Mohon tunggu...
dr Agung Budisatria MM
dr Agung Budisatria MM Mohon Tunggu... Dokter - Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Darurat Revolusi Fundamental, Oleh-oleh dari Mancanegara

9 Juni 2018   18:00 Diperbarui: 21 Juni 2018   08:44 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesempatan untuk melakukan perjalanan ke mancanegara beberapa tahun lalu, menjadi kesempatan yang sangat berharga bagi penulis.  Diawali ke Singapura 8 tahun yang silam, waktu itu penulis berkesempatan menikmati  2 hari di kapal pesiar.  

Kemudian menikmati Universal Studios karena bersama anak yang masih berusia 2 tahun.  Budaya di  Singapura sendiri terkesan kaku dan disiplin, dengan berbagai macam peraturan yang diterapkan di negara yang terkenal dengan lambang Merlion, tokoh fiksi berkepala singa.  

Singapura sendiri  bukanlah negara yang menerapkan sistem demokrasi, karena hampir semua kebebasan berkumpul, menyatakan pendapat di tempat umum dilarang.  Sehingga  penulis juga  tidak mengulas pengalaman di Hongkong maupun China yang mempunyai kemiripan yang hampir sama dengan Singapura dalam alam demokrasi.

Dua tahun berselang, tepatnya April 2012, penulis berkesempatan berkeliling di 6 negara Eropa, dimana hampir semua negara Eropa memberikan kesan yang sangat mendalam.  Setelah melakukan perjalanan selama 14 jam 5 menit dari bandara Soekarno-Hatta, akhirnya mendarat di bandara Schiphol Amsterdam.  

Kebetulan saat itu bertepatan dengan musim bunga tulip, akhirnya penulis tidak melepaskan kesempatan untuk  mengunjungi indahnya pameran bunga tulip di Keukenhof. Sangat indah, luar biasa bunga tulip beraneka warna, yang tidak akan bisa kita lihat  di Indonesia. Dibalik keindahan pameran bunga tulip di Keukenhof penulis juga merasakan, betapa ramahnya masyarakat negeri kincir angin ini.  

Selalu mau membantu, terutama saat penulis kesulitan melihat peta, dan mereka mau membantu dengan tulus.  Ditempat manapun kita temui bertemu warga lokal, baik di jalan, bus station, pertokoan, mereka selalu ramah siap  membantu.  Penulis jadi ingat slogan yang digaungkan sejak kita kecil tentang bangsa Indonesia  yang mengatakan bahwa kita ini bangsa yang terkenal dengan keramahannya?
Kemudian penulis melanjutkan perjalanan ke Brussels yang terkenal dengan patung Mennekin Pis nya dan juga hand made cokelatnya. Kota yang sangat indah, modern, bersih dan masyarakatnya sangat beradab. 

Penulis beberapa kali terlibat dalam antrean panjang, tapi mereka sangat rapi, sabar mengantre, bahkan anak kecil sekalipun.  Ketertiban di lalan raya juga merupakan cerminan budaya suatu negara,  sangat tertib, tidak main serobot, apalagi lawan arus.  Saat kita menyeberangpun, pengendara mobil sudah berhenti jauh dari tempat kita.  Budaya tertib seperti ini tentunya tidak langsung didapatkan saat dewasa, tapi melalui pendidikan karakter dan budipekerti sejak dibangku sekolah dasar.   Sehingga hal hal  seperti  ini juga tidak akan kita temui di Jakarta.  Karena penulis sendiri menggunakan transportasi umum Trans-Jakarta untuk menuju tempat kerja.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dengan perjalanan darat menggunakan bus, penulis  menuju ke Swiss, Perancis, dan Italia, semuanya bisa ditempuh melewati free-way dengan kecepatan tetap 100km/jam, sehingga waktu yang ditempuh akan bisa di perkirakan.  Dan setiap 2 jam akan berhenti di rest area, yang lengkap dengan segala makanan maupun oleh oleh.  Uniknya hampir semua rest area yang tersedia sama lengkapnya. 

Sepanjang perjalanan kita disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa, yang merupakan pemberian Tuhan, akan tetapi penulis juga  mengamati bahwa masyarakatnya juga tertib, ikut memelihara lingkungannya dengan baik.  

Tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan sungai, sehingga sungainya terlihat sangat bersih.  Penulis jadi ingat slogan yang populer sekali di Indonesia, kebersihan itu bagian dari iman, tapi dengan mudahnya kita menemukan sampah bertebaran di Jakarta.... padahal Jakarta ini penduduknya taat beribadah, dan tempat ibadah selalu penuh.  Adakah yang salah dan perlu diperbaiki?

Bandingkan dengan negara Eropa, dimana banyak tempat ibadah kosong, kabarnya banyak juga  dari mereka yang tidak beragama, tapi kenapa mereka lebih beradab dari kita?

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setahun kemudian setelah keliling Eropa, Turki menjadi tempat liburan yang penulis pilih tahun 2013.   Takjub dengan keindahan alam dan kemajuan Turki yang berada di dua benua, Asia dan Eropa, dibelah Selat Bosphorus.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun