"Assalamu'alaikum," Sayyidina Umar memberi salam.
Mendengar salam Sayyidina Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Sayyidina Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.
"Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?" tanya Sayyidina Umar.
Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, "Anakku...."
"Apakah ia sakit?"
"Tidak," jawab si ibu lagi. "Ia kelaparan."
Sayyidina Umar dan Aslam tertegun, mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.
Sayyidina Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Sayyidina Umar berkata, "Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?"
Ibu itu menoleh dan menjawab, "Hmmm, kau lihatlah sendiri!"
Sayyidina Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Sayyidina Umar berteriak, "Apakah kau memasak batu?"
Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala,"Buat apa?"