Lalu kubu ketiga, Partai Gerindra dan PKS yang dimotori oleh Prabowo Subianto, juga memutuskan hasil di menit-menit terakhir, mereka mengusung duet Anis Baswedan dan Sandiaga Uno.
Lalu untuk apa suara-suara kader selama ini?
Suara-suara kader yang telah banyak terdengar selama ini menjadi angin lalu. Beberapa dari kader partai yang dulu menolak, kini harus patuh terhadap putusan dari orang-orang tertinggi partai. Masih terasa di ingatan kita mengenai lagu PDIP “Ahok pasti tumbang”, kini lagu itu dinyanyikan oleh orang yang sama namun telah berubah menjadi “AhokDjarot Menang”.
Dengan ini kita bisa simpulkan bahwa di dalam demokrasi partai, mereka masih membutuhkan sosok-sosok petinggi seperti Megawati, SBY, dan Prabowo. orang-orang ini tidak bisa lepas dari sejarah beridirnya partai mereka dan juga masih belum bisa melepaskan diri dari partai yang telah bentuk.
Begitulah proses demokrasi, walaupun rasanya tidak etis ketika harus melihat orang-orang tertinggi yang harus “Turun Gunung” tetapi memang hal inilh yang telah ditetapkan di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga masing-masing partai mereka dan kita harus menghormatinya. Bagaimana pun, Jakarta tetaplah magnet bagi seluruh warga Negara Indonesia.
Refrensi : kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H