak, termasuk dalam lingkungan pendidikan. Tidak sedikit pelajar dan akademisi menjadi cacat pemahamannya hanya karena sebuah berita bohong.

Survei Penggunaan Media Digital

Beberapa waktu lalu, penulis dan rekan melakukan survei terhadap rekan-rekan mahasiswa yang menggunakan Sosial Media, Survei ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting Media Digital sebagai Sumber informasi, Adapun responden yang dijadikan sumber data adalah mahasiswa yang rentang usianya 16-25 tahun berjumlah 57 orang.

Pertanyaan 1. Apakah anda seorang pecandu media online?

Pie diagram pertanyaan 1 (dokpri)
Pie diagram pertanyaan 1 (dokpri)

Berdasarkan hasil survei dengan metode kuesioner yang diperoleh, sebanyak 66,7% pengguna internet adalah pecandu media online, ini adalah jumlah yang melebihi setengah populasi sampel.

Pertanyaan 2. Apakah Anda menjadikan media online sebagai sumber berita?

Pie diagram pertanyaan 2 (dokpri)
Pie diagram pertanyaan 2 (dokpri)

Pengguna internet juga sebanyak 77,2% menjadikan media online sebagai sumber berita, dari sini kita bisa melihat bahwa orang-orang milenial juga banyak memilih referensi berita di media digital.

Pertanyaan 3. Apakah anda sering mendapati hoax di media online?

Pie diagram pertanyaan 3 (dokpri)
Pie diagram pertanyaan 3 (dokpri)

94,7% responden mendapati hoax di media online, karena fakta inilah kami menawarkan metode edukasi ini sebagai inovasi memberantas hoax.

Pertanyaan 4. Apakah anda pernah tak sengaja menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya?

Pie diagram pertanyaan 4 (dokpri)
Pie diagram pertanyaan 4 (dokpri)

Masih ada 31,6% responden yang tidak sengaja ikut menyebarkan hoax, dan 68,4% menyatakan tidak pernah ikut menyebar hoax.

Pertanyaan 5. Perlukah diadakan Edukasi untuk meminimalisir penyebaran hoax?

Pie diagram pertanyaan 5 (dokpri)
Pie diagram pertanyaan 5 (dokpri)

78,9% menyatakan bahwa edukasi siber sangat diperlukan, 17,5% menyatakan perlu untuk diadakannya inovasi, melalui survei ini edukasi siber sangat disetujui oleh responden.

Berdasarkan hasil dari keseluruhan survey terhadap 57 responden, dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden menyetujui dan tertarik dengan adanya edukasi ini, adapun penerapannya nanti dapat membantu menurunkan angka penyebaran hoax di Indonesia, dengan begitu kita dapat mewujudkan tatanan sosial masyarakat Indonesia yang aman, damai, dan bijak dalam berselancar di media onine.

Semoga bermanfaat.

Referensi :

binus.ac.id

Juliswara, Vibriza . 2017. Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan  

          dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial, Jurnal Universitas

          Gadjah Mada.

Marwan, M. Ravii dan Ahyad. 2017. Analisis Penyebaran Hoax di Indonesia, Jurnal

          Universitas Gunadarma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun