Menulis humor juga butuh referensi dan inspirasi yang mendalam. Mulai dari psikologi komunikasi, sosiologi budaya, serta observasi terhadap dinamika sosial dan literasi modern.
2. Risiko penolakan yang tinggi
Humor bersifat subjektif dan terikat pada persepsi individu maupun norma budaya. Apa yang lucu bagi satu kelompok bisa dianggap ofensif atau tidak relevan oleh kelompok lain. Seorang penulis humor harus berhati-hati agar tidak tergelincir dalam jurang kontroversi. Ketakutan akan salah paham atau kritik sering kali membuat banyak calon penulis humor mundur sebelum mencoba.
Saat seorang sahabat penulis menyampaikan "Sesekali nulis yang nyantai...", saya tantang dia: "Sesekali juga nulis humor ya Pak...". Jawabnya lucu, "Berat kayaknya ini, khawatir garing, tapi perlu dicoba :-))"
Di kasus lain, ada juga politisi yang mencoba menghibur di panggung politik. Namun, malah ditertawakan karena "politik riang gembira yang kebablasan". Seandainya dia menuliskan terlebih dahulu point-point penting dan hal-hal lucu yang menyegarkan masyarakat, maka kesan akhirnya, pasti jadi bagus dan sesuai harapan.
3. Kreativitas yang tak pernah padam
Menciptakan humor segar dan orisinal ibarat menyalakan lilin di tengah badai. Penulis harus terus menggali ide baru di tengah tekanan untuk tetap relevan. Ini adalah tugas yang melelahkan, terutama dalam dunia yang semakin cepat berubah. Tidak heran jika banyak penulis humor beralih ke genre lain yang lebih stabil dan aman.
4. Minimnya apresiasi
Di banyak budaya, humor sering dianggap hiburan ringan yang tidak memiliki bobot intelektual. Akibatnya, penulis humor sering kurang mendapatkan pengakuan dibandingkan dengan penulis sastra, politik, atau sejarah. Padahal, menciptakan humor yang cerdas dan bermakna membutuhkan upaya dan kecerdasan yang tidak kalah dari genre lain.
5. Pasar yang terbatas
Peluang untuk menulis humor secara profesional juga terbilang sempit. Media massa sering kali lebih mengutamakan berita serius atau hiburan visual seperti film dan video. Akibatnya, penulis humor harus berjuang lebih keras untuk menemukan platform yang cocok untuk karya mereka.