Pertandingan sepak bola antara Arema vs Persebaya berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya  pada laga Derby Jawa Timur membuat suporter Arema yang tidak terima dengan kekalahan masuk ke dalam lapangan setelah laga usai.
Suporter dan kepolisian bentrok dilapangan. Kericuhan tak dapat dihindari. Aparat kepolisian yang berjaga mencoba menghalau suporter tersebut dengan menembakkan gas air mata. Suporter yang terkena gas air mata akhirnya lari kocar-kacir dan berujung saling tabrak, saling injak sehingga mengakibatkan banyak suporter yang sesak napas, pingsan bahkan  meninggal dunia sejumlah 127 orang bahkan bertambah.
Pertandingan sepak bola yang berakhir dengan kericuhan bahkan sampai memakan korban sebenarnya harus dihindari. Semuanya harus mampu membuat pertandingan sepak bola menjadi tontonan yang menyenangkan. Sepak bola adalah olah raga rakyat yang semua bisa melakukan dan menikmatinya.
Stadion dan perangkat pertandingan harus representatif. Pintu masuk dan keluar stadion harus dimengerti oleh suporter. Sehingga saat ada kerusuhan, penonton harus tahu lewat pintu mana harus keluar. Ada jalur evakuasi yang jelas  bagi supporter bila ada hal-hal yang diluar kewajaran. Stadion juga harus dibuat aman sehingga penonton tidak bisa masuk ke dalam lapangan.
Wasit yang memimpin pertandingan juga harus adil dan baik dalam memimpin pertandingan sehingga tidak memancing emosi penonton. Jika pengadil di lapangan memimpin dengan baik maka kecil kemungkinan terjadi kerusuhan.Â
Sebagai penonton atau suporter walaupun terbilang suporten fanatik maka harus tetap menjunjung sportifitas. Jika tim kesayangan kita kalah, maka kita harus tetap menerima hasilnya walaupun dengan perasaan kecewa. Tak perlu harus turun ke lapangan apalagi sampai bentrok dengan aparat kepolisian.
Aparat kepolisian juga sedapat mungkin menahan dalam menyemprotkan gas air mata. Kalaupun terpaksa mungkin kapasitasnya hanya sedikit saja gas air mata yang keluar, agar suporter tetap bisa bernapas yang membuat suporter panik. Mereka akhirnya lari tak tentu arah dan saling bertabrakan bahkan terinjak-injak dan pingsan.
Tragedi Kanjuruhan sudah terjadi dan tak dapat kita tarik kembali. Untuk kedepannya stadion untuk menggelar pertandingan harus aman. Penonton juga harus menjaga diri. Wasit harus adil dan polisi harus bisa menjaga ketertiban suporter dengan komunikasi yang baik.
Tragedi Kanjuruhan membuat saya sebagai mantan pemain sepak bola kelas kampung dan suporter merasa bersedih dan berduka cita yang mendalam atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Semoga kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini.
Tragedi Kanjuruhan bukan suporter Arema saja yang bersedih, suporter lain juga bersedih, warga negara Indonesia juga bersedih. Bahkan peminpin dunia dan klub-klub Eropa juga bersedih dan berduka.
Presiden Real Madrid, Florentino Perez mengajak para petinggi Real Madrid mengheningkan cipta atas Tragedi  Kanjuruhan. Perez ikut berduka cita atas meninggalnya suporter yang mencapai 100 orang lebih. Perez mengajak diam sejenak.
Presiden Hongaria, Â Katali Novak juga mengucapkan bela sungkawa."Doa saya untuk orang-orang di Indonesia terutama untuk keluarga korban atas tragedi meninggalnya suporter di stadion Kanjuruhan Malang,"
Begitu juga  klub-klub di Eropa merasakan duka ysng mendalam. Pernyataan resmi MU. "Kami mengucapkan bela sungkawa kepada para korban, keluarga mereka, dan semua orang yang terdampak,"
"Kami sangat berduka mendengar event di Stadion Kanjuruhan Malang Indonesia. Seluruh orang di Liverpool mendoakan semua yang terdampak di saat ini," pernyataan Liverpool.
Paris Saint-Germain juga mengucapkan bela sungkawa yang mendalam untuk keluarga dan orang-orang tercinta dalam tragedi stadion di Malang, Indonesia.
Begitu juga dengan klub-klub lain seperti Barcelona dan klub-klub La Liga Spanyol merasakan duka yang mendalam.
Tangerang Selatan/ 2 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H