Mohon tunggu...
Agung Purnomo
Agung Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Neurosains dan Bedah Saraf

17 November 2024   05:21 Diperbarui: 30 November 2024   12:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto jaringan saraf (Sumber: Istockphoto/Libre de droit

Ketika berbicara tentang kesehatan otak dan sistem saraf, dua bidang penting yang muncul adalah bedah saraf dan ilmu saraf. Meski keduanya berfokus pada sistem saraf, mereka memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami, mendiagnosis, dan mengobati gangguan neurologis.

Bedah Saraf

Bedah saraf tidak hanya terbatas pada operasi otak. Bidang ini mencakup pembedahan dan perawatan gangguan pada otak, sumsum tulang belakang, tulang belakang, serta saraf tepi di seluruh tubuh. Ahli bedah saraf terlatih untuk menangani berbagai kondisi, seperti nyeri punggung, cedera kepala, hingga penyakit kompleks seperti Parkinson.

Seorang ahli bedah saraf harus menjalani pelatihan intensif hingga bertahun-tahun, termasuk magang bedah, residensi, dan pelatihan khusus di bidang tertentu. Selain operasi, mereka juga memainkan peran dalam diagnosis, pencegahan, dan rehabilitasi gangguan neurologis. Hal ini menjadikan mereka mitra utama bagi dokter spesialis lainnya, seperti ahli saraf, dalam menangani pasien dengan kebutuhan neurologis kompleks.

Neurosains

Di sisi lain, ilmu saraf merupakan studi multidisiplin yang mencakup berbagai aspek perkembangan, fungsi, dan struktur sistem saraf. Bidang ini tidak hanya berfokus pada fungsi normal otak dan saraf, tetapi juga mengeksplorasi apa yang terjadi ketika gangguan neurologis muncul.

Cabang-cabang ilmu saraf sangat luas, meliputi:

  • Neuroimaging, yang menggunakan teknologi untuk melihat dan memahami struktur otak.
  • Neurosains kognitif, yang meneliti fungsi kognitif manusia dan dasar neuralnya.
  • Neuroengineering, yang memanfaatkan teknik rekayasa untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem saraf.
  • Neurosains afektif, yang mempelajari bagaimana neuron berperilaku terkait emosi.

Ilmu saraf juga menggunakan pendekatan interdisipliner, menggabungkan ilmu biologi, psikologi, filsafat, dan bahkan ilmu komputer. Hal ini membuatnya relevan tidak hanya untuk memahami gangguan medis, tetapi juga untuk menjawab pertanyaan tentang perilaku manusia dan kebudayaan.

Kolaborasi yang Memberi Dampak Besar

Bedah saraf dan ilmu saraf saling melengkapi dalam menangani gangguan sistem saraf. Misalnya, penelitian dalam ilmu saraf tentang bagaimana otak memproses informasi dapat membantu ahli bedah saraf dalam merancang prosedur operasi yang lebih efektif. Sebaliknya, pengalaman klinis ahli bedah saraf memberikan wawasan penting untuk pengembangan studi neurosains.

Masa Depan Ilmu dan Bedah Saraf

Dengan kemajuan teknologi, seperti pemindaian MRI dan neuroengineering, masa depan keduanya terlihat menjanjikan. Ahli saraf dan ahli bedah saraf bersama-sama membangun dasar untuk pengobatan yang lebih personal dan inovatif dalam menghadapi gangguan neurologis, baik pada tingkat klinis maupun penelitian.

Sumber:

Departement of Neurological Surgery

Department of Neuroscience

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun