Setelah menyelesaikan kuliah di Solo, aku mencoba peruntungan mencari rizki, mengadu nasib di kota Jakarta. Dengan berbekal sarjana pendidikan. Awal-awal mengadu nasib aku melamar beberapa perusahaan dengan menggunakan ijazah SMA karena aku tidak ingin menjadi guru. Namun tak satupun perusahaan yang berminat untuk merekrut menjadi karyawannya.
Setelah lama menganggur akhirnya dengan ijazah sarjana aku diterima sebagai guru honor, yang waktu itu penghasilan guru honor sangatlah rendah. Namun karena keinginan untuk menjadi PNS pekerjaan menjadi guru honor tetap aku lakukan.
Di Jakarta aku bertemu dengan teman-teman SMA dan setiap beberapa bulan kami bertemu untuk sekedar bercerita pengalaman hidup di Jakarta. Untuk pertemuan berikutnya sudah kami sepakati yaitu di Blok M, Jakarta Selatan, Minggu 14 Januari 2001. Teman-teman SMA ada sekitar sepuluh orang yang berada di Jakarta untuk mencari rizki dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Pertemuan reuni SMA kali ini ada yang 'spesial' yang membuat hatiku berbunga-bunga. Saat Ratna mengajak tetangganya bernama Sarah teman SMA namun lain jurusan. Sarah bagiku tidak asing lagi, aku mengenalnya karena dia temanku saat SMP dan SMA di kota Wonogiri.
Pertemuan terakhirku dengan Sarah beberapa tahun yang lalu menyisakan kenangan yang tak mungkin begitu saja hilang. Saat kami bertemu diterminal Wonogiri setelah lama kami berpisah setelah lulus SMA.
Sore itu aku baru saja turun dari bis Aneka Jaya untuk berlibur akhir pekan di Wonogiri. Saat aku berjalan menuju tempat pemberhentian angkot, langkahku terhenti. Mata ku tak berkedip memandang gadis ayu di dekat angkot yang berambut pendek, berkulit kuning langsat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak kencang saat melihat Sarah teman SMP dan SMA ku.
Entah mengapa saat sekolah di SMP dan SMA rasa hati ini biasa saja, bahkan aku tak pernah memperhatikannya. Namun sekarang terasa berbeda sekali, ada perasaan lain . Hati ini berbunga-bunga . Sarah yang kukenal dulu lain dengan sekarang, dia sudah berubah, nampak cantik dan menarik hati.
Saat aku mendekat ke arahnya, entah mengapa Sarah langsung naik ke angkot dan langsung jalan. Tiada kata sepatahpun dari kami. Aku termenung menyesal, kenapa aku tidak segera menyapanya dan mengapa aku hanya terdiam saat angkot sudah jalan. Akhirnya pertemuanku sore itu menyisakan kenangan yang mendalam. Dari sorot wajahnya tadi, Sarah memberikan senyuman manis seakan-akan dia juga membalas apa yang ku rasa. Apa ini hanya perasaanku saja. Namun tetap saja hatiku saat itu tidak lega karena tidak saling berbicara.
Maka pertemuan di Blok M ini tidak aku sia-siakan. Sarah langsung ku ajak ngobrol, dan langsung ke sasaran.
“ Sarah, gimana kabar mu ? Aku kangen sudah 7 tahun nggak bertemu” tanyaku langsung tanpa basa basi.
“ Baik , Rano, kabarku baik-baik saja.” jawabnya sambil memberikan senyuman manisnya.