Mohon tunggu...
dr Agung Budisatria MM
dr Agung Budisatria MM Mohon Tunggu... Dokter - Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Milkshake", Senjata Rahasia Timnas Maroko

15 Desember 2022   17:02 Diperbarui: 18 Desember 2022   08:20 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maroko merupakan negara dengan garis pantai yang sangat panjang di samudra Atlantik, dengan populasi lebih dari 33,800,000 jiwa, yang beribukota di Rabat itu dengan kota terbesarnya Casablanca. Secara geografis Maroko memang daerah gurun dan pegunungan terjal.  

Pekan ini Maroko sedang menjadi topik perbincangan hangat, berkat  sepak terjang timnasnya yang mampu melaju sampai semifinal, walaupun akhirnya kalah dari Prancis dengan skor 2:0, namun dengan menampilkan permainan yang terbilang stabil sejak penyisihan, perpaduan menyerang dan bertahan dengan transisi yang sangat cepat. 

Bagaimana Maroko bisa berprestasi sedemikian ? Sehebat apa sih Timnasnya? Mampukah kita meniru mereka? 

Timnas Maroko sendiri mendapat julukan "Singa Atlas" pada saat mereka mengikuti pertandingan resmi, baik saat tampil di Piala Afrika maupun Piala Dunia. 

Berada dibawah federasi sepakbola kerajaan Maroko, yang dikenal sebagai FRMF, dengan kostum kebesarannya merah dan hijau. Permainan piawai Maroko yang  kemarin itu  tidak lepas dari taktik jitu pelatih Walid Regragui dengan  visi sepakbola modernnya. 

"Timnas Maroko ini telah bermain di level tertinggi dan membuktikan pada dunia bahwa tidak ada yang mustahil," demikian pujian mantan punggawa timnas Maroko Abderrazak Khairi. 

Tidak bisa dipungkiri memang, seluruh dunia tersihir dengan permainan atraktif, efektif, dan tajam. Canada, Spanyol bahkan Portugal sudah merasakan ketajaman penyerang-penyerang Maroko, dibawah kepemimpinan Roman Saiss. 

Walid sebagai pelatih berkarakter kuat, mengakui bahwa kita tidak bisa memenangkan Piala Dunia dengan keajaiban, namun harus dengan kerja keras dan "Milkshake".  Apa itu "Milkshake"? Ini ternyata ramuan rahasia yang bisa kita contoh. 

Milkshake ini mengartikan campuran dari fasilitas timnas yang berkelas, pemain lokal berbakat, dan pemain keturunan bertalenta. 

Diaspora bertalenta, seperti yang dilakukan PSSI saat ini dengan memanggil beberapa pemain keturunan berdarah Belanda maupun Inggris. 

Sumber:Okezone
Sumber:Okezone

Jadi stop berpolemik terkait naturalisasi pemain keturunan, jika anda tidak mau di cap bodoh atau tidak nasionalis. 

Karena Maroko pun melakukannya, bahkan contoh nyatanya Prancis calon penyandang 3 gelar piala dunia, dengan banyaknya pemain keturunan di dalam timnasnya. 

Kedua fasilitas Training ground terbaik dan terbesar di Afrika yang dimiliki Maroko adalah Mohamed VI Football Complex, seluas 30 hektar ( senilai Rp 1 Triliun. 

Fasilitas yang dirintis oleh  sultan ini memiliki 8 lapangan standar FIFA (termasuk indoor), gedung medis, hingga asrama layaknya hotel berkelas dunia. Wajar dong karena di sinilah pemain Timnas yang mewakili dan membawa nama negaranya perlu berlatih dan beristirahat

Mereka juga membangun akademi dengan nama  Mohamed VI Football Academy yang menggembleng talenta terbaik Maroko di usia 12-18 tahun. 

Fasilitas yang dibangun pada tahun 2009 ini selalu mencetak pemain timnas mumpuni. seperti bek timnas Nayefeguerd dan juga Annesyrii dengan kemampuan tandukan tandukannya setinggi 2.78 m yang akhirnya memaksa bola bersarang di gawang Portugal.

Jadilah para pemain terbaik kelahiran Maroko ini di blend dan dipadukan dengan pemain keturunannya. Seperti: Kapten Maroko Romain Saiss yang lahir di Perancis, Achrafhakimi yang lahir di Spanyol, Ziyech dan Sofyanamrabat yang lahir di Belanda.

Yang paling penting adalah pemikiran modern dan nasionalis Pelatih Regragui: "Setiap orang keturunan Maroko adalah orang Maroko  dan  para pemain harus bersatu dan berjuang mati-matian untuk Maroko -- terlepas dia lahir di mana."  

Ini beda sekali dengan pemikiran beberapa mantan pelatih Timnas kita yang "Alergi" dengan pemain keturunan ada dalam timnas Indonesia.

Pada awalnya sang Pelatih memang dikritik atas kebijakannya memanggil banyak pemain keturunan. Bahkan banyak yang mengumpat pelatih kelahiran Perancis, ini dengan "Kepala Alpukat", namun kini  mereka menjulukinya "Mourinhonya Maroko".

Sekarang tidak ada lagi alasan timnas Indonesia tidak mampu berbicara di level internasional, karena rahasia tim tim dunia sudah terungkap dan naturalisasi sudah dijalankan. 

Namun hal penting lainnya harus diwujudkan seperti Training Ground Timnas dengan fasilitas modern dan Akademi pembinaan pemain muda. Maukah PSSI mewujudkannya? Tidak inginkah kita melihat timnas kita tampil di Piala dunia? 

Ataukah  mimpi kita kita selalu dipenuhi dengan target harus  JUARA Sea Games, juara AFF, sejak jaman ketua umum PSSI Kardono?  Ayolah kita ubah mindset kita tidak lagi pasang target juara, di turnamen Sea Games, AFF, yang notabene tidak diakui FIFA, namun target kita cukup TAMPIL saja di Piala Asia, Olimpiade, Piala Dunia!! 

dr Agung Budisatria, M.M.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun