Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Emotional Intelligence: Jalan menuju Kepemimpinan yang Menginspirasi di Tengah Konflik

26 November 2024   08:47 Diperbarui: 26 November 2024   09:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emosi yang dikelola dengan baik adalah senjata terkuat seorang pemimpin. Konflik adalah peluang. |Foto: satelliteindustries.com

3. Berfokus pada Solusi Kolaboratif
Alihkan perhatian dari "siapa yang salah" menjadi "apa yang bisa kita lakukan bersama." Amazon, misalnya, menggunakan sesi brainstorming lintas tim untuk menemukan solusi inovatif dalam menghadapi keterlambatan proyek.

4. Pelatihan EI Berbasis Teknologi

Adakan pelatihan EI menggunakan simulasi berbasis teknologi. IBM mencatat peningkatan produktivitas sebesar 15% setelah melatih manajer mereka menggunakan simulasi konflik virtual.

Best Practice: Studi Kasus dari Perusahaan Terkemuka

1. Microsoft: Membangun Empati dalam Krisis
Saat pandemi melanda, Microsoft menciptakan program "Listening Circles" yang mengundang karyawan berbagi pengalaman mereka secara emosional. Program ini tidak hanya menyelesaikan konflik, tetapi juga memperkuat ikatan antar tim.

2. Google: Mengelola Konflik dengan Data
Google menggunakan alat internal seperti "gTeams" untuk mengukur dinamika tim dan mengidentifikasi konflik yang belum terlihat. Pendekatan berbasis data ini membantu manajer menyelesaikan masalah sebelum berkembang lebih jauh.

3. PepsiCo: Loyalitas melalui Keterampilan Sosial
Indra Nooyi menciptakan budaya perusahaan yang mendukung komunikasi terbuka. Dengan EI yang tinggi, ia berhasil membangun hubungan emosional yang meningkatkan retensi karyawan hingga 25%.

Kesimpulan: Konflik sebagai Peluang Pertumbuhan

Dalam dunia kerja modern, Emotional Intelligence bukan sekadar keterampilan tambahan, tetapi kebutuhan utama. Dengan EI, konflik bukan lagi penghalang, melainkan jembatan menuju inovasi dan kolaborasi yang lebih kuat.

Sebagai senior manager, Anda memiliki kekuatan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Mulailah dengan memahami diri Anda, empati terhadap orang lain, dan keterampilan sosial yang membangun. Gunakan teknologi sebagai alat bantu, dan jadilah pemimpin yang tidak hanya menyelesaikan konflik, tetapi juga menciptakan transformasi positif dalam organisasi Anda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun