Sejarah Singkat LPG
Membicarakan tentang gas LPG tidak lengkap bila kita tidak menelusuri sejarahnya terlebih dahulu. Perkenalan LPG dimulai oleh PERTAMINA pada tahun 1968. Tujuan Pertamina memasarkan LPG adalah untuk meningkatkan pemanfaatan hasil produksi minyak bumi. Jadi LPG merupakan produk sampingan dari pemrosesan minyak bumi. Nama elpiji sendiri merupakan peng-Indonesia-an ucapan dari LPG atau LIQUEFIED PETROLIUM GAS. Oleh Pertamina, LPG dijadikan sebagai merk dagang sampai saat ini. Kelebihan elpiji ini adalah daya pemanasannya lebih tinggi dibandingkan minyak tanah atau kayu bakar sehingga memasak lebih cepat matang dan tentunya lebih hemat waktu.Selain itu elpiji juga lebih ramah lingkungan serta bagi penggunanya elpiji menjamin kondisi dapur tetap bersih.
Jenis-Jenis Bahan Bakar Gas
Saat ini Indonesia mempunyai cadangan gas alam cair no 11 terbesar di dunia dengan total cadangan terkonfirmasi sebesar 98 trilliun kaki kubik. Pemilik cadangan terbesar gas alam adalah Rusia dengan 1.680 trilliun kaki kubik. Indonesia memiliki 3 daerah penghasil gas alam yaitu Arun di Aceh,Bontang di Kalimantan Timur dan Tangguh di Papua dengan serta 2 lokasi sebagai terminal import gas di Jawa Barat serta di Jawa Timur.(sumber wikipedia)
Perlu diketahui bahwa gas yang dihasilkan di ladang gas di Indonesia seluruhnya adalah gas alam (LNG= Liquid Natural Gas). Nah,ada perbedaan antara gas alam dengan LPG,berikut ini perbedaaanya :
Gas Alam (LNG_CNG)
LPG
Kandungan utama
>95% Metana (C1) dan Etana
(C2),kurang 5% Propana (C3) dan
Butana (C4)
> dari 97% Propana (C3) dan Butana
(C4),kurang 3% Pentana (C5) dan
lainnya
Bentuk dan Penggunaan
- Dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas) untuk kemudahan pengapalan dan pengangkutan.
- Dalam bentuk Gas Pipa / Gas kota untuk industri dan rumah tangga
- Dalam bentuk CNG(Compressed Natural Gas) untuk bahan bakar transportasi (BBG)
- Dalam bentuk curah untuk industri
- Dalam bentuk tabung untuk rumah tangga dan komersial
Sumber asal
Sumur Minyak dan sumur gas
Produk sampingan dari Kilang Gas
(< 5%) dan Kilang Minyak (BBM)
CNG kadang-kadang dianggap sama dengan LNG. Walaupun keduanya sama-sama gas alam, perbedaan utamanya adalah CNG merupakan gas alam terkompresi sedangkan LNG adalah gas alam dalam bentuk cair. CNG secara ekonomis lebih murah dalam produksi dan penyimpanan dibandingkan LNG yang membutuhkan pendinginan dan tangki simpan yang mahal. Akan tetapi CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar untuk sejumlah massa gas alam yang sama, serta perlu tekanan yang sangat tinggi. Oleh karena itu pemasaran CNG lebih ekonomis untuk lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber gas alam.
Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand Elpiji, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (kilang BBM) dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. Perbandingan komposisi propana dan butana-nya adalah 30:70. Nilai kalori yang terkandung di elpiji ini berkisar 21.000 BTU/lb. Elpiji dipasarkan dalam bentuk cair. Volume elpiji dalam bentuk cair ini lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas, untuk berat yang sama. Sifat lainnya, berat jenis elpiji lebih berat dibanding udara, karena butana dalam bentuk gas mempunyai berat jenis dua kali dari berat jenis udara, sedangkan besarnya tekanan uap elpiji cair dalam tabung sekitar 5.0 - 6.2 Kg/cm2 (bar).
Peta LPG PERTAMINA
Program Konversi Minyak Tanah ke Gas
Perkembangan penggunaan elpiji untuk kegiatan rumah tangga mulai menanjak naik sejak digulirkannya program konversi minyak tanah ke bahan bakar gas pada tahun 2007 yang lalu. Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah (Kementerian Negara Koperasi dan UKM serta Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan) beserta PT Pertamina dilaksanakan dengan cara pembagian paket program konversi minyak tanah ke LPG 3 Kg yang terdiri dari tabung LPG 3Kg beserta isinya,kompor gas satu mata tungku,katup tabung LPG,selang karet kompor gas dan regulator tekanan rendah diberikan secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan.
Sampai saat ini,kemasan elpiji 3 Kg menjadi primadona bagi ibu ibu rumah tangga kategori tidak mampu serta usaha mikro sebagai salah satu perabotan utama memasaknya. Selain harganya yang murah karena mendapatkan subsidi dari pemerintah,elpiji 3 Kg juga lebih praktis dan hemat. Selain kemasan elpiji 3 Kg, Pertamina juga menyediakan kemasan elpiji yang lebih besar yaitu kemasan elpiji 12 Kg dan kemasan 50 Kg serta kemasan curah yang harganya menyesuaikan dengan harga keekonomiannya. Produk 12 Kg menyasar rumah tangga golongan ekonomi menengah hingga golongan kaya, sedangkan kemasan 50 Kg menyasar hotel dan restoran.
Golongan Pengguna Elpiji Pertamina (dok.pertamina)
Keunggulan Elpiji 12 Kg
Bagi masyarakat kelas menengah ke atas pengguna elpiji 12 Kg, faktor utama tetap setia menggunakan elpiji kemasan 12 Kg adalah faktor keamanannya. Secara singkat dapat saya sampaikan definisi serta spesifikasi dari tabung elpiji 12 Kg ini. Tabung elpiji 12 Kg ini dibuat dari plat baja lembaran (steel sheet,plate dan strip for gas cylinder) yang digunakan untuk menyimpan gas elpiji dengan kapasitas air (water capacity) 26.2 liter atau butane (BU) seberat 13 Kg atau propane (PR) seberat 11 Kg dengan tekanan rancang bangun sebesar 18.6 Kg/cm2(bar).Sedangkan berat kosong tabung termasuk katupnya (Tare Weight) adalah 15.1 Kg. Kode/marka identitas tabung ini tertera di plat pegangan (handguard) elpiji 12 Kg.
Faktor keamanan dari tabung elpiji 12 Kg ini adalah dalam proses manufakturnya,tabung mengalami serangkaian pengujian mulai dari ketahanan hidrostatik (uji bocor) dengan tekanan 31 bar,uji kedap udara dengan tekanan udara 18.6 bar dan terakhir uji ketahanan pecah tabung dengan tekanan air sebesar minimal 110 bar. Jadi tabung elpiji 12 Kg ini kemampuannya menahan tekanan uap gas elpiji 22 kali lipat lebih besar daripada tekanan gas elpiji itu sendiri yang hanya 5-6 bar. Jadi tekanan Elpiji di dalam tabung jauh di bawah tekanan pecahnya tabung. Jika tekanan gas dalam tabung berlebih, tekanan ini akan diseimbangkan menggunakan safety valve.Selain itu kebocoran gas dari badan tabung dipastikan tidak akan terjadi karena setiap 5 tahun sekali tabung elpiji akan dicek ulang keseluruhannya. Seandainya terjadi kebocoran gas,dapat terdekteksi dengan cepat karena elpiji produksi Pertamina telah ditambahkan zat mercaptan yang memberikan bau yang khas.
Selain itu,tabung gas Elpiji 12 Kg ini sudah memenuhi standard Safety SNI 19-1452-2001, sedangkan katup/valve juga sudah memenuhi standar SNI 1591-2008.
Itu poin pertama keamanan tabung elpiji 12 Kg. Pasti Aman….
Selanjutnya,dengan pemakaian normal 1 tabung elpiji 12 Kg dapat digunakan untuk memasak selama 40-45 hari. Dengan lamanya waktu pemakaian tentunya tidak merepotkan pengguna elpiji 12 Kg dengan tidak seringnya membeli gas isi ulangnya. Selain itu regulator yang kita pakai pun akan awet karena tidak seringnya melepas pasang regulator. Untuk ketepatan isi tabung elpiji 12 Kg pun dijamin oleh Pertamina dengan programnya Pertamina Way LPG (Pasti Pas).Tidak ada kekhawatiran lagi isi tabung elpiji 12 Kg dikurangi oleh stasiun pengisian atau oleh agen. Konsumen elpiji 12 Kg dapat melaporkan ke pihak Pertamina bila menemukan tabung gas kemasan 12 Kg isinya kurang dari 12 Kg. Ketepatan isi tabung gas elpiji 12 Kg benar-benar menjadi komitmen Pertamina.
Keunggulan selanjutnya adalah penjualan tabung gas kemasan 12 Kg dapat ditemui di 2.072 Outlet SPBU serta 1.212 jaringan minimarket di seluruh Indonesia. Jadi konsumen tidak perlu khawatir tabung gas elpiji kemasan 12 Kg menghilang di pasaran.
Itulah keunggulan dari elpiji 12 Kg dibandingkan dengan kompetitor gas sejenis lainnya. Pas amannya, Pas isinya,Pas nyamannya dan Pasti ada dimana-mana.
Profil Pengguna Elpiji 12 Kg
Agar lebih mengetahui profil pengguna elpiji kemasan 12 Kg, Pertamina mengandeng lembaga riset AC Nielsen, mengadakan survey tentang demografi dan gaya hidup pengguna elpiji 12 Kg.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
1.Konsumsi elpiji 12 Kg hanya sebesar 17% dari konsumsi LPG total dengan penggunanya hanya 16% rumah tangga perkotaan serta 6% di pedesaan.
2.Status Social Economy Pengguna ELPIJI 12 Kg mayoritas KELAS ATAS dan MENENGAH.
3.Kepala Rumah Tangga Pemilik elpiji 12 Kg memiliki PENDIDIKAN yang lebih baik dimana >30% lulusan AKADEMI atau di atasnya.
4.Pengguna elpiji 12 Kg lebih mementingkan GAYA HIDUP dengan pengeluaran yang lebih tinggi (hampir 3x lipat) pengguna LPG lainnya.
Dari hasil survey tersebut bisa disimpulkan bahwa pengguna elpiji kemasan 12 Kg adalah kalangan masyarakat bersegmen khusus,serta mempunyai daya beli tinggi dengan penghasilan diatas rata-rata.
Bisnis Elpiji 12 Kg Pertamina
Perbandingan harga elpiji Indonesia dengan negara lainnya (dok.Pertamina)Berbeda dengan elpiji kemasan 3 Kg yang disubsidi, gas dalam tabung kemasan 12 Kg ini tidak disubsidi. Masalahnya saat ini harga keekonomian elpiji 12 Kg yang mencapai Rp 10.700,00/Kg, sementara Pertamina sekarang mesti menjual dengan harga Rp 6.850,00/Kg. Pertamina harus “nomboki” Rp 3.850,00/Kg atau Rp 46.200,00 /tabungnya. Yang namanya produk impor,harga tidak hanya dipengaruhi faktor pasar dunia,tapi juga terpengaruh oleh nilai tukar rupiah. Saat rupiah anjlok seperti beberapa bulan terakhir,yang 1US$ berada dikisaran 11-12 ribu dari sebelumnya dibawah 10 ribu,akibatnya biaya impor pun melejit naik. Akumulasi dari harga jual dibawah harga keekonomiannya,nilai tukar rupiah yang melemah serta kebutuhan impor bahan baku elpiji yang cukup tinggi mengakibatkan Pertamina harus menanggung kerugian di sektor bisnis elpiji 12 Kg ini.
Sebagai perusahaan publik yang sahamnya 100% dikuasai oleh negara, Pertamina pun harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Di dalam Laporan Hasil Pemeriksaannya (LHP), BPK mengungkapkan temuan-temuan pemeriksaan diantaranya temuan :
- Pertamina Menanggung Kerugian atas Bisnis LPG non PSO 12 Kg dan 50 Kg selama tahun 2011 s.d. Oktober 2012 Sebesar Rp7,73 Triliun dan kemungkinan akan bertambah terus bila harga bahan baku dan kurs berubah lebih besar.
- Pertamina Belum Memanfaatkan Sumber Dalam Negeri Untuk Memenuhi Kebutuhan LPG Secara Optimal
Atas temuan terkait kerugian yang ditanggung Pertamina tersebut, BPK merekomendasikan agar Direksi Pertamina menaikkan harga LPG tabung 12 Kgsesuai dengan biaya perolehan untuk mengurangi kerugian Pertamina, dengan mempertimbangkan harga patokan LPG, kemampuan daya beli konsumen dalam negeri, dan kesinambungan penyediaan dan pendistribusian serta melaporkan kenaikan harga elpiji tabung 12 Kg tersebut kepada Menteri ESDM. Pemeriksaan kinerja tersebut dilakukan BPK karena adanya kerugian bisnis LPG umum (LPG tabung 12 dan 50 kg non subsidi) yang dilaporkan Pertamina pada Laporan Keuangannya. Perlu diketahui, bahwa bisnis LPG yang diberikan subsidi (LPG tertentu) hanya pada LPG tabung 3 kg.
Dengan adanya kerugian tersebut berdampak pada ketidakmampuan Pertamina untuk melakukan kegiatan perawatan, baik atas sarana dan fasilitas pendistribusian LPG yang dimiliki sehingga dalam jangka panjang kualitas LPG maupun sarana pendukungnya berpotensi tidak akan dapat dipertahankan. Sesuai dengan rekomendasi BPK tersebut, Direksi Pertamina sesuai dengan kewenangan yang dimiliki berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2009, dapat menaikkan harga LPG tabung 12 kg DENGAN PERTIMBANGAN harga patokan LPG, kemampuan daya beli konsumen dalam negeri, dan kesinambungan penyediaan dan pendistribusiannya. Keputusan kenaikan harga tersebut sepenuhnya kewenangan Pertamina,namun manajemen Pertamina memilih untuk berkonsultasi dengan Pemerintah dengan menyampaikan peta jalan (road map) kenaikan harga elpiji 12 Kg.
Sedangkan pada tahun 2014 ini,diawal bulan Januari kemarin Pertamina sudah menaikkan harga jual elpiji 12 Kg yang sempat membuat “heboh” masyarakat.Kenaikan yang awalnya sebesar Rp 3.500,00/kg akhirnya direvisi menjadi Rp 1.000,00/kg. Sementara ini berdasarkan harga patokan Contract Price Aramco (CPA) yang sudah mencapai harga 833 USD/MT dengan kurs Rp 11.700,- kenaikan sebesar Rp 1.000,00 diawal tahun kemarin sudah tidak memadai lagi. Pertamina diperkirakan menderita kerugian di bisnis elpiji 12 Kg akan mencapai sekitar 6 trilliun sampai akhir tahun ini,bila tidak ada perubahan harga jual.
Ditambah potensi penggunaan elpiji 12 kg ke depan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat. Alhasil porsi LPG impor akan semakin besar beserta kenaikan-kenaikan biaya bahan baku dan operasionalnya,sehingga Pertamina mau tidak mau harus menyesuaikan harga jual elpiji 12 kg untuk mengimbangi beban kenaikan tersebut.
Saatnya Penyesuaian Harga Elpiji 12 Kg
Setelah mengalami kerugian terus menerus dari bisnis elpiji 12 Kg ini sejak tahun 2009 hingga saat ini, Pertamina pun meminta ijin kepada Pemerintah untuk menyesuaikan harga jual elpiji kemasan 12 Kg. Dengan bukti data kerugian yang didapat dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK serta potensi penggunaan ELPIJI 12 kg ke depan yang akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat, Pertamina sudah menyampaikan peta jalan (road map) kepada Pemerintah sesuai hasil konsultasi dengan BPK pasca kenaikan harga elpiji pada bulan Januari 2014.
Dalam peta jalan (road map) Pertamina tersebut,rencana kenaikan harga jual elpiji 12 Kg akan dilakukan secara bertahap hingga mencapai harga keekonomian di tahun 2016. Berikut tahapannya :
- Per 1 Juli 2014 kemarin (ditunda dengan alasan bertepatan dengan momen tahun ajaran baru dan berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri),Pertamina akan menaikkan harga elpiji 12 Kg sebesar Rp 1.000,00/Kg menjadi Rp 6.944,00/Kg dengan estimasi harga di tingkat konsumen Rp 103.700,00/tabung.
- Kemudian pada 1 Januari 2015 dan 1 Juli 2015,kemasan elpiji 12 Kg akan mengalami kenaikan lagi sebesar Rp 1.500,00/Kg menjadi Rp 9.945,00/Kg dengan estimasi harga di tingkat konsumen Rp 147.000,00/tabung.
- Dan di 1 Januari 2016,elpiji 12 Kg akan mengalami kenaikan sebesar Rp 1.500,00/Kg serta Rp 500,00/Kg pada bulan Juli di tahun yang sama.Diperkirakan harga elpiji 12 Kg saat itu mencapai Rp 11.944,00/Kg dengan estimasi harga di tingkat konsumen Rp 174.900,00/tabung.
Mengenai dampaknya,dengan kenaikan secara bertahap tersebut, pengguna setia elpiji kemasan 12Kg diharapkan tidak kaget dengan bertambahnya pengeluaran tambahan untuk membeli gas elpiji. Karena kenaikannya bertahap tentu tidak dirasa memberatkan bagi pengguna elpiji 12 Kg ini. Sesuai dengan profil pengguna elpiji yang bersegmen khusus tersebut diatas,dengan kenaikan bertahap tersebut diharapkan tidak akan menimbulkan aksi penolakan serta aksi migrasi ke gas 3 Kg.
Tenang bu,elpiji 12 Kg naiknya bertahap kok. (dok.pertamina)
Selain itu,harga kenaikan yang diusulkan oleh Pertamina dalam peta jalan tersebut bisa berubah turun atau naik tergantung dengan harga patokan bahan baku serta nilai tukar rupiah. Evaluasi harga tentunya akan dilakukan oleh Pertamina setiap saat menyesuaikan harga keekonomiannya dimasa mendatang. Upaya sosialisasi rencana penyesuaian harga jual elpiji 12 Kg pun sudah jauh-jauh hari dilakukan oleh Pertamina. Pemasangan spanduk-spanduk harga di SPBU,kantor agen hingga pangkalan pun tidak ketinggalan.Sosialisasi paling gres adalah dengan melalui brosur-brosur yang digantungkan pada tabung elpiji 12 Kg.Dengan gencarnya sosialisasi dari Pertamina ini bertujuan agar masyarakat pemakai tabung elpiji kemasan 12 Kg lebih siap menghadapi penyesuaian harga tersebut.
Banyak pihak meramalkan bahwa dengan adanya rencana penyesuaian harga jual Elpiji 12 Kg ini akan memberikan dampak berupa migrasi pengguna elpiji 12 Kg ke elpiji 3 kg yang disubsidi serta dapat menimbulkan inflasi. Khusus untuk inflasi,Bank Indonesia sudah mengeluarkan pernyataan bahwa penyesuaian harga jual elpiji 12 Kg ini tidak mempengaruhi inflasi secara signifikan.Jadi masih aman terkendali tingkat inflasinya. Sedangkan akan terjadinya migrasi ke tabung 3 Kg, Pertamina pun tidak menampik akan terjadinya hal tersebut.
Malu Membeli LPG Yang Bukan Haknya (dok.pertamina)
Upaya Pertamina untuk menanggulangi kasus migrasi ke tabung elpiji 3 Kg ini sudah dilakukan sejak lama. Mulai dari penataan stasiun pengisian bulk elpiji yang harus terpisah dengan badan hukum sendiri antara tabung kemasan 3 Kg dan 12 Kg. Penataan agen pun dilakukan dimana agen penjual tabung kemasan 12 Kg tidak boleh menjual elpiji 3 Kg. Kemudian melakukan pemetaan kebutuhan tabung gas 3 Kg tiap kabupaten. Jika suatu kabupaten kebutuhannya mencapai 100 ribu tabung,misalnya, maka Pertamina akan melihat berapa agen yang tersedia di kabupaten tersebut. Jadi, kebutuhan itu tinggal dibagi rata ke setiap agen, begitu juga dengan pangkalan. Setiap pangkalan inipun sudah terdata di Pertamina.
Dengan model bisnis ini,bisa dibilang tidak ada persaingan. Siapa yang akan melakukan monopoli atau menimbun barang akan terlihat dengan cepat, sebab setiap agen telah mendapat zonanya masing masing. Jika kemudian ada lonjakan permintaan akan gas elpiji 3 kg, Pertamina tidak akan memenuhinya. Sistem ini bernama Sistem Monitoring Elpiji 3 Kg namanya (SIMOL3K).
Penutup
Permintaan Pertamina untuk melakukan penyesuaian harga elpiji 12 Kg saat ini merupakan usaha perusahaan untuk mengurangi kerugian yang semakin melejit di bisnis elpiji 12 Kg. Dan itu adalah pilihan terbaik Pertamina saat ini. Terkait dengan rencana penyesuaian harga LPG kemasan 12 Kg berikut ini beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah dan Pertamina yaitu :
- Dalam jangka pendek, setiap ada penyesuaian harga elpiji kemasan 12 Kg sebaiknya harga acuan elpiji kemasan 3 Kg pun ikut direvisi.Karena termasuk kategori Elpiji tertentu,Pertamina bersama-sama dengan Pemerintah merumuskan harga baru elpiji 3 Kg. Pertimbangannya agar disparitas harga antara kedua produk ini tidak terlalu jauh.Dengan perbedaan harga yang tidak terlalu jauh membuat pengguna elpiji 12 Kg tidak tergoda untuk migrasi ke elpji kemasan 3 Kg. Contoh kongkritnya adalah disparitas antara bensin Premium dengan Pertamax seperti kondisi saat ini,dimana pengguna mobil serta sepeda motor lebih memilih bensin premium daripada Pertamax yang harganya lebih mahal.
- Pilihan produk kemasan elpiji yang terbatas membuat setiap ada perubahan harga menimbulkan sedikit gejolak. Saat ini praktis di masyarakat hanya tersedia tabung elpiji kemasan 3 Kg dan kemasan 12 Kg. Sedangkan jenis gas lainnya seperti Blue Gas tidak banyak dilirik oleh masyarakat karena distribusi dan suplainya yang terbatas. Untuk lebih meredam gejolak perubahan harga tersebut,Pertamina sebaiknya memproduksi tabung gas kemasan 6 Kg serta kemasan 9 Kg dalam jumlah yang setara dengan elpiji 12 Kg. Sementara harga gas elpijinya tersebut menyesuaikan dengan harga pasar. Dengan banyaknya pilihan tabung elpiji,setiap ada perubahan harga, masyarakat bisa menggunakan kapasitas tabung yang lebih kecil dari 12 Kg dan dapat menyesuaikan dengan kemampuan finansialnya.
- Menekan inefisiensi operasional yang terjadi pada Pertamina serta mendorong Pertamina untuk mengambil alih berbagai lokasi ladang gas yang telah berakhir masa kontraknya.Peran Pemerintah adalah memberi ruang lebih kepada Pertamina untuk mengelola sumber daya alam secara mandiri dengan memprioritaskan hasil gas alam Indonesia untuk keperluan dalam negeri. Sangat disayangkan bila sumber daya alam yang ada di depan mata dan berada di lahan sendiri tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk keperluan dalam negeri.
- Dalam jangka panjang,mempercepat pembangunan sistem jaringan pipa gas alam yang membentang dari Aceh ,pulau Jawa,Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini jaringan pipa milik Pertamina dan PGN masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah tertentu.Persiapan infrastruktur pipanisasi hingga menjangkau ke kawasan rumah-rumah penduduk sehingga dapat menekan penggunaan LPG,serta impor bahan baku LPG pun dapat ditekan.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Pemerintah melalui penyataaan Menko Perekonomian Chairul Tanjung sudah menyetujui rencana Pertamina menyesuaikan harga elpiji 12 Kg ini.Untuk besaran kenaikannya berapa rupiah akan ditentukan oleh Direksi Pertamina.Dengan akan segera terealisasinya penyesuaian harga elpiji 12 Kg ini,harapan pengguna elpiji “melon” 3Kg adalah tidak berdampak buruk terhadap kelangsungan hidupnya. Tidak terjadi lagi kelangkaan yang membuat pengguna elpiji 3 Kg menjadi panik. Bagi Pertamina sendiri sebagai perusahaan BUMN yang 100% sahamnya dimiliki oleh negara, Pertamina memang dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya setiap tahunnya. Dengan keuntungan yang meningkat tersebut, setoran dividen serta pajak yang harus dibayar oleh Pertamina pun akan semakin besar. Dengan begitu sektor pendapatan negara akan meningkat. Dengan adanya kerugian bisnis Pertamina yang terjadi pada sektor elpiji kemasan 12 Kg, mengakibatkan berkurangnya keuntungan Pertamina sehingga deviden dan pajak yang dibayarkan oleh Pertamina pun menjadi berkurang.
Perlahan namun pasti elpiji 12 Kg akan menjadi “anak” yang mandiri. Harga jual yang sudah mengikuti harga internasional membuat Pertamina dapat bersaing dengan perusahaan migas negara lainnya.Semoga tujuan dan harapan dari Pertamina terkait dengan penyesuaian harga elpiji 12 Kg dapat terlaksana dengan baik,potensi kerugian dapat dikurangi secara bertahap serta pelaksanaannya tidak salah sasaran dan dimanfaatkan oleh konsumen yang tidak berhak.
@AP_agungpambudi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H