Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Drama Anggaran Daerah: Janji Manis, Hasil Tragis

26 Desember 2024   12:45 Diperbarui: 26 Desember 2024   16:02 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggaran belanja daerah: Dibahas serius, dihabiskan misterius, dipertanggungjawabkan secara bagus.|Foto: tribunnews.com 

"Anggaran yang bocor itu seperti es krim di siang bolong - manis di awal, meleleh di tengah, dan sisanya cuma bikin lengket tangan. Jadilah pemimpin yang memegang sendok, bukan yang menjilat sisa es krim di tutupnya."

Senyatanya, kita punya banyak cerita humor tentang anggaran daerah. Mulai dari Tahu-Nugget hingga tiket ke Paris nun jauh disana. Konon, ada juga yang betah nyangkut di Maladewa. Ceritanya sendiri, cukup membuat kita geli. Seolah menjadi drama komedi rakyat yang tak jelas ending-nya.

Di sebuah gedung megah dengan pendingin ruangan yang bikin es krim saja bisa membeku, para petinggi daerah tengah sibuk menggelar rapat penting. Judulnya terdengar mulia: "Optimalisasi Anggaran untuk Kesejahteraan Rakyat" - padahal, lebih cocok disebut: "Bagaimana Menghabiskan Uang dengan Elegan Tanpa Terlihat Boros."  

Seorang kepala daerah berdiri dengan gagah. Tangannya mengepal, suaranya bergetar penuh semangat seperti pemain drama Shakespeare yang salah panggung. "Anggaran daerah itu seperti mangkuk mie ayam gratis di acara kondangan: yang mestinya cukup untuk semua, malah diambil banyak-banyak oleh satu orang. Sisanya? Cuma kebagian kuah bening dan potongan daun bawang." Semua hadirin mengangguk-angguk setuju, meski beberapa di antaranya sibuk menghitung jadwal perjalanan dinas berikutnya ke luar negeri. 

Setelah rapat selesai - eh, belum selesai sih, hanya istirahat makan siang - salah satu pejabat dengan senyum setajam pisau bedah mendekat ke wartawan. Dengan suara renyah seperti kerupuk di warung nasi Padang, dia berkata, "Seorang pemimpin daerah yang baik seperti seorang petani. Ia menanam dengan hati-hati, merawat dengan sepenuh jiwa, dan memastikan panen dinikmati bersama. Bukan malah menyimpan hasil panen di gudang pribadi dan mengaku 'hasilnya kurang bagus'." Wartawan itu manggut-manggut sambil mengetik cepat di ponselnya. Meskipun, dalam hati dia tahu: gudangnya bukan cuma satu, tapi ada beberapa, bahkan mungkin ada yang di luar negeri. 

Sementara itu, di sebuah daerah yang jauh dari sorotan kamera, dana stunting sedang dikaji ulang. "Harus transparan!" seru seseorang sambil menunjuk grafik anggaran di layar besar. Grafiknya bagus, penuh warna, dan garisnya naik turun seperti roller coaster di taman hiburan. Namun ketika rakyat bertanya, "Mana makanannya untuk anak-anak stunting?" jawabannya malah terdengar seperti lelucon, "Dana untuk stunting itu seperti sinyal Wi-Fi di kantor pemerintah: ada anggarannya, ada jaringannya, tapi rakyat masih saja 'tidak terhubung'."

Di pojokan ruangan, seorang staf anggaran berbisik kepada rekannya. "Ketika anggaran daerah bocor ke sana-sini, bukan karena pipa anggarannya jelek, tapi karena banyak yang suka 'mandi' di situ." Mereka berdua cekikikan pelan, sambil memastikan bos mereka tidak mendengar. 

Rapat kembali dimulai setelah makan siang. Seorang analis anggaran tiba-tiba mengangkat tangan. Dengan wajah serius namun intonasi yang sarkastik, ia bertanya, "Kalau dana untuk stunting malah 'nyangkut' di perjalanan dinas, apakah bayi stunting harus ikut rapat koordinasi di hotel bintang lima dulu biar bisa dapat makan yang layak?" Ruangan seketika hening. Suara mesin pendingin ruangan menjadi sangat terdengar. Beberapa pejabat berpura-pura sibuk, membuka dokumen yang isinya kosong. 

Sementara itu, seorang wakil daerah mencoba menenangkan suasana. Dengan senyum selebar jembatan gantung dan suara seperti motivator di seminar gratis, ia berkata, "Jika anggaran daerah dihabiskan untuk rapat, perjalanan dinas, dan studi banding ke luar negeri, apakah rakyat juga perlu bikin rapat untuk makan tiga kali sehari?" Semua orang tertawa, entah karena lucu, atau karena merasa tersindir. 

Di media sosial, seorang netizen yang gemar memantau rapat pemerintah menulis status panjang: "Anggaran daerah ibarat sinetron 1000 episode: setiap tahun ceritanya sama, aktornya ganti, dramanya makin tebal, tapi ending-nya tetap bikin rakyat gigit jari." Status itu langsung viral, disukai oleh ribuan orang, termasuk akun anonim dengan foto profil pemandangan matahari terbenam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun