Allah menciptakan kehidupan dunia sebagai ladang amal. Jalan menuju surga memang berat karena sering kali bertentangan dengan keinginan duniawi. Kita diperintahkan untuk shalat lima waktu, berpuasa, bersedekah, menjaga lisan, dan meninggalkan perbuatan haram. Semuanya membutuhkan pengorbanan.
Namun, pengorbanan inilah yang mengangkat derajat manusia. Allah berfirman:
"Orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan Kami, akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al 'Ankabut, 29: 69)
Seorang mukmin harus memilih akhirat di atas dunia. Ia harus rela meninggalkan kesenangan sesaat untuk meraih kebahagiaan abadi.
Amal Sebagai Mata Uang Surga
Berbeda dengan toilet yang harganya hanya Rp 2.000,- harga surga tidak diukur dengan materi, tetapi dengan amal saleh. Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim)
Setiap amal kebaikan yang kita lakukan, meskipun kecil, adalah bagian dari "tabungan" kita untuk surga. Sedekah, shalat, dzikir, bahkan senyum kepada saudara seiman adalah amal yang akan dihitung oleh Allah .
Namun, amal ini harus dilandasi dengan keikhlasan. Tanpa niat yang lurus, amal akan kehilangan nilainya. Seperti halnya mata uang palsu, amal yang tidak ikhlas tidak akan diterima.
Pengorbanan dan Kesabaran sebagai Kunci
Kesabaran, juga rida dan syukur, adalah teman setia dalam perjalanan menuju surga.
Dalam menghadapi ujian, kesulitan, dan godaan dunia, seorang mukmin harus terus berpegang teguh pada agama. Rasulullah bersabda:
"Barang siapa bersabar, maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar." (HR. Bukhari)
Kesabaran ini adalah bentuk pengorbanan terbesar. Tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan, dan tidak ada surga tanpa kesabaran.