Jadi stop berpolemik terkait naturalisasi pemain keturunan, jika anda tidak mau di cap bodoh atau tidak nasionalis.Â
Karena Maroko pun melakukannya, bahkan contoh nyatanya Prancis calon penyandang 3 gelar piala dunia, dengan banyaknya pemain keturunan di dalam timnasnya.Â
Kedua fasilitas Training ground terbaik dan terbesar di Afrika yang dimiliki Maroko adalah Mohamed VI Football Complex, seluas 30 hektar ( senilai Rp 1 Triliun.Â
Fasilitas yang dirintis oleh  sultan ini memiliki 8 lapangan standar FIFA (termasuk indoor), gedung medis, hingga asrama layaknya hotel berkelas dunia. Wajar dong karena di sinilah pemain Timnas yang mewakili dan membawa nama negaranya perlu berlatih dan beristirahat
Mereka juga membangun akademi dengan nama  Mohamed VI Football Academy yang menggembleng talenta terbaik Maroko di usia 12-18 tahun.Â
Fasilitas yang dibangun pada tahun 2009 ini selalu mencetak pemain timnas mumpuni. seperti bek timnas Nayefeguerd dan juga Annesyrii dengan kemampuan tandukan tandukannya setinggi 2.78 m yang akhirnya memaksa bola bersarang di gawang Portugal.
Jadilah para pemain terbaik kelahiran Maroko ini di blend dan dipadukan dengan pemain keturunannya. Seperti: Kapten Maroko Romain Saiss yang lahir di Perancis, Achrafhakimi yang lahir di Spanyol, Ziyech dan Sofyanamrabat yang lahir di Belanda.
Yang paling penting adalah pemikiran modern dan nasionalis Pelatih Regragui: "Setiap orang keturunan Maroko adalah orang Maroko  dan  para pemain harus bersatu dan berjuang mati-matian untuk Maroko -- terlepas dia lahir di mana." Â
Ini beda sekali dengan pemikiran beberapa mantan pelatih Timnas kita yang "Alergi" dengan pemain keturunan ada dalam timnas Indonesia.
Pada awalnya sang Pelatih memang dikritik atas kebijakannya memanggil banyak pemain keturunan. Bahkan banyak yang mengumpat pelatih kelahiran Perancis, ini dengan "Kepala Alpukat", namun kini  mereka menjulukinya "Mourinhonya Maroko".