"Berhentilah mencari validasi dari manusia yang fana, dan fokuslah pada rida Allah yang abadi. Di sana ada ketenangan, keberkahan, dan kebahagiaan sejati."
Mengapa Repot-Repot Cari Validasi Manusia?
Pernahkah kita merasa gelisah saat unggahan di media sosial sepi dari "like"? Atau merasa kecewa ketika pujian yang diharapkan dari orang lain tak juga datang? Di tengah era digital yang serba gemerlap ini, banyak orang berlomba-lomba menciptakan citra sempurna---berfoto di tempat-tempat mewah, mengenakan pakaian bermerk, atau memamerkan kehidupan yang tampak "sempurna" di mata dunia.
Namun, di balik senyum yang terpajang di layar kaca, tak jarang tersembunyi kelelahan yang amat dalam. Kelelahan karena berusaha memenuhi ekspektasi yang tak pernah selesai, serta kekhawatiran akan pandangan orang lain yang sering kali berubah-ubah.
Tidakkah kita sadar bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas? Rida mereka tak akan pernah seragam, pujian mereka tak akan pernah abadi. Lantas, mengapa kita terus-menerus mengorbankan ketenangan hati demi sesuatu yang begitu rapuh dan fana?
Sahabat, ada satu tempat di mana hati akan benar-benar tenang, di mana segala usaha tidak akan sia-sia, dan di mana pengakuan menjadi bermakna: yaitu dalam mencari rida Allah. Di sanalah sumber ketenangan hakiki berada---bukan di mata manusia, bukan di layar ponsel, tetapi di hadapan Sang Pencipta. Gapailah rida Allah, maka In Syaa Allah ketenangan hakiki akan menelisik kedalam diri di tengah badai ekspektasi duniawi.
Mari kita renungkan bersama, mengapa kita masih repot-repot mencari validasi manusia yang fana, jika rida Allah adalah kunci kebahagiaan yang sejati?
Manusia dan Validasi: Lingkaran yang Tak Pernah Usai
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang mencari rida Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari rida manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia." (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban)
Pujian manusia adalah fatamorgana. Hari ini kita dipuja, besok bisa jadi kita dicaci. Sifat manusia yang penuh keterbatasan dan ketidaksempurnaan membuat mereka sulit untuk benar-benar merasa puas. Imam Syafi'i rahimahullah berkata dengan bijak:
"Kamu tidak akan mampu membuat seluruh manusia rida, maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah, dan jangan pedulikan manusia."