"Transformasi terbesar dimulai dari keberanian mengubah mindset, membangun integritas, dan berinvestasi pada kualitas manusia."
Legacy terbaik dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, tidak berlebihan rasanya, bila kita sematkan pada satu nama: Ignasius Jonan. Ia pernah memimpin PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan berhasil mengubah wajah perkeretaapian Indonesia melalui transformasi sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan layanan. Ia memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan internasional bagi karyawan, merekrut tenaga muda berkualitas secara transparan, dan mengubah mindset karyawan (orientasi kerja karyawan) menjadi lebih berfokus pada pelanggan.
Selain itu, ia menerapkan sistem remunerasi berbasis kinerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menciptakan budaya kerja yang disiplin, profesional, dan berintegritas. Di bidang layanan, Jonan memberlakukan standar pelayanan ketat, seperti kebijakan one seat one passenger dan larangan merokok, serta mengintegrasikan teknologi modern untuk pemeliharaan infrastruktur guna meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pelanggan.
Di bawah kepemimpinannya, PT KAI berhasil bertransformasi dari perusahaan yang merugi menjadi entitas yang menguntungkan hanya dalam waktu satu tahun. Fokus Jonan pada pengembangan SDM dan efisiensi operasional tidak hanya membangun kepercayaan publik terhadap PT KAI, tetapi juga menjadikannya sebagai model keberhasilan transformasi manajemen di sektor BUMN.
DJKA: Pengarah Utama Transformasi Kereta Api
Bayangkan sepuluh tahun ke depan. Perkeretaapian Indonesia telah memasuki era di mana teknologi otomatisasi, kecerdasan buatan, dan big data tidak hanya menjadi tambahan, tetapi juga menjadi kebutuhan utama. Saat itu, DJKA tidak hanya akan menjadi regulator, tetapi juga menjadi pengarah utama transformasi transportasi kereta api di tanah air. Namun, apakah sumber daya manusia dan sistem yang ada saat ini sudah siap untuk menjawab tantangan tersebut?
Seperti lokomotif yang membutuhkan jalur yang tepat untuk mencapai tujuannya, DJKA juga membutuhkan jalur kompetensi yang sesuai untuk memastikan kinerja yang maksimal. Inilah mengapa penguasaan Future Skills bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Kompetensi masa depan tidak hanya menjawab tuntutan zaman, tetapi juga menjadi pilar utama bagi DJKA untuk menjalankan tugas strategisnya sebagai regulator perkeretaapian.
Mengapa Future Skills Penting bagi DJKA?
Menurut laporan World Economic Forum (WEF) 2023, 44% keterampilan yang dibutuhkan di tempat kerja akan mengalami transformasi signifikan pada tahun 2030. DJKA tidak terkecuali. Perkembangan teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan big data analytics menjadi pilar utama dalam modernisasi transportasi perkeretaapian. Regulasi berbasis teknologi ini menuntut pengambil kebijakan untuk tidak hanya memahami teknologi tetapi juga memiliki kompetensi dalam analisis data, manajemen risiko, dan pengambilan keputusan strategis yang cepat dan akurat.
Lebih jauh, studi dari McKinsey menunjukkan bahwa organisasi yang berhasil mengintegrasikan future skills ke dalam ekosistem kerja mereka mengalami peningkatan produktivitas hingga 20%. Hal ini menegaskan bahwa investasi pada pengembangan kompetensi masa depan bukan hanya soal adaptasi, tetapi juga tentang peningkatan daya saing institusi secara keseluruhan.