Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Agung Pramono berprofesi sebagai guru. Hoby menulis, olah raga dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Aman dan Nyaman Maka Jangan Lakukan Bullying

9 November 2022   22:15 Diperbarui: 9 November 2022   22:23 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah usaha untuk membuat siswa menjadi orang yang berguna bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan negaranya. Pendidikan yang diselenggarakan sekolah harus berlangsung dengan aman dan nyaman. Sehinngga membuat siswa bahagia. Namun kenyataan dilapangan kadang berbeda.

Dalam pergaulan di dunia pendidikan mungkin ada siswa memanggil dengan sebutan yang tidak menyenangkan kepada temannya atau guru memanggil siswanya dengan sebutan yang sebetulnya membuat siswa tersebut sakit hati. Siswa juga merendahkan martabat temannya dan keluarganya. Mengancam temannya dengan paksaan. Guru mempermalukan siswanya didepan siswa yang lain. Contoh diatas adalah bentuk bullying di sekolah secara verbal.

Kita sering mendengar kata bullying. Menurut pemahaman umum adalah hal yang tidak diperbolehkan. Bullying adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dilakukan oleh pelaku kepada korbannya. 

Pelakunya ini bisa perseorangan atau berkelompok. Begitu juga korbannya bisa individu maupun lebih dari satu. Bullying atau kita kenal dengan perundungan bisa terjadi didunia nyata maupun dunia maya.

Siapa pelaku maupun korbannya?

Karena dalam dunia pendidikan maka peserta didik atau siswa, guru dan karyawan semuanya berpotensi menjadi korban dan pelaku tindakan tidak menyenangkan tersebut. Bisa saja siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru lain atau karyawan dengan siswa. Semua bisa saja menjadi pelaku dan korbannya.

Contoh bullying secara non verbal yaitu memandang sinis temannya, menampakkkan ekpresi wajah tidak suka, mengindikasikan merendahkan, mengejek dan membuat orang lain tidak nyaman. Ada juga contoh non verbal secara tidak langsung dengan mendiamkan temannya, mengabaikan gurunya, mengacuhkan dan mengucilkan temannya karena anak orang tidak mampu atau hal lainnya. Hal ini dilakukan dengan kesengajaan.

Dalam dunia maya bisa kita lihat misalkan di facebook dengan mengomentari status temannya dengan nada merendahkan, mengejek, mengancam dan sebagainya. Mengirim pesan chat yang tidak menyenangkan membuat orang yang menerima menjadi tidak nyaman. Ramai-ramai mencemarkan temannnya di media sosial.  Jika siswa tidak suka dengan gurunya ramai-ramai menulis di media sosial bernada mencemarkan gurunya.

Bentuk bullying lainnya bisa saja dalam bentuk kontak fisik. Memukul temannya. Guru memukul siswanya tanpa alasan yang jelas. Saling mendorong, menendang, menyentuh anggota tubuh tertentu. Semua yang berhubungan dengan kontak fisik.

Untuk mendukung kurikulum merdeka, maka perlu pengembangan kompetensi pendidik agar tidak terjadi bullying atau perundungan di sekolah. Perlu adanya sosialisasi tentang bullying ini ke semua warga sekolah. Dengan demikian jika pemahaman semua warga sudah sama maka tidak akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan di sekolah.

Berita-berita tentang bullying tidak akan ada lagi. Berita tentang siswa saling berkelahi tidak ada lagi. Berita guru melakukan tindakan yang tidak terpuji tidak akan terdengar lagi. Berita tentang anak kelas X SMA yang di bully kakak kelasnya pasti tak akan terjadi. Intinya  dengan pemahaman yang sama tentang bullying maka akan mencegah perilaku bullying.

Langkah yang bisa dilakukan untuk menaggulangi fenomena bullying adalah kesadaran. Kesadaran bahwa fenomena membuat orang lain tidak nyaman dan sebagainya itu ada. Kesadaran bahwa fenomena saling merendahkan, mengejek dan sebagainya itu perlu perhatian dan penanganan yang serius.

Dalam kurikulum merdeka siswa merdeka dalam belajarnya. Perlu penerapan metode dan teknis tertentu dalam pembelajaran.  Selain itu aspek psikologi siswa harus dalam keadaan merdeka, tidak ada tekanan dari pihak manapun. Hatinya tenang dalam belajar, senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian akan dihasilkan siswa yang memiliki sifat dan sikap profil pelajar pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun