"Seorang pemimpin yang tangguh bukanlah mereka yang bebas dari stress. Melainkan, mereka yang mampu mengelola stres dengan bijak, menjaga keseimbangan diri, dan tetap membawa timnya menuju kesuksesan dengan ketenangan dan kepercayaan diri."
 Pada banyak kesempatan, penulis berkesempatan mengenal sejumlah pimpinan yang cool, calm and confident dengan karir, prestasi dan reputasinya. Mulai dari yang selevel supervisor, manager, general manager, hingga para direktur, dirjen, dan top eksekutif dan owner perusahaan besar. Baik itu di instansi pemerintahan atau kementrian, hingga di perusahaan go public.Â
Meski ini pengamatannya terbatas, namun profil mereka sama. Mereka begitu tenang berbicara dengan siapa pun. Fokus membahas yang penting dan strategis. Juga tetap respek kepada semua orang. Hangat, akrab, senang berbagi, pertanyaannya tajam, dan ide-idenya hebat. Bahkan, setiap orang yang menemuinya, hampir selalu punya pengalaman yang mengesankan ketemu dengannya.
Padahal penulis tahu, pekerjaannya bukan kaleng-kaleng. Targetnya tinggi dan "wah", namun tetap saja para pemimpin ini bersahaja. Tidak grasa-grusu, dan bahkan tak mau terlihat sibuk. Padahal penulis tahu sesekali mereka suka lembur. Bahkan ada seorang direktur yang baru mau meeting pukul 22.00 malam ! Wah, "top" pokoknya.
 Lalu, saya pun suka menyelipkan pertanyaan penuh kekepoan: bagaimana mereka mengelola pola kerjanya? Juga bagaimana manajemen waktunya, hingga tetap tenang menyelesaikan pekerjaannya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa stres di level kepemimpinan adalah realitas yang tidak dapat dihindari. Namun, bukan berarti tidak dapat dikelola. Sebuah studi dari Harvard Business Review mengungkapkan bahwa 96% pemimpin merasakan stres dalam pekerjaan mereka, dan lebih dari 50% di antaranya melaporkan dampak signifikan pada produktivitas serta pengambilan keputusan.Â
 Artikel ini akan membahas strategi komprehensif yang dapat diterapkan oleh para pemimpin untuk mengelola stres dengan efektif, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, serta mempertahankan fokus dan produktivitas.
6 Strategi Terbaik Mengelola Stres di Tempat KerjaÂ
1. Strategi Pengelolaan Diri (Self-Management)
Strategi ini adalah fondasi penting dalam mengelola stres. Pemimpin yang mampu mengelola diri dengan baik akan lebih siap menghadapi tekanan dan mengambil keputusan yang bijak.
* Mindfulness, meditasi atau berdoa -- Praktik ini terbukti mengurangi kadar kortisol dan meningkatkan fokus.
* Kenali & pahami tanda & pemicu stres -- Sadari gejala awal stres dan kenali sumbernya.
* Tetapkan batasan -- Belajar mengatakan "tidak" pada tugas di luar kapasitas.
* Perhatikan tanda-tanda fisik stres -- Sadari ketegangan pada kepala, gigi, atau otot.
* Pertahankan keseimbangan kehidupan pribadi dan profesional -- Jaga batasan yang jelas.
* Fokus pada masa kini -- Latih fokus dan kurangi kekhawatiran akan masa depan.
Praktik terbaik pernah dicatat oleh seorang CEO perusahaan teknologi global. Ia menerapkan mindfulness coaching secara rutin di kalangan eksekutif mereka. Hasilnya, perusahaan melaporkan peningkatan produktivitas sebesar 23% dan penurunan keluhan terkait burnout sebesar 40% dalam satu tahun.
2. Strategi Manajemen Tim (Team Management)
Lingkungan kerja yang sehat dimulai dari kepemimpinan yang peduli terhadap kesejahteraan tim.
* Delegasikan tugas sebanyak mungkin -- Fokus pada pengambilan keputusan strategis.
* Tunjukkan empati penuh dan validasi emosi -- Bangun hubungan yang tulus dengan tim.
* Perhatikan kebutuhan tim -- Ciptakan rasa aman untuk keterbukaan. Mereka bebas curhat "konstruktif" kapan saja.
* Bangun dukungan emosional dan praktis -- Perkuat ikatan dalam tim.
Sebagai contoh best practice, sebuah perusahaan multinasional menerapkan kebijakan employee wellness program dengan hasil peningkatan kepuasan karyawan hingga 35%.
3. Strategi Kesehatan Fisik dan Mental (Physical & Mental Health)
Kesehatan fisik dan mental adalah fondasi performa kepemimpinan yang berkelanjutan.
* Beraktivitas fisik -- Olahraga teratur untuk meningkatkan endorfin.
* Perhatikan pola makan -- Kurangi konsumsi gula dan lemak berlebih.
* Latih seni pemulihan -- Luangkan waktu untuk istirahat dan hobi yang betul ternikmati.
4. Strategi Manajemen Waktu (Time Management)
Waktu yang dikelola dengan baik dapat mengurangi tekanan yang tidak perlu.
* Praktikkan manajemen waktu yang efektif -- Prioritaskan tugas penting.
* Sistem kerja fleksibel -- Seimbangkan produktivitas dan kehidupan pribadi. Pertimbangkan juga remote working.
5. Strategi Pembelajaran & Pengembangan (Continuous Learning)
Pemimpin yang belajar secara konsisten akan lebih siap menghadapi tantangan.
* Evaluasi krisis sebelumnya -- Pelajari pola dari tantangan sebelumnya.
* Pelajari teknik manajemen stres -- Kuasai metode yang telah teruji.
* Ikuti forum kepemimpinan -- Perluas perspektif kepemimpinan. Jangan jadi jago kandang, atau puas dengan prestasi yang ada.
* Cari mentor atau bimbingan senior -- Manfaatkan pengalaman mereka.
6. Strategi Dukungan Profesional (Professional Support)
Terkadang, dukungan profesional diperlukan untuk memastikan fokus tetap terjaga.
* Miliki Coach atau Think Tank -- Dapatkan arahan dari ahli.
* Bentuk Personal BOD (Board of Directors) -- Bangun tim penasihat yang dapat dipercaya.
Kesimpulan
Mengelola stres di level kepemimpinan bukanlah sekadar upaya individu, melainkan komitmen berkelanjutan yang melibatkan strategi yang holistik dan terintegrasi. Dengan menerapkan strategi yang telah diuraikan di atas, para pemimpin dapat menjaga keseimbangan diri, membangun tim yang solid, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Pada akhirnya, kepemimpinan yang efektif bukan hanya tentang hasil bisnis, tetapi juga tentang bagaimana kesejahteraan pemimpin dan tim terjaga dengan baik.
Mari menjadi pemimpin yang lebih bijak, lebih sadar, dan lebih tangguh dalam menghadapi tantangan stres di era modern ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H