"Perkeretaapian bukan sekadar jalur transportasi, tetapi urat nadi kemajuan bangsa. Membangunnya dengan visi besar hari ini adalah investasi bagi masa depan."
Hari Jumat di akhir Januari 2025 kemarin, selama setengah hari, alhamdulillah saya bersama rekan sekerja bisa berbagi dan berdiskusi dengan sahabat-sahabat di DJKA. Sebuah kesempatan berharga yang penuh makna, di mana saya bisa bertukar cerita, wawasan, dan pengalaman mengenai Future Skills untuk pengembangan perkeretaapian nasional.
Dalam ruangan diskusi yang penuh semangat, saya melihat mata-mata berbinar dari para profesional yang memiliki satu visi besar: membangun sistem perkeretaapian Indonesia yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Ada yang berbicara tentang teknologi terbaru, ada yang membahas regulasi dan tata kelola, dan ada pula yang menyoroti tantangan sosial dan ekonomi yang harus diatasi. Semuanya mengerucut pada satu kesimpulan besar:
"Perkeretaapian bukan sekadar moda transportasi. Ia adalah urat nadi kemajuan bangsa."
Saya merenungkan diskusi kami hari itu. Jika kita ingin menjadikan perkeretaapian sebagai tulang punggung mobilitas nasional yang resilien, inovatif, dan berdaya saing global, maka ada 10 pilar utama yang harus diperkuat. Pilar-pilar ini tidak hanya menyentuh aspek teknologi dan infrastruktur, tetapi juga sumber daya manusia, keberlanjutan, keamanan siber, hingga strategi menghadapi disrupsi global.
Pilar pertama yang menjadi fondasi utama adalah Infrastruktur Cerdas & Resilien. Karena tanpa infrastruktur yang kuat, tidak ada transformasi yang bisa berjalan optimal. Mari kita bahas lebih dalam.
1. Infrastruktur Cerdas & Resilien
Mengembangkan jaringan rel dan fasilitas perkeretaapian yang berbasis teknologi dan tahan bencana adalah keharusan. Negara-negara maju seperti Jepang dan Jerman telah mengadopsi smart railway infrastructure, yang dilengkapi dengan sensor IoT untuk memantau kondisi rel, AI untuk deteksi dini gangguan, serta desain yang mampu bertahan dari bencana alam.
Di Indonesia, pembangunan jalur ganda, elektrifikasi, dan konektivitas multimoda perlu dipercepat untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas. Integrasi dengan sistem transportasi lain (bus, MRT, LRT, dan kendaraan listrik) juga harus diperkuat agar layanan lebih seamless dan efisien.
2. Transformasi Digital & Teknologi Masa Depan
Perkeretaapian harus mengadopsi AI, IoT, big data, blockchain, dan teknologi kuantum untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan pengalaman pelanggan.
* AI & IoT: Digunakan dalam predictive maintenance untuk mencegah gangguan operasional.
* Big Data: Mengoptimalkan jadwal perjalanan berdasarkan pola permintaan penumpang.
* Blockchain: Meningkatkan keamanan transaksi tiket dan transparansi logistik.
* Teknologi Kuantum: Mempercepat pemrosesan data dalam perencanaan operasional.
Contoh terbaik adalah SNCF (Prancis) yang menggunakan AI dan big data untuk meningkatkan efisiensi operasional, serta China Railway yang telah mengimplementasikan blockchain dalam manajemen rantai pasokan perkeretaapiannya.
3. Sumber Daya Manusia (SDM) Berdaya Saing Global
Teknologi canggih hanya dapat berjalan optimal jika didukung oleh SDM yang unggul, berdaya saing global, dan memiliki mindset inovatif. Program pelatihan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) serta pengembangan kepemimpinan transformatif harus menjadi prioritas.
Pola "lifelong learning" seperti yang diterapkan di Deutsche Bahn (Jerman) dapat dijadikan model. Setiap pekerja diberikan akses pelatihan berbasis digital untuk meningkatkan keterampilan sesuai perkembangan teknologi terbaru.
4. Keberlanjutan & Transportasi Hijau
Demi mendukung Net Zero Emission 2060, perkeretaapian nasional harus beralih ke energi bersih seperti:
* Elektrifikasi penuh untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
* Hydrogen-powered trains seperti yang digunakan di Jerman dan Belanda.
* Pemanfaatan tenaga surya untuk operasional stasiun dan fasilitas pendukung.
Selain itu, sistem manajemen energi berbasis AI dapat membantu mengoptimalkan penggunaan daya dan menekan emisi karbon.
5. Regulasi Adaptif & Tata Kelola Berbasis Data
Regulasi yang kaku dan tidak fleksibel sering menjadi hambatan dalam percepatan inovasi. Oleh karena itu, diperlukan regulasi berbasis data yang dapat:
* Mempercepat investasi sektor swasta dalam industri perkeretaapian.
* Mendukung model bisnis Public-Private Partnership (PPP) yang terbukti sukses di Inggris dan Jepang.
* Membuka peluang kolaborasi internasional untuk transfer teknologi dan inovasi.
Di era digital, regulasi juga harus mampu mengakomodasi keamanan data dan transaksi digital dalam sistem perkeretaapian.
6. Industri Perkeretaapian Nasional & Kemandirian Teknologi
Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor teknologi kereta api. Untuk menjadi negara mandiri dalam industri perkeretaapian, strategi yang perlu dilakukan adalah:
* Meningkatkan kapasitas manufaktur dalam negeri (seperti PT INKA) agar dapat bersaing di pasar global.
* Mendorong R&D dalam teknologi kereta cepat dan sistem kontrol otomatis.
* Mengembangkan ekosistem startup perkeretaapian untuk mendorong inovasi lokal.
China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) telah sukses membangun industri perkeretaapian nasionalnya denganp strategi ini dan kini menjadi pemimpin global dalam ekspor kereta api.
7. Aksesibilitas, Inklusivitas & Pelayanan Publik yang Human-Centered
Perkeretaapian harus menjadi moda transportasi yang mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas, lansia, dan masyarakat ekonomi lemah.
Strategi yang bisa diterapkan:
* Penerapan sistem tarif dinamis agar lebih terjangkau.
* Desain universal dalam pembangunan stasiun dan gerbong kereta.
* Peningkatan customer experience dengan digitalisasi layanan dan integrasi pembayaran digital.
8. Ketahanan Nasional, Stabilitas Sosial & Geostrategi Transportasi
Kereta api harus menjadi alat pemerataan pembangunan wilayah dan mendukung stabilitas sosial. Salah satu strategi yang bisa diadopsi adalah pengembangan kereta logistik antarwilayah untuk memperkuat jalur perdagangan domestik dan internasional.
Indonesia dapat belajar dari China Belt and Road Initiative (BRI) yang menjadikan perkeretaapian sebagai instrumen geopolitik untuk memperkuat posisi ekonomi globalnya.
9. Keamanan Siber & Proteksi Data Transportasi
Di era digital, ancaman siber menjadi risiko utama dalam perkeretaapian modern. Langkah yang harus dilakukan:
*Mengembangkan sistem keamanan siber berbasis AI.
* Menerapkan regulasi perlindungan data yang ketat.
* Berkolaborasi dengan institusi siber nasional dan internasional.
Contoh terbaik adalah Japan Railway yang telah menerapkan sistem proteksi data berbasis AI dan blockchain untuk mencegah peretasan.
10. Resiliensi terhadap Multi Disrupsi & Krisis Global
Krisis global seperti pandemi, perubahan iklim, dan krisis energi harus diantisipasi dengan strategi mitigasi:
* Diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
* Fleksibilitas operasional agar tetap berjalan saat terjadi krisis.
* Skenario darurat berbasis AI untuk respons cepat terhadap gangguan.
Kesimpulan
10 pilar ini bukan sekadar transformasi teknologi, tetapi juga strategi untuk menjadikan perkeretaapian nasional sebagai pilar ketahanan ekonomi, sosial, dan geopolitik Indonesia.
Jika dijalankan dengan visi yang kuat, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam perkeretaapian modern di Asia Tenggara dan berkontribusi dalam peradaban global.
Saatnya melangkah lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih maju!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI