6. Transparansi. Keterbukaan mencegah korupsi dan meningkatkan kepercayaan publik. Praktik baik paa E-Governance di Estonia misalnya, mereka telah berhasil menciptakan sistem pemerintahan yang efisien dan transparan.
7. Sikap positif. Empati dan tanggung jawab adalah kunci kepemimpinan yang inklusif. Jacinda Ardern di Selandia Baru bisa jadi contoh bagus untuk sikap positif saat menghapi apapun. Ia terkenal karena berhasil dengan sangat baik telah menunjukkan empati luar biasa dalam menangani tragedi Christchurch.
B. Kepemimpinan Strategis: Arah Kebijakan dan Implementasi yang Efektif
8. Kepemimpinan visioner. Pemimpin harus memiliki visi jangka panjang untuk membawa perubahan positif. Untuk contoh pejabat publik ini, kita bisa melihat kepemimpian visioner Lee Kuan Yew. Ia telah berhasil mentransformasi Singapura dari negara berkembang menjadi pusat ekonomi global.
9. Kompetensi teknis dan profesionalisme. Kemampuan teknis yang mendalam memungkinkan kebijakan yang relevan. Di Jepang misalnya, mereka memiliki sistem manajemen bencana yang efektif, hasil dari profesionalisme tinggi dalam perencanaan kebijakan.
10. Kemampuan analisis yang tajam. Pemimpin perlu mengambil keputusan berbasis bukti.
11. Kemampuan komunikasi yang efektif. Pemimpin harus menyampaikan visi dengan jelas dan persuasif.
Politikus dan mantan ilmuwan peneliti Jerman yang menjabat sebagai Kanselir Jerman periode 2005 hingga 2021, Angela Merkel, dikenal karena kemampuan komunikasinya yang tenang namun meyakinkan.
12. Kolaborasi dan diplomasi. Kemampuan lintas sektor dan budaya sangatlah penting. Praktik baik ini bisa kita lihat di ASEAN Way yang mendorong kerja sama negara-negara Asia Tenggara secara diplomatis.
13. Fokus pada inklusi sosial. Pemimpin harus memastikan kebijakan mencakup seluruh masyarakat.
14. Pemikiran sistemik. Pendekatan holistik meningkatkan efektivitas kebijakan.