Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengungkap Potensi Tak Terbatas, Kenapa Genetik Bukan Akhir dari Perjalanan Kita?

3 Desember 2024   08:46 Diperbarui: 3 Desember 2024   09:32 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Potensi kita bukanlah hasil akhir dari genetik, tetapi perjalanan tanpa batas yang dapat dibentuk oleh pikiran, usaha, dan tekad kita."

Sebagai manusia, kita sering kali mendengar bahwa potensi kita ditentukan oleh genetik atau faktor bawaan sejak lahir. Namun, apakah itu benar? Apakah memang tidak ada perubahan yang dapat kita lakukan seiring bertambahnya usia? Atau adakah cara-cara yang dapat kita tempuh untuk mengembangkan potensi yang sudah ada dalam diri kita?

Dalam dunia psikologi dan neurosains, pandangan ini mulai digugat. Konsep yang dikenal dengan neuroplastisitas menunjukkan bahwa otak kita memiliki kemampuan untuk terus berkembang dan berubah sepanjang hidup.

Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa meskipun genetik memainkan peran dalam bentuk dasar potensi kita, faktor lingkungan dan usaha kita memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan otak dan kualitas hidup kita.

Potensi Genetik: Apa yang Dikatakan Oleh Ilmu?

Genetik memang menentukan beberapa aspek fisik dan mental kita, tetapi bukan berarti itu adalah batasan yang tidak bisa dilampaui. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Reviews Neuroscience (2019), neuroplastisitas - kemampuan otak untuk beradaptasi dan berubah - berlangsung sepanjang hidup, tidak terbatas pada masa kanak-kanak saja. Ini berarti, otak kita tetap dapat berkembang dan memperkuat kemampuan kita meski kita sudah tidak muda lagi.

Penelitian oleh Dr. Norman Doidge dalam bukunya The Brain That Changes Itself (2007) juga mengungkapkan bahwa otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi, bahkan setelah cedera atau kerusakan saraf. Doidge menyebutkan, "Otak kita bukanlah organ statis, ia dinamis dan terus bertransformasi, bergantung pada pengalaman dan latihan yang kita jalani."

Neuroplastisitas: Kunci untuk Mengubah Takdir Genetik Kita

Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk membentuk dan mengubah koneksi saraf seiring dengan pengalaman baru. Hal ini berlaku sepanjang hidup kita, tidak terbatas pada usia muda. Otak kita tidak hanya dapat menyembuhkan dirinya sendiri setelah cedera, tetapi juga dapat mengasah keterampilan baru, mempelajari bahasa baru, atau bahkan memperbaiki pola pikir negatif yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.

Ini adalah kabar baik bagi kita semua. Karena ini berarti bahwa kita tidak terjebak dalam takdir genetik yang telah ditentukan sejak lahir. Dengan pola pikir yang tepat dan usaha yang konsisten, kita dapat merubah cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku. Sebagai contoh, penelitian yang dipimpin oleh Dr. Elizabeth Gould dari Princeton University menunjukkan bahwa otak dewasa mampu menciptakan neuron baru, proses yang dulu dianggap hanya terjadi pada masa kanak-kanak. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan pengembangan diri tidak terbatas pada usia tertentu.

Growth Mindset: Memperkuat Kemampuan Kita dengan Pola Pikir yang Tepat

Salah satu konsep yang relevan untuk memperkuat pandangan ini adalah growth mindset atau pola pikir berkembang. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Carol Dweck dari Stanford University. Dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success (2006), Dweck menjelaskan bahwa orang yang memiliki pola pikir berkembang percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan mereka dapat berkembang dengan usaha, ketekunan, dan strategi yang tepat. Sebaliknya, orang dengan pola pikir tetap (fixed mindset) merasa bahwa kemampuan mereka terbatas dan tidak dapat berubah.

Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan growth mindset cenderung lebih berhasil dalam mengatasi tantangan dan mencapai tujuan mereka, karena mereka melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sebagai akhir dari segalanya. Dweck dan koleganya menunjukkan bahwa dengan mengubah cara kita melihat potensi kita, kita dapat meningkatkan kinerja kita dalam hampir segala hal - dari belajar hingga karier dan hubungan pribadi.

Menggunakan Kekuatan Otak Kita untuk Meraih Potensi Terbaik

Apa yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan potensi otak kita secara maksimal? Ada beberapa langkah yang dapat diambil, berdasarkan penelitian dan pengalaman dari para ahli:

1. Berpikir Positif dan Fokus pada Pembelajaran

Seperti yang ditekankan oleh Dr. Carol Dweck, penting untuk mengadopsi growth mindset. Setiap kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Fokus pada pembelajaran, bukan hanya pada hasil, dapat membantu kita tetap termotivasi dan terbuka terhadap peluang baru.

2. Terus Belajar dan Latihan Mental

Aktivitas yang menantang otak, seperti belajar bahasa baru, memecahkan masalah kompleks, atau bahkan bermain permainan strategi, dapat memperkuat koneksi saraf dan mendorong otak untuk beradaptasi. Penelitian dari Dr. Sherry Willis di University of Alabama juga menunjukkan bahwa latihan mental dapat memperlambat penurunan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua.

3. Meditasi dan Mindfulness

Latihan meditasi dan mindfulness terbukti meningkatkan konsentrasi dan mengurangi stres, serta berkontribusi pada kesehatan otak secara keseluruhan. Sebuah studi di Frontiers in Psychology (2017) menemukan bahwa mindfulness dapat meningkatkan plastisitas otak dan memperbaiki hubungan saraf yang ada.

4. Berinteraksi dengan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan kita memainkan peran besar dalam pengembangan potensi kita. Oleh karena itu, penting untuk berada di lingkungan yang mendukung pembelajaran dan pertumbuhan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Mengelilingi diri dengan orang-orang yang mendukung, memberi tantangan positif, dan memotivasi kita untuk terus belajar sangat penting dalam memperkuat kemampuan kita.

Kesimpulan: Potensi Tak Terbatas Ada di Dalam Diri Kita

Meskipun faktor genetik memberikan kontribusi terhadap kemampuan kita, itu bukanlah penghalang untuk mencapai potensi terbaik kita. Neuroplastisitas dan growth mindset membuktikan bahwa kita semua memiliki kemampuan untuk terus berkembang, tanpa memandang usia atau keadaan genetik. Dengan usaha, ketekunan, dan pendekatan yang tepat, kita dapat merubah takdir kita dan terus mengeksplorasi kemampuan kita yang tak terbatas.

Dengan mengambil langkah-langkah praktis ini - terus belajar, melatih otak, dan mengadopsi pola pikir yang berkembang - kita dapat mencapai kehidupan yang lebih memuaskan, penuh prestasi, dan lebih bermakna. Masa depan kita tidak ditentukan oleh genetik, tetapi oleh bagaimana kita memilih untuk menghadapinya.

Referensi:
1. Doidge, N. (2007). The Brain That Changes Itself. Viking.
2. Dweck, C. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.
3. Gould, E., & Gross, C. G. (2002). "Neurogenesis in Adult Mammalian Brain." Nature Reviews Neuroscience.
4. Willis, S. L., et al. (2006). "Cognitive Training and Neurological Change in Older Adults." Journals of Gerontology.
5. Zeidan, F., et al. (2017). "Mindfulness Meditation and Cognitive Functioning in Healthy Adults: A Review of the Literature." Frontiers in Psychology.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun