Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ketika Kerja dan Tidur Beradu, Jungkat-Jungkit Keseimbangan Pun Berlagu

29 Oktober 2024   05:03 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja keras boleh, tapi jangan lupa, kasur juga butuh perhatian!|Image: Bing.com

"Di tengah kesibukan dan keriuhan hidup, ingatlah: kita bukan mesin produksi. Momen tertawa adalah energi terbaik untuk meraih keseimbangan!"

Di tengah kesibukan kota yang tak pernah tidur, kita semua seolah terjebak dalam permainan jungkat-jungkit kehidupan. "Menyeimbangkan hidup dan kerja katanya... tapi kok rasanya malah kayak main jungkat-jungkit yang sama beratnya beban kerja. Kapan ya giliran buat naik?"

Kita semua tahu bahwa kerja keras itu dianggap investasi masa depan. Namun, terkadang kita bertanya-tanya, "Katanya, kerja keras itu investasi masa depan. Tapi, kalau habis kerja keras cuma punya waktu buat tidur, jangan-jangan yang untung bukan kita, tapi kasur." Ah, kasur memang menjadi teman setia di tengah lautan tugas yang seolah tak tuntas-tuntas.

Di balik layar, banyak yang bekerja layaknya ninja - datang di gelap, pulang di gelap. "Ada yang kerja kayak ninja - datang di gelap, pulang di gelap. Tapi bedanya, ninja punya misi rahasia, kita cuma punya KPI." Berharap ada misi mulia di balik semua itu, tapi yang ada hanya laporan dan deadline.

Cita-cita kita yang mulia seolah terbalik. "Cita-cita: kerja untuk hidup. Realita: hidup untuk kerja. Mungkin yang salah bukan tujuan, tapi jalannya." Mungkin kita perlu memikirkan ulang, karena hidup bukan sekadar angka di spreadsheet.

Mendengar saran untuk find your passion sering kali mengingatkan kita pada kelelahan yang sudah mendera. "Mereka bilang, find your passion, tapi kok rasanya makin lama yang kutemukan malah kelelahan." Mungkin kita perlu mendefinisikan ulang apa itu passion - apakah itu hanya berarti bekerja lebih keras?

Dalam perjalanan mencari keseimbangan itulah, kadang kita merasa seperti menunggu Wi-Fi di angkot. "Work-life balance itu kayak Wi-Fi di angkot: kita semua berharap ada, tapi realitanya yaa... cuma harapan." Entah kapan sinyal itu akan terhubung.

Saat berjuang demi masa depan, kita kadang lupa makna liburan. "Bekerja demi masa depan, tapi kalau libur cuma bisa tidur... jangan-jangan kita ngelamar jadi mesin produksi, bukan manusia." Saat libur tiba, harapan itu hanyalah waktu untuk me-recharge baterai.

Lalu, saat kita berusaha meraih goals untuk work-life balance, terkadang kita terjebak dalam rutinitas yang absurd. "Bayangin, kamu punya goals buat punya work-life balance, tapi ending-nya malah kayak bayar gym tiap bulan tanpa pernah datang. Ada harapan, cuma jadi penghuni bayangan."

Akhirnya, semua ini mengingatkan kita bahwa mengejar keseimbangan itu mirip dengan mengejar mantan. "Banyak orang ngejar work-life balance kayak ngejar mantan: dilihat dari jauh, dicapai nggak pernah."

Jadi, di tengah semua keriuhan ini, mari kita tertawa. Tertawa sebagai bentuk refleksi, karena meski hidup sering kali terasa tidak seimbang, tetap ada humor di setiap langkah kita. Dan mungkin, saat kita mengajak orang lain untuk tertawa, kita mulai menemukan keseimbangan yang sebenarnya. Percayalah, percayalah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun