Â
PSSI belum banyak berubah rupanya dibawah kepengurusan Erick Thohir. Â Sepak terjang sang ketua umum PSSI, sejak menjabat memang terlihat lugas, cepat dan memukau. Bagaimana tidak, berkat mediasinya ke FIFA, PSSI terhindar dari sangsi berat FIFA, usai pembatalan sebagai tuan rumah FIFA World Cup U20 beberapa bulan silam. Pembatalan yang disinyalir penuh dengan nuansa politik yang terlalu dipaksakan. Hasilnya kita hanya diberikan beberapa point pekerjaan rumah yang sebenarnya baik buat kita sendiri. Seperti renovasi stadion, untuk memastikan keamanan, dijalankannya kompetisi usia muda, pembinaan supporter dan pembangunann training camp.
Kemudian hal yang paling spektakuler adalah Erick Thohir berhasil mendatangkan Argentina, sebagai team juara Piala Dunia 2022 silam. Dan berhasil juga dari sisi penyeleggara maupun prestasi, dengan timnas kita berhasil memberikan perlawanan sengit walau akhirnya kalah dengan skor 2:0. Kemudian inisiatif Erick Thohir melakukan pelatihan wasit bekerjasama dengan Jepang, juga rencana akan mendatangkan Perlugi Colina, sang wasit legendaris. Audit keuangan, Yayasan PSSI, VAR adalah program program yang akan dijalankan PSSI kedepannya.
Tapi apakah di kepengurusan PSSI sudah berubah? Belum tampaknya. Karena program-program diatas seakan dilakukan One man show oleh Erick Thohir. Ide gagasan cemerlang hanya dari beliau. Sementara exco PSSI yang seharusnya menjadi motor penggerak organisasi tidak jalan sebagaimana mestinya. Contohnya PT LIB, tidak ada inisiatif untuk dirombak, misal dengan mencari operator dari Liga Inggris, Italia, German untuk menjalankan kompetisi agar lebih professional dan menarik dari sisi hiburan. Tapi masih saja memakai PT LIB dengan Dirut yang sama Ferry Paulus.  Apakah masih kurang bukti, betapa jeleknya Liga kita sampai saat ini masih  ada di peringkat 6 di ASEAN! Belum lagi  issue pengaturan skor, mafia wasit dll .
Ecco sendiri seperti terpecah terkait keberadaan pelatih Sin Tae Yong, hampir semuanya terkesan memusuhi, hanya beberapa orang yang mendukung beliau. Yang terlihat jelas  Hasan Abdulgani, sebagai salah satu exco yang mendukung kinerja Sin Tae Yong. Hal ini disinyalir terkait dengan polemik permintaan pemain Naturalisasi /Diaspora untuk timnas. Hanya Hasani Abdulgani yang mendukung Sin Tae Yong, sampai harus beberapa kali ke luar negeri sendiri untuk merayu pemain tersebut agar bersedia bergabung ke Timnas Indonesia. Â
Betapa sulitnya menyakinkan anggota exco yang lain terkait Naturalisasi/ Diapora ini penting untuk kebutuhan Timnas. Padahal statement Sin Tae Yong jelas, hanya menaturalisasi pemain diluar negeri yang masih punya darah Indonesia. Clear! Ini jelas sekali, karena pemain keturunan ini punya hak yang sama dengan semua rakyat Indonesia untuk membela negaranya. Sekarang apa bedanya dengan pahlawan Piala Thomas, atau tim bulutangkis Indonesia yang di penuhi dengan warga keturunan?? Sekarang apa bedanya Ivar Jenner, Rafael Strijik, Sandy Wall dengan Lieam Swie King, Rudy Hartono?
Baru baru ini ramai ada anggota Exco PSSI yang dibully netizen, karena ucapannya sendiri, (posting di IG pribadinya) yang diawal meminta netizen tidak lagi mengucapkan local prett (pride) dan tidak membeda bedakan pemain lagi. Namun setelah itu, ucapan dia sendiri justru menyerang pelatih Sin Tae yong. Â "STY (Shin Tae-yong) ketika bawa SEA Games 2021 hasilnya apa dek? Ciki-ciki, tapi ciki pun 32 tahun tak bisa juara, ciki-ciki,"Â Â Ini ucapan seorang Exco lho, betapa bodohnya jika sampai saat ini tidak memahami dan tidak merasakan perubahan Timnas di bawah Sin Tae Yong.Â
Apakah dia tidak tahu, hanya  Sin Tae Yong pelatih yang berani memotong timnas 2 generasi, sehingga saat ini kita punya Timnas Senior yang usianya sangat muda, sehingga Timnas kita masih bisa tampil di Piala Asia U23, Olimpiade, pra Piala Dunia.Â
Apakah dia tidak tahu, bahwa Sin Tae Yong adalah pelatih yang gagah berani membawa Timnas Senior ke Pra Kualifikasi Piala Asia di Kuwait dan berhasil mengalahkan tuan rumah, sehingga kita Lolos ke Piala Asia untuk pertama kali setelah 15 tahun?Â
Apakah dia juga tidak tahu saat kita dengan gagahnya menantang tim peringkat 84 dunia Curacao dan berhasil mengalahkannya dalam pertandingan 2 kali dalam FIFA Math day? Â