Mohon tunggu...
Agung Parningotan
Agung Parningotan Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110020 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuis 5 - Pemeriksaan Pajak - Semiotika Umberto Eco untuk Memahami Audit Pajak

15 Oktober 2024   22:06 Diperbarui: 15 Oktober 2024   22:19 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo

Dalam dunia perpajakan, audit pajak memegang peran yang sangat penting untuk memastikan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan yang berlaku. Proses audit ini tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga melibatkan interaksi komunikasi antara auditor dan auditee. Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana audit pajak beroperasi, kita bisa memanfaatkan pendekatan semiotika yang dikembangkan oleh Umberto Eco, seorang ahli semiotika yang terkenal dengan teori tentang tanda dan makna dalam komunikasi. Artikel ini akan menjelaskan apa itu semiotika, mengapa pendekatan ini relevan dalam audit pajak, dan bagaimana penerapannya dapat membantu auditor dan auditee dalam mencapai komunikasi yang efektif selama proses audit.

Pengertian Semiotika: Perspektif Umberto Eco

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda, bagaimana tanda-tanda dihasilkan, dipahami, dan maknanya diberikan. Dalam semiotika, tanda tidak hanya merujuk pada objek fisik seperti lambang atau simbol, tetapi juga mencakup kata-kata, isyarat, dan tindakan yang diartikan melalui interpretasi. Salah satu tokoh terkemuka dalam studi semiotika adalah Umberto Eco, yang memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana tanda bekerja dalam komunikasi sosial. Menurut Eco, semiotika adalah ilmu yang menganalisis bagaimana makna dihasilkan dan dipahami melalui tanda-tanda dalam berbagai konteks, baik dalam budaya, komunikasi, maupun kehidupan sehari-hari.

Eco menyatakan bahwa tanda adalah representasi dari sesuatu yang lain. Tanda ini tidak selalu merujuk langsung pada objek atau makna tertentu, tetapi sering kali bergantung pada konvensi sosial, budaya, dan konteks komunikasi. Oleh karena itu, makna sebuah tanda bisa bervariasi tergantung pada siapa yang menafsirkan tanda tersebut, bagaimana ia ditafsirkan, dan dalam situasi apa tanda tersebut ditemukan.

Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo
Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo

Tiga Elemen Utama dalam Semiotika Menurut Umberto Eco

Eco mengembangkan konsep semiotika berdasarkan tiga elemen utama yang saling berkaitan, yaitu sign (tanda), signifier (penanda), dan signified (petanda). Masing-masing elemen ini memiliki peran penting dalam proses komunikasi dan interpretasi makna.

  1. Sign (Tanda)

    Tanda adalah elemen dasar dari semiotika. Ini adalah sesuatu yang mewakili atau merujuk pada sesuatu yang lain. Dalam istilah Eco, tanda bisa berupa objek fisik, simbol, atau bahkan tindakan. Tanda berfungsi sebagai jembatan antara realitas dan makna yang ditangkap oleh manusia. Misalnya, dalam audit pajak, sebuah laporan keuangan atau faktur bisa dianggap sebagai tanda yang mewakili informasi tentang kondisi keuangan atau aktivitas perusahaan.

    Tanda ini, menurut Eco, tidak dapat dipahami secara mandiri, melainkan selalu terkait dengan konteks sosial, budaya, dan komunikasi di mana tanda itu muncul. Sebuah laporan keuangan mungkin hanya dianggap sebagai angka-angka oleh orang awam, tetapi bagi auditor pajak, angka-angka tersebut memiliki makna yang dalam dan mengisyaratkan informasi mengenai kepatuhan pajak perusahaan.

  2. Signifier (Penanda)

    Penanda adalah bentuk fisik dari tanda, seperti kata, gambar, atau simbol yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu. Penanda adalah elemen yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan secara langsung. Misalnya, dalam komunikasi verbal, kata-kata yang diucapkan adalah penanda dari gagasan atau makna tertentu. Dalam konteks audit pajak, penanda bisa berupa angka-angka dalam laporan keuangan, atau data yang disajikan dalam catatan transaksi. Penanda ini adalah apa yang tampak di permukaan dan dapat diidentifikasi dengan mudah.

    Menurut Eco, penanda merupakan hasil dari konvensi sosial. Sebuah penanda hanya dapat memiliki makna jika ada kesepakatan bersama di antara masyarakat tentang apa yang direpresentasikannya. Dalam audit pajak, angka yang ditampilkan dalam laporan keuangan adalah penanda yang memiliki arti tertentu sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Misalnya, angka laba bersih menunjukkan profitabilitas perusahaan, dan penanda ini harus dipahami dalam konteks aturan akuntansi dan perpajakan.

  3. Signified (Petanda)

    Petanda adalah konsep atau makna yang diwakili oleh tanda. Ini adalah interpretasi atau ide yang muncul ketika seseorang melihat atau berhadapan dengan penanda. Petanda adalah elemen abstrak dari tanda, yaitu makna yang ada di balik bentuk fisik tanda tersebut. Dalam konteks semiotika, petanda bisa berbeda-beda tergantung pada bagaimana individu atau kelompok masyarakat menginterpretasikannya.

    Dalam audit pajak, petanda mungkin lebih kompleks karena data atau laporan yang sama dapat memiliki interpretasi yang berbeda tergantung pada siapa yang menafsirkan. Auditor pajak mungkin melihat angka dalam laporan keuangan sebagai petanda dari potensi ketidakpatuhan pajak, sementara auditee mungkin menganggap angka yang sama sebagai representasi dari upaya bisnis yang sah. Oleh karena itu, petanda sangat bergantung pada konteks dan perspektif orang yang menafsirkan tanda tersebut.

Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo
Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo

Mengapa Semiotika Penting dalam Audit Pajak?

Audit pajak adalah proses yang melibatkan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Dalam proses ini, auditor harus dapat memahami dan menafsirkan berbagai tanda yang ada dalam dokumen perpajakan seperti laporan keuangan, faktur, dan catatan transaksi. Penerapan semiotika membantu auditor dalam menguraikan makna dari tanda-tanda tersebut secara lebih dalam, sehingga mampu mengidentifikasi potensi ketidakpatuhan pajak dengan lebih akurat.

Di sisi lain, auditee sebagai pihak yang diperiksa juga memainkan peran penting dalam memberikan informasi dan data yang relevan. Di sinilah komunikasi menjadi krusial. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, auditor dan auditee dapat membangun pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tanda-tanda dalam dokumen tersebut harus diinterpretasikan. Misalnya, dalam audit pajak, dokumen yang tampak sama mungkin memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks bisnis atau industri tertentu. Oleh karena itu, dengan memahami bagaimana tanda-tanda ini bekerja, auditor dapat menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul selama proses audit.

Bagaimana Semiotika Diterapkan dalam Audit Pajak?

  1. Pemahaman terhadap Tanda dan Simbol dalam Dokumen Pajak

Salah satu elemen utama dalam audit pajak adalah pemeriksaan dokumen. Setiap dokumen dalam audit pajak merupakan sebuah sign atau tanda yang memiliki makna tertentu. Misalnya, laporan laba rugi dapat dianggap sebagai penanda dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, auditor dapat menguraikan makna dari laporan tersebut dan mengidentifikasi potensi penyimpangan.

Dalam proses audit, auditor harus mampu memahami konteks dari setiap tanda yang mereka temukan dalam dokumen. Misalnya, catatan keuangan yang menunjukkan laba bersih mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tergantung pada industri tempat perusahaan beroperasi. Dengan pendekatan semiotika, auditor dapat menilai apakah tanda tersebut sesuai dengan norma dan standar industri atau apakah terdapat anomali yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

  1. Komunikasi antara Auditor dan Auditee

Pendekatan semiotika Eco menekankan pentingnya komunikasi dalam membangun pemahaman yang sama antara dua pihak yang berinteraksi. Dalam audit pajak, auditor dan auditee sering kali memiliki perspektif yang berbeda tentang makna dari tanda-tanda tertentu. Oleh karena itu, penting bagi auditor untuk mengomunikasikan temuan mereka dengan jelas kepada auditee, sehingga auditee dapat memberikan klarifikasi atau penjelasan yang tepat.

Misalnya, ketika auditor menemukan data yang tampaknya tidak konsisten, auditor dapat menggunakan pendekatan semiotika untuk menjelaskan bagaimana mereka menafsirkan data tersebut. Auditee kemudian dapat menjawab berdasarkan konteks bisnis mereka, memberikan penjelasan yang mungkin tidak terlihat jelas dari sekadar membaca data mentah. Dengan demikian, komunikasi yang efektif dapat mengurangi potensi konflik atau kesalahpahaman selama proses audit.

  1. Penafsiran Berkelanjutan (Unlimited Semiosis)

Salah satu konsep penting dari semiotika Eco adalah unlimited semiosis, yaitu proses penafsiran tanda yang tidak pernah berhenti. Dalam audit pajak, hal ini relevan karena data dan informasi yang dihadapi auditor sering kali memerlukan penafsiran yang terus menerus. Setiap data yang ditemukan dapat mengarah pada penemuan baru yang memerlukan analisis lebih lanjut.

Misalnya, jika auditor menemukan bahwa sebuah perusahaan memiliki laba yang lebih rendah dari yang diharapkan, hal ini mungkin menjadi tanda adanya manipulasi laporan keuangan. Namun, dengan menggali lebih dalam dan menafsirkan tanda-tanda lain, seperti transaksi afiliasi atau catatan pajak sebelumnya, auditor dapat menemukan penjelasan yang lebih mendalam mengenai ketidaksesuaian tersebut. Proses ini merupakan aplikasi dari unlimited semiosis, di mana tanda-tanda dalam audit tidak hanya dilihat secara terpisah, tetapi sebagai bagian dari jaringan tanda yang lebih besar.

Kesimpulan

Pendekatan semiotika Umberto Eco memberikan perspektif baru dalam memahami audit pajak. Dengan melihat audit sebagai proses komunikasi yang melibatkan interpretasi tanda-tanda, auditor dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang data yang mereka analisis, serta membangun komunikasi yang lebih efektif dengan auditee. Melalui penerapan semiotika, auditor dapat mengidentifikasi potensi ketidakpatuhan dengan lebih baik, sekaligus menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul akibat interpretasi yang berbeda terhadap tanda-tanda dalam dokumen pajak. Dengan demikian, semiotika tidak hanya relevan dalam teori komunikasi, tetapi juga memiliki aplikasi praktis yang signifikan dalam dunia audit pajak.

Referensi:

  • Eco, Umberto. (1976). A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.
  • Chandler, Daniel. (2007). Semiotics: The Basics. Routledge.
  • Djankov, Simeon, et al. (2010). The Effect of Corporate Taxes on Investment and Entrepreneurship. American Economic Journal: Macroeconomics.
  • Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018 tentang Kebijakan Pemeriksaan
  • Modul K05_Semiotika Audit Pajak, dok. Prof Apollo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun