Namun, nasihat yang dirasa keras itu sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang sejati. Berbeda halnya dengan persahabatan bersama orang-orang yang buruk, yang sering kali hanya dipenuhi basa-basi dan sanjungan yang menyesatkan.
Dalam persahabatan sejati, nasihat adalah pondasi. Sahabat sejati tidak membiarkan kita tenggelam dalam kesalahan, tetapi mengulurkan tangan untuk membawa kita kembali ke jalan yang benar. Nasihat yang jujur, meski terkadang menyakitkan, adalah bentuk cinta yang paling tulus.
Sahabat Sejati di Masa Kini
Dunia modern, mungkin tanpa kita sadari, telah menghadirkan tantangan tersendiri dalam menjalin persahabatan yang tulus dan lepas. Media sosial dan budaya instan sering kali menggiring kita pada hubungan yang dangkal, jauh dari ketulusan, dan kejujuran. Hubungan persahabatan, seringkali karena kepentingan dan fungsional.
Akibatnya, kedekatan dan kehangatan hati, tak terjadi. Yang ada hanyalah kepura-puraan, ingin nampak terlihat baik, datar, dan mudah terlupakan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih sahabat yang benar-benar tulus, yang menjadikan Allah sebagai poros dalam setiap interaksi.
Sahabat sejati bukanlah mereka yang hanya menyenangkan hati kita, tetapi yang menuntun kita ke jalan keselamatan. Sebagaimana kata pepatah: "Sahabat yang baik adalah cermin bagi dirimu." Mereka mengingatkan kita pada akhirat dan menjauhkan kita dari jalan kebinasaan.
Penutup
Persahabatan sejati adalah nikmat yang tak ternilai. Ia mengajarkan kita tentang ketulusan, cinta yang murni, dan perjalanan menuju ridha Allah. Mari kita renungkan pesan ini:
"Sahabat sejati bukanlah mereka yang hanya ada saat senang, tetapi yang tetap setia memberikan nasihat, meski itu terasapahit."
Semoga Allah memberi kita sahabat-sahabat yang tulus, dan menjadikan kita pribadi yang mampu menjadi sahabat sejati bagi orang lain. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H