Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Penulis Humor Itu Langka, Layaknya Indiana Jones Memburu Harta Karun di Gua-Gua

20 November 2024   08:47 Diperbarui: 20 November 2024   08:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis humor juga butuh referensi dan inspirasi yang mendalam. Mulai dari psikologi komunikasi, sosiologi budaya, serta observasi terhadap dinamika sosial dan literasi modern.

2. Risiko penolakan yang tinggi

Humor bersifat subjektif dan terikat pada persepsi individu maupun norma budaya. Apa yang lucu bagi satu kelompok bisa dianggap ofensif atau tidak relevan oleh kelompok lain. Seorang penulis humor harus berhati-hati agar tidak tergelincir dalam jurang kontroversi. Ketakutan akan salah paham atau kritik sering kali membuat banyak calon penulis humor mundur sebelum mencoba.

Saat seorang sahabat penulis menyampaikan "Sesekali nulis yang nyantai...", saya tantang dia: "Sesekali juga nulis humor ya Pak...". Jawabnya lucu, "Berat kayaknya ini, khawatir garing, tapi perlu dicoba :-))"

Di kasus lain, ada juga politisi yang mencoba menghibur di panggung politik. Namun, malah ditertawakan karena "politik riang gembira yang kebablasan". Seandainya dia menuliskan terlebih dahulu point-point penting dan hal-hal lucu yang menyegarkan masyarakat, maka kesan akhirnya, pasti jadi bagus dan sesuai harapan.

3. Kreativitas yang tak pernah padam

Menciptakan humor segar dan orisinal ibarat menyalakan lilin di tengah badai. Penulis harus terus menggali ide baru di tengah tekanan untuk tetap relevan. Ini adalah tugas yang melelahkan, terutama dalam dunia yang semakin cepat berubah. Tidak heran jika banyak penulis humor beralih ke genre lain yang lebih stabil dan aman.

4. Minimnya apresiasi

Di banyak budaya, humor sering dianggap hiburan ringan yang tidak memiliki bobot intelektual. Akibatnya, penulis humor sering kurang mendapatkan pengakuan dibandingkan dengan penulis sastra, politik, atau sejarah. Padahal, menciptakan humor yang cerdas dan bermakna membutuhkan upaya dan kecerdasan yang tidak kalah dari genre lain.

5. Pasar yang terbatas

Peluang untuk menulis humor secara profesional juga terbilang sempit. Media massa sering kali lebih mengutamakan berita serius atau hiburan visual seperti film dan video. Akibatnya, penulis humor harus berjuang lebih keras untuk menemukan platform yang cocok untuk karya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun