Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

FMEA: Mengelola Risiko dengan Presisi dan Efektivitas

18 Desember 2024   08:33 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Melakukan FMEA?

Ada beberapa alasan mengapa FMEA menjadi alat yang penting dalam manajemen risiko:
1. Mencegah masalah sebelum terjadi. Dengan mengidentifikasi potensi kegagalan sejak dini, organisasi dapat menghindari dampak negatif yang lebih besar.
2. Efisiensi biaya. Mengatasi masalah sebelum terjadi jauh lebih murah dibandingkan memperbaikinya setelah muncul.
3. Meningkatkan reputasi. Produk atau layanan yang andal mencerminkan kualitas organisasi secara keseluruhan.
4. Mematuhi regulasi. Banyak industri, seperti penerbangan dan kesehatan, mengharuskan penggunaan FMEA sebagai bagian dari standar keselamatan.

Sebagai contoh, dalam industri kesehatan, regulasi FDA di Amerika Serikat mewajibkan pelaksanaan FMEA untuk memastikan keamanan perangkat medis. Studi tahun 2022 menunjukkan bahwa implementasi FMEA di sektor ini berhasil mengurangi insiden produk cacat hingga 40%.

Kapan Melakukan FMEA?

FMEA sebaiknya dilakukan dalam situasi berikut:
1. Tahap perencanaan, sebelum produk, proses, atau sistem baru diimplementasikan.
2. Setelah perubahan besar. Misalnya, perubahan desain, material, atau teknologi.
3. Ketika masalah berulang muncul untuk mengidentifikasi akar penyebab kegagalan yang sering terjadi.
4. Sebagai bagian dari audit rutin untuk memastikan sistem tetap berjalan dengan optimal.

Sebagai contoh, perusahaan otomotif terkemuka, ABC Motors, melakukan FMEA setiap kali mereka meluncurkan model kendaraan baru. Pada tahun 2020, pendekatan ini membantu mereka mengurangi insiden produk cacat hingga 40%.

Bagaimana Melakukan FMEA?

Pelaksanaan FMEA memerlukan pendekatan sistematis dengan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan ruang lingkup. Identifikasi proses, sistem, atau produk yang akan dianalisis.
2. Bentuk Tim Multidisiplin. Libatkan ahli dari berbagai bidang untuk mendapatkan perspektif yang lengkap.
3. Identifikasi potensi kegagalan. Brainstorming untuk menemukan semua kemungkinan kegagalan.
4. Analisis dan nilai risiko. Gunakan metrik Severity, Occurrence, dan Detection (Kriteria Analisis FMEA) untuk menghitung RPN.
5. Prioritaskan tindakan. Fokus pada kegagalan dengan RPN tertinggi.
6. Implementasikan solusi. Lakukan tindakan mitigasi yang relevan.
7. Pantau dan evaluasi. Tinjau ulang secara berkala untuk memastikan efektivitas.

Untuk membantu pembaca memahami proses ini, berikut adalah ilustrasi sederhana:
* Bila Severity: 8 (tinggi)
* Occurrence: 5 (sedang)
* Detection: 3 (rendah)
Maka RPN adalah 8 x 5 x 3 =120

Dari nilai RPN ini, organisasi dapat memprioritaskan tindakan mitigasi untuk kegagalan dengan skor tertinggi.

Agar FMEA memberikan hasil yang optimal, penting untuk memenuhi kriteria berikut:
1. Data akurat. Gunakan data historis dan informasi teknis yang dapat dipercaya.
2. Kolaborasi tim. Libatkan semua pihak yang relevan, mulai dari manajer hingga operator lapangan.
3. Pendekatan berulang. Jadikan FMEA sebagai proses yang dinamis, melekat dan "dibudayakan", dan bukan aktivitas sekali jalan.
4. Komitmen manajemen. Pastikan dukungan penuh dari tingkat manajemen untuk pelaksanaan dan tindak lanjut.
5. Dokumentasi yang baik. Catat setiap langkah untuk mempermudah evaluasi dan pembelajaran di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun