Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenapa Soft Skills Tak Lagi Cukup? Saatnya Beralih ke Future Skills!

22 Januari 2025   08:47 Diperbarui: 21 Januari 2025   23:34 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Future skills adalah kunci membuka pintu sukses di masa depan. |Image: Ilustrator AFM

"Di era yang terus berubah, hanya mereka yang berani meninggalkan zona nyaman soft skills dan melangkah ke dunia future skills yang akan memimpin masa depan."

Pernahkah Anda merasa bahwa dunia kerja berubah begitu cepat hingga keterampilan yang dulu dianggap esensial kini terasa usang? “Soft Skill Masalah Utama SDM Indonesia,” demikian judul mencengangkan yang diterbitkan Universitas Gajah Mada pada 11 November 2013. Namun, lebih dari satu dekade kemudian, masalah ini terus membayangi. Bahkan DetikEdu mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa lemahnya soft skills menjadi salah satu alasan utama banyak Gen Z kehilangan pekerjaan.  (“Soroti Banyak Gen Z Dipecat dari Pekerjaan, Bapenas: Soft Skill Lemah”, DetikEdu, 10/12/2024)

Kondisi ini semakin "diperburuk" oleh temuan Majalah Bisnis SWA yang menyebut situasi ini sebagai "Darurat Soft Skill di Perguruan Tinggi." (SWA, 5 Desember 2024). Menteri Ketenagakerjaan juga mengingatkan pentingnya penguasaan soft skills di era digital (“Menteri Ketenagakerjaan Ingatkan Pentingnya Soft Skill di Era Digital”, Tempo, 12 Januari 2025). 

Namun, di tengah kesadaran ini, ada pertanyaan yang lebih mendesak: apakah soft skills saja cukup untuk menghadapi tuntutan masa depan? Ketika revolusi industri 4.0 dan percepatan teknologi mendefinisikan ulang dunia kerja, jawabannya adalah tidak. 

Inilah saatnya kita bergerak lebih jauh. Era baru memerlukan pendekatan baru: future skills. Apa itu future skills? Mengapa keterampilan ini menjadi game changer bagi generasi sekarang? Dan bagaimana mereka melengkapi, bahkan menggantikan soft skills yang selama ini kita anggap sebagai fondasi utama kesuksesan? 

Mari kita jelajahi lebih jauh dan temukan bagaimana mempersiapkan diri untuk masa depan yang penuh tantangan dan peluang.

Mengapa Future Skills Menjadi Prioritas?

"Di dunia yang terus berubah, keterampilan masa depan bukan hanya pilihan, tetapi keharusan untuk meraih kesuksesan dan tetap relevan."

Seiring perkembangan teknologi, pola kerja tradisional telah bergeser secara drastis. Penelitian dari World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2025. Namun, laporan yang sama juga memprediksi munculnya 97 juta pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan yang berbeda, khususnya di bidang teknologi, analitik data, dan kecerdasan buatan.

Salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan future skills adalah Google. Dengan mengedepankan literasi data dan kecerdasan buatan, Google berhasil membangun budaya kerja berbasis inovasi yang memungkinkan mereka terus memimpin di pasar global. Langkah serupa diambil oleh Amazon, yang mengimplementasikan analitik prediktif untuk memahami perilaku pelanggan secara real-time. Ini menunjukkan bahwa future skills tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi inti keberhasilan bisnis modern. Seiring perkembangan teknologi, pola kerja tradisional telah bergeser secara drastis. 

Penelitian dari World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2025. Namun, laporan yang sama juga memprediksi munculnya 97 juta pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan yang berbeda, khususnya di bidang teknologi, analitik data, dan kecerdasan buatan.

Salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan future skills adalah Google. Dengan mengedepankan literasi data dan kecerdasan buatan, Google berhasil membangun budaya kerja berbasis inovasi yang memungkinkan mereka terus memimpin di pasar global. Langkah serupa diambil oleh Amazon, yang mengimplementasikan analitik prediktif untuk memahami perilaku pelanggan secara real-time. Ini menunjukkan bahwa future skills tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi inti keberhasilan bisnis modern.

Persamaan antara Soft Skills dan Future Skills

Sebelum membahas mengapa future skills menjadi prioritas, penting untuk memahami bahwa soft skills dan future skills memiliki keterkaitan erat. Kedua jenis keterampilan ini bertujuan meningkatkan nilai individu di tempat kerja, mendukung adaptasi terhadap perubahan, dan memfasilitasi keberhasilan baik secara individu maupun organisasi. Berikut beberapa kesamaan mendasar antara keduanya:

1. Bukan teknis (Non-Technical Skills). Keduanya merupakan kemampuan yang tidak terkait langsung dengan aspek teknis atau hard skills. Mereka lebih berfokus pada kemampuan personal, interpersonal, dan kognitif.
2. Berbasis pembelajaran berkelanjutan. Baik soft skills maupun future skills membutuhkan pembelajaran terus-menerus untuk relevansi di dunia kerja yang dinamis.
3. Peningkatan kapabilitas individu. Keduanya membantu individu mengembangkan potensi terbaik mereka, baik melalui penguasaan komunikasi (dalam soft skills) maupun kemampuan teknologi (dalam future skills).
4. Mendukung keberhasilan karier. Baik soft skills maupun future skills berperan penting dalam meningkatkan produktivitas, inovasi, dan kemampuan beradaptasi individu di tempat kerja. Dengan kata lain keduanya berperan strategis dalam karier. Dimana Soft skills membangun hubungan kerja yang produktif, sedangkan future skills memungkinkan pemecahan masalah berbasis teknologi.
5. Relevansi dengan transformasi organisasi. Dalam dunia kerja yang terus berubah, keduanya menjadi fondasi penting bagi organisasi yang ingin tetap kompetitif, terutama di tengah perubahan teknologi dan dinamika pasar.
6. Bersifat dinamis. Keduanya berkembang seiring waktu. Misalnya, kemampuan kolaborasi (bagian dari soft skills) dan kecakapan digital (bagian dari future skills) menjadi semakin relevan dengan perkembangan zaman.
7. Dapat dilatih dan dikembangkan. Soft skills dan future skills bukan bawaan lahir; keduanya dapat dibentuk melalui pelatihan, pengalaman, dan pembelajaran berkelanjutan.

Dengan memahami kesamaan ini, kita dapat melihat bahwa future skills bukanlah pengganti total untuk soft skills, tetapi justru pelengkap yang meningkatkan relevansi keterampilan tradisional di era modern.

Persamaan dan Perbedaan: Soft Skills vs. Future Skills

Sebelum mendalami bagaimana menguasai future skills, penting untuk memahami keterkaitan dan perbedaan antara soft skills dan future skills. Keduanya memiliki hubungan yang erat dalam membangun kapabilitas individu, meskipun berfokus pada aspek yang berbeda.

Meski ada persamaannya, namun perbedaannya justru lebih dibutuhkan di masa depan|Image: dokpri
Meski ada persamaannya, namun perbedaannya justru lebih dibutuhkan di masa depan|Image: dokpri

Memahami kesamaan ini membantu melihat bahwa future skills tidak sepenuhnya menggantikan soft skills, melainkan melengkapinya agar lebih relevan di era modern. Sebelum mendalami bagaimana menguasai future skills, penting untuk memahami perbedaannya dengan soft skills.

Future Skills lebih berfokus pada adaptasi teknologi, inovasi dan transformasi berkelanjutan|Image: dokpro
Future Skills lebih berfokus pada adaptasi teknologi, inovasi dan transformasi berkelanjutan|Image: dokpro

Meskipun soft skills penting untuk menciptakan budaya kerja yang harmonis, future skills memberikan keunggulan kompetitif di era teknologi ini.

Elemen Utama Future Skills

1. Literasi digital. Memahami dan memanfaatkan teknologi digital adalah fondasi utama dari future skills. Sebuah studi McKinsey menunjukkan bahwa pekerja dengan literasi digital yang tinggi 40% lebih produktif dibandingkan dengan yang tidak memilikinya.
2. Pemikiran kritis dan pemecahan masalah kompleks. Di tengah arus informasi yang melimpah, kemampuan untuk menganalisis data dan mengambil keputusan yang tepat menjadi sangat krusial.
3. Kreativitas dan inovasi. Mesin mungkin mampu menggantikan pekerjaan rutin, tetapi kreativitas manusia tetap menjadi pembeda utama. Perusahaan seperti Tesla berhasil menciptakan inovasi disruptif karena mengedepankan kreativitas dalam setiap lini bisnisnya.
4. Kecakapan teknologi tinggi. Kemampuan seperti kecerdasan buatan, analitik data, dan machine learning menjadi persyaratan utama di berbagai industri.

Strategi Menguasai Future Skills

1. Belajar secara berkelanjutan. Mengikuti pelatihan dan kursus online seperti yang ditawarkan oleh Coursera atau edX adalah langkah awal yang efektif. Banyak perusahaan besar, termasuk IBM, memberikan subsidi pelatihan untuk karyawan guna memastikan mereka siap menghadapi perubahan.
2. Beradaptasi dengan teknologi. Jangan takut mencoba teknologi baru. Mulailah dengan mempelajari perangkat lunak analitik sederhana, seperti Excel tingkat lanjut atau Tableau, sebelum melangkah ke platform yang lebih kompleks.
3. Kolaborasi dalam lingkungan multidisiplin. Menguasai future skills bukan hanya soal belajar individu, tetapi juga melibatkan kerja sama lintas disiplin untuk menciptakan solusi inovatif.
4. Belajar dari best practice. Amazon, Google, dan Tesla adalah contoh perusahaan yang telah membangun ekosistem berbasis future skills. Meniru pola mereka, seperti mengedepankan pelatihan internal dan membangun budaya pembelajaran, dapat membantu individu dan organisasi berkembang.

Inspirasi: Cerita Sukses Penerapan Future Skills

Kisah Satya Nadella, CEO Microsoft, adalah salah satu contoh inspiratif. Ketika mengambil alih kepemimpinan pada 2014, ia memperkenalkan pendekatan berbasis future skills, seperti literasi digital dan AI, ke dalam setiap aspek bisnis Microsoft. Hasilnya, perusahaan ini tidak hanya kembali bersaing, tetapi juga menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.

Kesimpulan

Di era di mana teknologi mendominasi hampir setiap aspek kehidupan, berfokus hanya pada soft skills tidak lagi cukup. Future skills adalah kunci untuk tetap relevan dan kompetitif. Bagi individu, menguasai future skills berarti membuka peluang karier baru dan meningkatkan nilai di pasar tenaga kerja. Bagi organisasi, investasi pada pengembangan future skills memastikan kelangsungan dan kesuksesan jangka panjang.

Lupakan sejenak kebergantungan pada soft skills sebagai satu-satunya alat sukses. Saatnya bergerak ke depan, menguasai future skills, dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun