Review Film Surat Dari Praha (2016)
Secara singkat Film (Surat dari Praha) merupakan film yang bergenre Drama,Romantis yang  beberapa dibalik layar pembuatan dan penayangan film ini ada Angga Dwimas Sasongko sebagai (Sutradara), Glenn Fredly sebagai (Produser), M.Irfan Ramli sebagai (Penulis) dan Visinema Pictures sebagai (Produksi).
Film ini menceritakan sebuah percintaan di kota Praha,Repbulik Ceko. Surat dari praha ini bercerita tentang seorang perempuan muda yang mendapat wasiat dari ibunya yang baru saja meninggal berupa warisan yang bernama Sulastri dan perempuan muda tersebut bernama larasati, dikarenakan laras sedang menghadapi sebuah masalah perceraian dan perlu biaya tambahan untuk prosesi cerai maka terpaksalah lastri pergi ke praha untuk memenuhi wasiat dari ibunya , sebelum meninggal sulastri menitipkan sebuah wasiat yang harus diantarkan oleh laras, surat tersebut terdapat di dalam kotak yang berisikan surat-surat dari praha dan satu surat balasan jadi ada 136 surat yang pernah dikirim oleh seseorang dari praha akan tetapi tidak pernah dikirim kembali sehingga tidak pernah ada surat balasan , namun terdapat 1 surat balasanyang ditulis sebelum dia meninggal yang harus diantarkan ke Praha dan kemudain Larasati pun berangkat ke praha untuk bertemu seseorang bernama  Jaya yaitu mantan tunangan ibunya.
Pertemuan larasati dan jaya ini kemudian membuka banyak hal tentang masalalu keluarga, luka batin hingga termasuk gelapnya sejarah bangsa Indonesia, laras pun akhirnya tau siapa jaya sebenarnya dan dari situlah laras mulai belajar untuk memaafkan masalalu nya karena pernah menghancurkan dan membuat keluarga nya tida harmonis/berantakan akan tetapi jaya menyangkal dan membantah pernyataan laras tersebut karena pada kenyataan yang dialami jaya sendiri pun, Jaya sering menulis surat kepada sulastri dengan tidak bermaksud merusak rumah tangga nya dan bahkan dia tidak menerima satu surat balasan pun dari sulastri, jadi dia tidak tau bahwa sebenarnya sulastri sudah berumah tangga apa tidak, bahkan jaya sering mengirim surat-surat kepada sulastri sampai dia beranggapan bahwa tidak ada satu pun surat yang tersampaikan kepada sulastri.
Pada akhirnya jaya pun menjelaskan panjang lebar kepada laras bahwasannya dulu jaya merupakan Mahasiswa Ikatan Dinas pada masa kepemimpinan Presiden Suharto yang bersih keras menolak OrdeBaru dan mendukung kepemimpinan Sukarno, jadi pada masa itu di tahun 1965 adalah masa pergolakan politik paling berdarah sepanjang sejarah Indonesia dimana orang-orang yang menolak orde baru akan disingkirkan tanpa tau kabar selanjutnya dan ratusan mahasiswa ikatan dinas yang dikirim oleh Presiden Sukarno dulu untuk kuliah ke Praha dipaksa untuk menngakui pemerintahan orde baru dan jika menolak makan mereka akan tidak diakui sebagai arga Negara Indonesia sehingga mereka dilepas warga kenegaraannya hingga pada akhirnya paspornya pun ditarik/dicabut dan dia hidup sebagai stateless di praha selama puluhan tahun.
Jadi karena alasan itulah jaya tidak pulang ke Indonesia dan tidak menghubungi sulastri sampai masa orde baru selesai, jaya yang idealis akhirnya lebih memilih mengorbankan kewarganegaraannya dan tidak pulang ke Indonesia untuk menemui kekasih hatinya , jaya mengorbankan cinta dengan keputusan idealisnya.
Jadi pada tahun 1965 ke 1966 terdapat pergeseran demokratis dari orde lama ke orde baru yang pada penerapannya terjadi suatu likuidasi fisik politik yang notabenenya berupa pembunuhan -- pembunuhan yang tidak pernah berdasarkan hukum, pada masa orde baru terjadi suatu kekerasan berupa pembunuhan pada orang-orang yang memang komunis, yang dianggapnya komunis, atau orang democrat dan itu tanpa ada prosesi hukum sehingga tidak menghargai adanya Hak Asasi Manusia , dan apabila mahasiswa yang dikirim keluar negeri pada masa sukarno ditanyai beberapa sebuah pertanyaan berkaitan dengan komunis dan jika dalam suatu jawabannya menyatakan penolakan/perlawanan pada rezim orde baru maka passport tidak akan diperpanjang atau sampai dicabut dengan begitu mahasiswa tersebut tidak mempunyai posisi kewarganegaraan dan mahasiswa yang tidak setuju terpaksa meminta suaka politik (asylum) dari Pemerintah Ceko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H