Mohon tunggu...
Agung Purnomo
Agung Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

Halo, Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jiwa yang Terselubung: Cerpen Psikologi

5 Juli 2024   15:11 Diperbarui: 5 Juli 2024   15:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bab 1: Awal Perjalanan

Zan Sing, seorang pemuda berusia 19 tahun, selalu merasa berbeda dari teman-temannya. Di saat teman-temannya asyik berkumpul dan bercanda, Zan lebih suka menghabiskan waktu dengan buku-buku dan pikirannya sendiri. Introvert, begitu orang-orang menyebutnya. Tapi bagi Zan, itu adalah cara untuk memahami dunia yang begitu kompleks dan penuh teka-teki.

Kamar Zan adalah perpaduan antara perpustakaan mini dan laboratorium. Buku-buku tebal berjejer rapi di rak, mulai dari filsafat, sejarah, hingga psikologi. Di sudut kamar, ada meja yang dipenuhi kertas-kertas catatan, diagram, dan coretan yang hanya bisa dipahami oleh dirinya sendiri. Zan sangat tertarik dengan psikologi, ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia. Dia percaya bahwa dengan memahami psikologi, dia bisa memahami dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

Bab 2: Labirin Pikiran

Pagi itu, Zan menemukan sebuah buku lama yang tersembunyi di antara tumpukan buku-buku bekas di pasar loak. Judulnya "Sejarah Psikologi: Dari Aristoteles hingga Kontemporer". Buku itu membawa Zan ke dalam perjalanan panjang sejarah psikologi. Dari pemikiran Aristoteles tentang jiwa hingga laboratorium psikologi pertama yang didirikan oleh Wilhelm Wundt di Jerman pada tahun 1879.

"Begitu banyak yang belum aku ketahui," pikir Zan sambil membalik halaman demi halaman. Dia terpesona oleh bagaimana psikologi berkembang dari renungan filosofis hingga menjadi ilmu pengetahuan eksperimental yang solid.

Bab 3: Pencarian Jawaban

Di kampus, Zan lebih sering terlihat di perpustakaan daripada di kantin. Dia mengejar semua yang bisa dia pelajari tentang psikologi, dari teori Freud tentang alam bawah sadar hingga pendekatan kognitif yang menekankan proses mental dalam menangkap dan menanggapi stimulus.

Suatu hari, Zan bertemu dengan seorang dosen senior bernama Dr. Haris, yang terkenal dengan pengetahuannya tentang psikologi perkembangan dan sosial. "Kamu terlihat sangat bersemangat, Zan," kata Dr. Haris saat melihat Zan yang asyik mencatat di kelas.

"Ya, Pak. Saya ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana pikiran manusia bekerja," jawab Zan.

Dr. Haris tersenyum. "Psikologi adalah ilmu yang sangat luas. Apa yang ingin kamu fokuskan?"

Zan berpikir sejenak. "Mungkin psikologi klinis. Saya ingin membantu orang yang mengalami kesulitan emosional."

Bab 4: Menyusuri Alam Bawah Sadar

Di malam hari, Zan sering tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia merenungkan bagaimana alam bawah sadar bekerja. Bagaimana keinginan dan dorongan yang tidak disadari bisa mempengaruhi perilaku seseorang. Teori Freud tentang konflik alam bawah sadar dan ketegangan mental menarik minatnya. 

"Kenapa kita bertindak seperti ini? Apa yang mendorong kita?" Zan sering bertanya pada dirinya sendiri.

Dia mulai melakukan eksperimen kecil pada dirinya sendiri, mencoba memahami reaksi emosionalnya dalam berbagai situasi. Melalui metode introspeksi, dia mencoba menggali lebih dalam ke dalam alam bawah sadarnya.

Bab 5: Antara Keturunan dan Lingkungan

Zan juga tertarik dengan debat panjang tentang pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap perilaku manusia. Dia mempelajari bagaimana genetika bisa mewariskan sifat-sifat tertentu, tetapi lingkungan juga memainkan peran besar dalam membentuk siapa kita.

"Seberapa besar pengaruh genetik dibandingkan dengan pengalaman hidup?" Zan menulis di jurnalnya. Dia mulai mengamati teman-temannya, mencatat perbedaan dalam perilaku mereka dan mencoba menemukan pola.

Bab 6: Pertemuan Tak Terduga

Suatu sore, saat Zan sedang membaca di taman kampus, seorang gadis menghampirinya. "Kamu Zan, kan?" tanyanya dengan senyuman hangat.

"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?" Zan sedikit terkejut.

"Aku Maya, mahasiswa psikologi juga. Aku dengar kamu banyak tahu tentang psikologi klinis. Aku sedang mencari seseorang untuk berdiskusi."

Zan merasa senang. Akhirnya, ada seseorang yang berbagi minat yang sama. Mereka mulai berdiskusi tentang berbagai topik, dari teori psikoanalisis Freud hingga pendekatan perilaku.

Bab 7: Langkah Baru

Dengan semangat baru, Zan dan Maya mulai mengadakan sesi diskusi rutin. Mereka juga melakukan penelitian kecil tentang perilaku mahasiswa di kampus, menggunakan metode observasi ilmiah dan wawancara.

"Kita bisa belajar banyak dari mereka," kata Maya suatu hari. "Setiap individu unik dan memiliki cerita yang berbeda."

Zan setuju. "Betul. Dan dengan memahami mereka, kita bisa membantu mereka lebih baik."

Bab 8: Penemuan Diri

Melalui diskusi dan penelitian, Zan mulai memahami lebih banyak tentang dirinya sendiri. Dia belajar bahwa menjadi introvert bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan dia untuk merenung dan memahami dunia dengan cara yang berbeda.

Zan dan Maya akhirnya mempresentasikan hasil penelitian mereka di sebuah seminar kampus. "Psikologi membantu kita memahami manusia, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks," kata Zan dalam presentasinya.

Bab 9: Mimpi dan Harapan

Setelah seminar, Zan duduk sendirian di tepi danau kampus. Dia melihat pantulan dirinya di air dan tersenyum. "Perjalanan ini baru permulaan," pikirnya.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dia dapatkan, Zan bertekad untuk terus belajar dan menggali lebih dalam tentang psikologi. Dia ingin membantu orang lain memahami diri mereka sendiri, seperti dia memahami dirinya sendiri.

Penutup

Zan Sing, pemuda introvert yang awalnya merasa terasing, kini menemukan makna dalam pencarian ilmu. Melalui psikologi, dia belajar bahwa setiap jiwa memiliki cerita, dan setiap cerita layak untuk dipahami. Perjalanan Zan baru dimulai, dan dia siap untuk menghadapi dunia dengan pengetahuan dan keinginannya untuk membuat perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun