Mohon tunggu...
Agung Prastowo
Agung Prastowo Mohon Tunggu...

Aktif di Wisdom Indonesia - Banggain Daerahmu, Cintain Indonesiamu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Memilihmu adalah Tugas

22 Mei 2016   21:24 Diperbarui: 22 Mei 2016   21:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bacaan-muslimah.blogspot.com

Di dalam budaya Jawa konservatif, dalam sebuah keluarga, peran seorang perempuan/ istri sebagai ‘ Konco Wingking’ atau teman hidup yang posisinya di belakang. Selain masak, macak, manak, dan ‘nak- nak lainya, peran isteri lebih mengatur dan mengasuh anak. Lalu suami mencari nafkah, mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

Lambat laun, keputusan untuk menjadikan isteri sebagai konco wingking tak lagi menjadi budaya mutlak. Kemudian fungsin isteri sudah semakin berimbang dengan fungsi suami, ya mencari nafkah, ya ke sawah, ya yang lain, mengganti pekerjaan suami yang lain. Barter pekerjaan ini juga terjadi sebaliknya kepada suami.

Yang bisa saya amati dan katakan di dalam masyarakat Jawa yang barusaja saya contohkan, sebetulnya adalah sebuah penghormatan kepada Perempuan. Mungkin bisa kita bilang, bentuk unggah- ungguh seorang Suami kepada seorang isteri. Agar isteri tidak double job, ya sebagai isteri yang punya kodrat merawat anak, ditambah lagi harus setara dengan suami, termasuk dalam mencari nafkah. Barangkali itu beberapa ketidaksetujuan beberapa kelompok atas gerakan yang meneriakkan kesetaraan.

Membicarakan unggah- ungguh, sebenarnya tidak melulu dalam hubungan antar tingkatan, tapi, berlaku juga dalam hubungan sosial yang lebih sempit. Misalnya, hubungan dengan sesama teman, yang berbeda jenis kelaminya. Katakanlah menyangkut cinta.

Tugas seorang laki-laki, sesuai dalam budaya patrilineal adalah mendahului, mengajak dan memberi tawaran. Jadi akan tidak beretika kalau yang terjadi adalah sebaliknya.

Banyak yang tidak setuju dengan tindakan etik dan mulia itu. Seorang perempuan, akan merasa terintimadasi bilamana ada seorang laki-laki mendekat, memberi ajakan, dan membuat rambu-rambu. Padahal secara etik, memang semestinya begitu.

Memahami unggah- ungguh adalah memahami peran dan tugas. Tugas Laki-laki adalah memilih, tugas perempuan dipilih, lalu memutuskan pilihanya.

Tidak jarang kami laki-laki menemui pengingkaran tugas itu, seperti misalnya kekesalan yang berlebihan dari seorang perempuan yang kami dekati. Padahal kan kami sudah sangat halus dalam membuat modus, bahkan kreatifitas dari banyak negara sudah kami aplikasikan. Lewat lagu, secarik kertas, setangkai bunga, selembar puisi, atau serangkai kata- kata sering kami lakukan. Namun begitu, tak sedikit perempuan, menganggap ini sebagai sebuah aktifitas alay yang tak layak mendapatkan perhatian.

Sebagai laki- laki, kami tentu tak begitu pusing dengan berbagai jenis respon. Positif, negatif, atau nanggung tentu tanggapan- tanggapan yang sering kami temui apabila sedang dalam menjalankan tugas mulia ini.

Jadi, mari Berbudaya. Biarkan kami memilih, memberi tawaran- tawaran, karena tugas kami laki- laki memang demikian. Begitu juga dengan Kamu, perempuan, tugasmu adalah dipilih, lalu membuat keputusan atas beberapa pilihan yang datang.

Semoga kamu memilih aku ya, Heuheu. (memulay.wordpress.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun