Descartes mengajarkan bahwa untuk mencapai kepastian dalam sebuah sistem, kita harus terus-menerus mempertanyakan dan memvalidasi asumsi-asumsi yang ada.
Dalam dunia yang terus berubah—di mana regulasi, teknologi, dan lingkungan bisnis berkembang pesat—skeptisisme membantu organisasi untuk tetap fleksibel dan adaptif. CRM yang tidak didukung oleh evaluasi kritis dan skeptis akan menjadi sistem yang kaku, rentan terhadap kegagalan, dan tidak responsif terhadap ancaman baru. Skeptisisme rasional memaksa organisasi untuk terus berinovasi dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar efektif dalam mencegah risiko kepatuhan.
Skeptisisme Rasional dalam CRM
Penerapan skeptisisme rasional dalam CRM melibatkan proses evaluasi yang mendalam terhadap setiap elemen dalam sistem kepatuhan. Organisasi perlu mengadakan audit internal dan eksternal secara teratur untuk meninjau kebijakan, prosedur, dan risiko baru yang mungkin muncul. Skeptisisme rasional juga mengundang adanya diskusi terbuka dan peninjauan kritis terhadap pemahaman normatif yang mungkin sudah lama dianggap sahih, padahal tidak lagi relevan dengan keadaan saat ini.
Dalam konteks Descartesian, pengujian dan validasi berkelanjutan sangat penting. Organisasi perlu mengumpulkan bukti yang kuat dan obyektif untuk mendukung setiap keputusan yang diambil, serta siap untuk merevisi atau mengganti kebijakan CRM yang tidak lagi efektif. Ini juga berarti bahwa inovasi dalam pendekatan CRM harus didorong, dengan menciptakan kultur organisasi yang mendukung eksperimen dan perbaikan berkelanjutan. Organisasi harus siap untuk menggantikan sistem lama yang mungkin sudah tidak efektif dengan yang lebih relevan dan adaptif.
Dengan skeptisisme metodologis, CRM tidak akan menjadi sebuah kerangka kerja yang statis tetapi sistem yang terus berkembang, merespon perubahan regulasi, teknologi, dan ancaman baru dengan cara yang lebih fleksibel dan tanggap. Filosofi Descartes menekankan bahwa keraguan metodis ini adalah cara yang paling rasional untuk memastikan bahwa organisasi terus bergerak menuju kepatuhan yang optimal, bukan hanya dari perspektif legalitas, tetapi juga dari efektivitas dalam manajemen risiko.
Teori Permainan John Nash dan CRM
Strategi dalam CRM
John Nash, seorang perintis teori permainan, mengembangkan keseimbangan Nash yang menggambarkan bagaimana aktor—baik individu maupun kelompok—membuat keputusan berdasarkan strategi yang paling menguntungkan dalam mempertimbangkan tindakan pihak lain.Â
Dalam konteks Compliance Risk Management (CRM), teori ini relevan dalam memahami bagaimana berbagai aktor dalam organisasi, seperti manajemen, karyawan, pemegang saham, dan regulator, berinteraksi untuk mencapai kepatuhan. Setiap aktor cenderung mengambil langkah yang memaksimalkan keuntungan mereka, baik itu dari sisi kepatuhan terhadap regulasi maupun dari aspek profitabilitas.
Penerapan keseimbangan Nash dalam CRM membantu organisasi untuk melihat bahwa strategi kepatuhan harus mencerminkan keseimbangan di antara kepentingan semua pihak yang terlibat. Manajemen mungkin menginginkan efisiensi operasional dan peningkatan keuntungan, sementara regulator mengharapkan kepatuhan penuh terhadap regulasi.Â
Jika CRM tidak memperhitungkan dinamika kepentingan ini, hal tersebut bisa menyebabkan ketidaksesuaian antara kebijakan perusahaan dan tindakan aktor yang terlibat.