Di suatu pagi yang cerah, seorang pencari kerja muda membuka laptopnya dengan penuh harap. Hari itu dia siap mencari pekerjaan pertamanya setelah lulus kuliah. Mata berbinar-binar, jari-jari siap mengetik, dia membuka situs lowongan kerja.
Namun, tiba-tiba dahinya berkerut ketika membaca satu judul lowongan: Entry Level Job: Wajib Pengalaman 5 Tahun. Dia menarik napas panjang. Nyesek. Apa ini, lowongan kerja atau syarat jadi Avenger?
Dia berpikir, "Jadi... pekerjaan entry level tapi pengalamannya wajib 5 tahun? Mereka sedang mencari karyawan atau superhero yang datang langsung dari komik Marvel?"
Tertawa kecil, sendiri, dia lalu berandai-andai. "Mungkin perusahaan-perusahaan ini ingin calon karyawan yang jago pakai mesin waktu! Kan lumayan, kalau mereka bisa bolak-balik masa lalu dan masa depan. Bisa atur deadline sambil ngopi santai."
Tanpa sadar, dia sudah mengomel sendiri. "Ini ibaratnya kayak nyuruh anak belajar naik sepeda, tapi langsung wajib mahir balapan motor di sirkuit internasional. Realistisnya di mana coba?"
Dengan nada sinis, dia membatin, "Kalau begini sih, syarat lulus fresh graduate harusnya nggak sekadar dari universitas, tapi juga dari Akademi X-Men."
Lagi-lagi, tiba-tiba ia tertawa sendiri. Dia membayangkan HRD perusahaan dengan ekspresi serius berkata, "Maaf, kami mencari juru selamat untuk tim kami. Kandidat harus punya lima tahun pengalaman... dan mungkin superpower."
"Betul! Ini perusahaan pasti sedang seleksi calon time traveler. Mungkin sekalian supaya bisa meramal masa depan dan tahu kapan perusahaan akan naik untung!"
Dia menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa. "Pengalaman lima tahun, katanya, padahal katanya entry level. Ini HRD-nya suka main-main sama realita, ya?"
Lelah menggelontorkan segala satire, dia akhirnya menyimpulkan sambil tersenyum lebar, "Yah, mungkin suatu saat kita butuh dua ijazah: satu dari kampus, satu lagi dari akademi Avengers. Biar makin laku."
Dan akhirnya, tanpa sadar dia tertawa terbahak-bahak sendiri lagi, sambil menutup laptopnya. Yah, mungkin memang betul, jika realita sudah tak masuk akal, kadang yang terbaik adalah menikmatinya sambil tertawa.