Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Ngerumpi Bisa Merusak Kebahagiaan Anda dan Keluarga?

20 Desember 2024   05:32 Diperbarui: 20 Desember 2024   05:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lisan adalah cermin hati. Jaga ucapmu, agar kebahagiaan rumah tangga dan ridha Allah selalu menyertai hidupmu."

Islam menempatkan lisan sebagai salah satu organ tubuh yang harus dijaga dengan baik. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Sebuah perintah yang tegas untuk menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Fenomena ngerumpi, terutama di kalangan wanita dan kalangan emak-emak, telah menjadi budaya yang sering kali dianggap ringan dan sepele. Padahal, dampaknya sangat besar bagi kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.

Disinilah kita perlu menakar pentingnya lisan dalam kehidupan Islam. Khususnya menyadari bahaya bertetangga yang kelamaan kemudian tanpa sadar ngerumpi, demi menjaga lisan untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Mengurai Bahaya Ngerumpi: Dari Ghibah hingga Pengaruh Negatif pada Keluarga

Ngerumpi seringkali diawali dari obrolan ringan yang terlihat tidak berbahaya. Namun, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ngerumpi adalah mengobrol sambil bergunjing, seringkali tanpa tujuan yang jelas. Aktivitas ini bisa berubah menjadi ghibah - membicarakan keburukan orang lain tanpa kehadirannya - yang dalam Islam diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri (QS. Al-Hujurat, 49: 12).

Dampaknya tidak hanya berhenti pada dosa pribadi. Wanita yang sering ngerumpi cenderung mulai membandingkan hidupnya dengan orang lain. Abdullah Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu mengingatkan bahwa interaksi yang berlebihan di antara wanita seringkali menimbulkan ketidakpuasan terhadap suami. Mereka mulai menuntut hal-hal di luar kemampuan pasangan, baik dalam hal materi maupun perhatian, yang pada akhirnya merusak keharmonisan rumah tangga.

Transisi: Dari Lingkungan Tetangga ke Kehidupan Rumah Tangga

Bertetangga adalah bagian dari ajaran Islam, di mana kita diajarkan untuk berbuat baik kepada tetangga. Namun, hubungan bertetangga harus memiliki batasan yang jelas. Ketika kunjungan atau interaksi terlalu lama dan melewati batas kebutuhan, seringkali pembicaraan menjadi tidak terkontrol.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)." (HR. An-Nasa'i no. 249).

Ngerumpi dapat menyebabkan seorang wanita mengeluh tentang suaminya, bahkan mengekspos aib rumah tangganya. Selain merugikan diri sendiri, kebiasaan ini juga menjadi celah bagi setan untuk merusak keharmonisan rumah tangga.

Solusi Islami: Menjaga Lisan dan Membangun Komunikasi yang Positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun