Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harga Surga dan Jalan Pengorbanan untuk Memasukinya

18 Januari 2025   18:17 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surga itu mahal, tapi harganya bukan uang - melainkan amal yang tulus.|Foto: Tranceformpsychology.com

"Jika tempat kotor seperti toilet umum saja memiliki harga untuk memasukinya, atau ada harga perawatannya, maka renungkanlah: berapa harga surga yang penuh keindahan dan kenikmatan? Bekal amal kita adalah jawabannya."

Sebuah Renungan di Depan Pintu Toilet

Pagi itu, seorang pria tua berdiri di depan pintu toilet umum. Wajahnya tampak lelah, namun ada kedalaman di sorot matanya yang memancarkan keheningan jiwa. "Pak, bayar Rp 2.000,- untuk masuk," ujar penjaga toilet dengan nada biasa. Tiba-tiba, air mata pria tua itu mengalir. Penjaga yang terkejut segera berkata, "Maaf, Pak, kalau Bapak tidak punya uang, masuk saja gratis."

Namun, jawaban pria tua itu menggetarkan hati: "Aku menangis bukan karena tidak punya uang. Aku mampu membeli toilet ini jika dijual. Tetapi, aku menangis karena merenungkan sesuatu: tempat seburuk dan sekotor ini saja memiliki harga yang harus dibayar. Maka, bagaimana dengan surga? Surga yang penuh dengan keindahan, harum mewangi, dan kenikmatan tiada tara, berapa harga yang harus kubayar? Cukupkah amalanku untuk itu?"

Penjaga itu terdiam, matanya berkaca-kaca. Namun, setelah pria itu pergi dan tak terlihat lagi,  kemudian ia pun menangis.

Kisah sederhana ini telah beberapa kali penulis dapatkan, dari beberapa grup medsos. Entah siapa yang menuliskan pertamanya. Namun, tetap saja saat membacanya kembali, hati ini terasa tersentuh. Ya, kisah ini mengajarkan kita bahwa harga surga tidak dapat dibandingkan dengan apa pun di dunia ini.

Surga, Harga yang Tidak Terbayar oleh Dunia

Rasulullah bersabda:
"Surga itu diliputi dengan hal-hal yang dibenci oleh hawa nafsu, sedangkan neraka diliputi dengan hal-hal yang disenangi oleh syahwat." (HR. Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa jalan menuju surga tidaklah mudah. Ia penuh dengan tantangan, kesabaran, dan pengorbanan. Surga bukanlah tempat yang bisa diraih hanya dengan sekadar angan-angan, melainkan melalui usaha keras untuk menundukkan nafsu dan menggantinya dengan ketaatan kepada Allah .

Renungkanlah, jika untuk masuk toilet saja kita harus membayar, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk "membayar" surga yang kenikmatannya jauh melampaui apa pun yang ada di dunia ini?

Jalan Pengorbanan yang Berliku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun