Mohon tunggu...
Agung Pranoto
Agung Pranoto Mohon Tunggu... Mahasiswa - YAKUSA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Optimisme Baru Perkaderan HMI

2 April 2021   20:08 Diperbarui: 2 April 2021   20:23 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi  mahasiswa masih diyakini sebagi tempat penggembelegan dan penumbuhan kesadaran kritis angkatan muda. Bagaimana tidak fakta histors dimasa lalu telah memperlihatkan kepada kita semua, ketika ketiadilan sosial muncul, ekspolitasi rakyat terjadi dan kekerasan srtuktural mulai terasa,  generasi muda Indonesia yang memepolopori suatu gerakan perubahan. Kondisi Indonesia pra kemerdekaan saat masih dalam genggaman kolonialisme, segera bermunculan kaum muda berjiwa satria yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bung karno, bung hatta, tan malaka, semaoen syahrir dan terlampau banyak goglogan muda yang saat itu siap mengembalikan harkat dan martabat bangsa indoensia menjadi bangsa berdaulat Arbi sanit* menyebut mahasiswa sejatinya adalah panglima, konteks itu diambil saat rezim tirani berkuasa kembali diindonesia, gologan muda lah bintang lapangan sesungguhnya, diandaikan arbi sanit tanpa pergerakan dan aksi mahasiswa, soeharto mungkin masih berkuasa, saat itu kelompok oposisi yang ada, gus dur, megawari, amien rais serta yang lainnya, tidak cukup kuat untuk menumbangkan soeharto tanpa keterlibatan mahasiswa.

Namun peran organisasi mahasiswa saat ini kurang nyata dan tidak terlihat lagi fungsinya dalam masyarakat, dari kesan tersebut mahasiswa sebagai  agent of change seakan hanya menjadi mitos dalam setiap benak masyarakat. salah satu organsasi mahasiswa yang cukup tua dan melalang buana dalam panggung kesadaran bangsa Indonesia adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sejak terbentuknya HMI pada 5 februari 1947, HMI telah turut mewarnai ruang public Indonesia pada semua sector kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, sosial dan budaya, kegemilangan dan prestasi telah diiptakan dan diraih oleh kader HMI dimasa lalu, sejarah kejayaan HMI masa lalu sangat bisa dijadikan kader sekarang sebagai motivasi untuk mengulang bahkan melampui sejarah masa lalu tersebut, namun sejarah kejayaan HMI hanya dijadikan cerita dan pembahas diskusi kader diwarung kopi tanpa adanya keingingan untuk melampuinya. Terlampaui sering diadakan seminar napak tilas perjuangan HMI, tapi setelah acara selesai seakan tidak ada wujud kesadaran baru yang tertanam dalam pikiran, dan tetap masih mempertahankan pola hidup apatis, hedonis serta apatis dan Dua hal inilah yang harus kita dobrak, hilangkan dan hapus dari perkaderan HMI. Jika pola pragmatism dan kenangan masa lalu masih terus mengejala dan dipakai dalam pola perkaderan HMI , tentunya alangkah lebih baik dan lebih utama lagi untuk segera membubarkan dan menghancurkannya saja, karena apabila terus bertahan justru akan semakin merusak dan membahayakan angkatan muda Indonesia. Kader HMI akan hanya kehilangan potensinya untuk mencipta pengetahuan. Jangan biarkan pembodohan terjadi di perkaderan HMI.

Perubahan besar sangat perlu dalam tubuh HMI walaupun agenda perubahan HMI bukanlah persoalan yang mudah, sebab perubahan tidak bersifat given ataupun a taken for granted tapi menuntuk kesungguhan niat dan konsisten penuh terhadap perkaderan. Agar perkaderan berjalan secara dialektis dan dinamis, ada tiga tingkat perubahan yang harus dilaksanakan.

Pertama, perubahan mindset berpikir/psikis, pencapaian yang ingin dituju adalah mengaktifkan kesadaran kritis(critical thingking) kesadaram kritis sangat diperlukan kader(basic need) kemampuan menagkap realitas yang timpang dan diskriminasi, serta memformulasikan alternatif-alternatif maupun terobosan terhadap realitas yang timpang tersebut. tanpa landasan ini, kader tentunya akan terjebak dalam pemiskinan makna hidup dan akan terlampu jauh tujuan Hmi.

Kedua, perubahan pada tingkat wacana/diskursus, perubahan pada tingkat wacana ini menunjukkan sikap politik yang sangat jelas, yang telah bertranformasi untuk memikirkan dan merembukkan scenario masa depan perkaderan, Indonesia dan kemanusiaan, untuk itu sangat dibutuhkan wadah serta instrument pembentukan wacana, semisal forum-forum disksusi pro-realitas dan anti-dominasi, dengan harapan munul gagasa-gagasan segar yang menjawab problem perkaderan dan kemanusiaan.

Ketiga, perubahan pada tingkat sosial, yaitu membuka kembali ruang-ruang public perkaderan yang sebelum terlalu gelap, elitis dan tertutup,kemudian menyambung jarring-jaring kmunikasi yang sebelumnya terputus, mari kita buang jauh-jauh sifat dan sikap permusuhan yang menciptakan krisis perkaderan. Dan mari mulai ruang public perkaderan yang baru dimana sehingga setiap kader mampu menjadikan dirinya martir-martir revolusi, pejuang kemanusiaan.

YAKIN USAHA SAMPAI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun