Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pekerja Serabutan

15 Oktober 2024   16:18 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:22 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harapan rakyat tak sekadar bantuan, tapi kepastian hidup yang bermartabat. | Image: AFM Ilustrator

"Ketika rakyat terpaksa hidup serabutan, pemimpin sejati adalah mereka yang bangkit untuk membangun fondasi yang kokoh bagi kesejahteraan bersama. Masa depan sebuah bangsa bukan ditentukan oleh kemewahan segelintir, tetapi oleh kekuatan seluruh rakyat yang berdiri tegak dengan martabatnya."

Kala angin pembangunan bertiup dari puncak kekuasaan,
Ribuan tangan rakyat meraba dalam ketidakpastian,
Menjejak tanah yang kian gersang oleh janji manis,
Dan matahari harapan tak lagi menyinari ufuk hari.

Pekerja serabutan adalah realitas pahit di balik kebijakan perekonomian kita. Mereka tak bersuara, karena sibuk kerja dan kerja. Mengejar angkutan dan kereta, bersimpuh mengumpulkan keping-keping rupiah. Terus berulang, memeras keringat dan lupa tertawa

Mereka yang dulu berani bermimpi, kini tertunduk,
Terlilit beban hidup dalam kerja serabutan,
Mengais nafkah dari gigitan-gigitan kecil ekonomi,
Tanpa jaminan, tanpa perlindungan, hanya sekadar bertahan.

Setiap langkah mereka menempuh jalan gig economy,
Di bawah bayang-bayang kontrak yang tak berpihak,
Mereka bukan lagi pekerja, tapi sekadar mitra,
Tergadai hak-hak mereka dalam alur sistem yang memenjarakan.

Siapa yang peduli? Siapa yang bertanya?
Ketika mereka jatuh dalam lubang tak berdasar,
Terperosok oleh kebijakan yang membesarkan korporasi,
Namun mengecilkan jiwa-jiwa kecil yang ingin hidup layak.

Berapa banyak lagi anak-anak yang harus menyaksikan ayahnya?
Berkeringat tanpa kepastian, pulang dengan tangan kosong,
Demi segenggam nasi yang semakin sulit terjangkau,
Sementara di atas sana, mimbar-mimbar kebijakan berdiri megah.

Ini bukan sekadar masalah angka,
Ini tentang rasa, tentang hakikat manusia,
Tentang mereka yang telah kehilangan martabat,
Karena ditelantarkan oleh sebuah sistem yang abai.

Wahai pemegang kuasa, dengarlah bisik hati nurani,
Tak cukup sekadar membagi janji yang sesaat menyenangkan,
Rakyat tak butuh simpati yang berujung pada pencitraan,
Mereka ingin solusi, mereka ingin harapan yang nyata.

Bangkitlah, wahai pemimpin yang arif dan bijak,
Lihatlah dengan mata hatimu,
Rakyatmu berjuang dalam kegetiran hari,
Saatnya kau angkat mereka dari keterpurukan ini.

Negeri ini tak akan maju tanpa kekuatan rakyatnya,
Dan rakyatmu tak akan kuat jika terus dibelenggu serabutan,
Bangunlah fondasi yang kokoh untuk masa depan mereka,
Agar harapan tak lagi menjadi mimpi di siang bolong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun