Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

4 Langkah Practical Problem Solving untuk Mendapatkan Solusi yang Cepat dan Tepat (1/3)

26 September 2024   06:07 Diperbarui: 26 September 2024   06:09 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masalah bukan akhir, tapi awal dari solusi yang lebih baik.|Foto: transform-mpi.com

"Dalam setiap masalah, tersimpan potensi pembelajaran. Dengan langkah yang tepat, masalah tidak hanya terselesaikan, tetapi juga menjadi jalan menuju pertumbuhan."

Percayalah, masalah itu "sawah". Semakin besar masalahnya, maka semakin besar "sawah" dan imbal hasil panennya. Kita tahu, bahwa dalam dunia yang terus berkembang dan penuh tantangan, masalah tidak pernah absen dari keseharian kita. Baik dalam lingkungan profesional maupun non-profesional, permasalahan muncul silih berganti. Namun, kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah secara efektif sering kali menjadi pembeda utama antara kesuksesan dan stagnasi.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan praktis dan sistematis untuk mengatasi setiap masalah yang kita hadapi sebelum berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar dan kompleks.

Sebagai seorang insan pembelar, saya telah melihat bagaimana pendekatan *Practical Problem Solving* dapat menjadi solusi yang ampuh. Artikel ini akan membahas kerangka pemecahan masalah yang sederhana, praktis, namun sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas dan kinerja, serta memberikan manfaat nyata bagi para profesional di berbagai tingkatan.

1. Apa Itu Practical Problem Solving?

Practical Problem Solving adalah metode sistematis untuk memecahkan masalah yang sehari-hari muncul di lingkungan kerja. Metode ini berfokus pada pendekatan yang praktis, mudah dipahami, dan langsung dapat diaplikasikan oleh semua profesional, mulai dari level staff hingga manajemen puncak. Inti dari metode ini adalah kemampuan untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, menemukan akar penyebab, mengembangkan solusi yang sesuai, dan menerapkan rencana tindakan secara efektif.

Manfaat dari metode ini bukan hanya sekadar menyelesaikan masalah yang ada, tetapi juga mencegah masalah yang sama terulang di masa depan. Pendekatan ini membantu organisasi dan individu untuk lebih proaktif, efisien, dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

2. Langkah Pertama: Mendefinisikan Masalah dengan Jelas

Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi dalam menyelesaikan masalah adalah kurang jelasnya definisi masalah itu sendiri. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang apa sebenarnya masalah yang dihadapi, upaya penyelesaian hanya akan membuang-buang waktu dan sumber daya. Oleh karena itu, langkah pertama dalam Practical Problem Solving adalah mendefinisikan masalah dengan jelas dan spesifik.

Menerapkan teknik mendefinisikan masalah dengan lebih spesifik adalah langkah penting dalam proses Practical Problem Solving karena mendefinisikan masalah dengan jelas akan menentukan arah penyelesaian yang tepat. Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkannya:

Pertama, Identifikasi Masalah yang Nyata

Langkah pertama adalah memastikan bahwa masalah yang dihadapi memang nyata dan signifikan. Sering kali, kita terjebak dalam asumsi atau gejala-gejala yang muncul tanpa melihat masalah utamanya. Untuk menghindari hal ini, tanyakan beberapa pertanyaan dasar seperti:
- Apa yang sebenarnya terjadi?
- Seberapa sering masalah ini muncul?
- Siapa saja yang terdampak oleh masalah ini?
- Kapan dan di mana masalah ini terjadi?

Contoh: Misalnya, dalam konteks operasional perusahaan, alih-alih menyatakan, "Produktivitas menurun," Anda bisa mendefinisikan masalah lebih spesifik seperti, "Produktivitas menurun 15% selama dua bulan terakhir di divisi produksi setelah perubahan jadwal kerja." Dengan definisi yang jelas, arah penyelesaian akan menjadi lebih terarah dan fokus.

Kedua, Kumpulkan Data yang Relevan

Agar dapat mendefinisikan masalah dengan tepat, Anda perlu mengumpulkan data yang relevan. Data ini bisa berupa statistik, laporan kinerja, hasil observasi, atau masukan dari karyawan yang terlibat. Data yang tepat akan membantu memperjelas lingkup dan dampak masalah tersebut.

Contoh: Setelah menganalisis data penjualan, Anda menemukan bahwa penurunan produktivitas terutama terjadi di bagian tertentu dari proses produksi, misalnya di tahap pengepakan.

Ketiga, Gunakan Pendekatan 5W+1H (What, Why, When, Where, Who, How)

Metode ini sering digunakan untuk menggali masalah dengan lebih detail. Dengan mengajukan pertanyaan ini, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang masalah.
- What: Apa masalahnya?
- Why: Mengapa masalah ini terjadi?
- When: Kapan masalah mulai terjadi?
- Where: Di mana masalah ini terjadi?
- Who: Siapa yang terlibat atau terkena dampak masalah?
- How: Bagaimana masalah ini mempengaruhi operasional atau kinerja?

Contoh: "Apa yang menyebabkan produktivitas menurun 15% di divisi produksi selama dua bulan terakhir, dan bagaimana ini memengaruhi target produksi keseluruhan perusahaan?"

Keempat, Hindari Definisi yang Terlalu Umum

Sering kali masalah didefinisikan terlalu luas atau umum sehingga sulit untuk menemukan solusi yang efektif. Cobalah untuk memecah masalah menjadi lebih rinci dan spesifik.

Contoh: Daripada mengatakan "Ada masalah komunikasi," lebih baik katakan, "Tim pemasaran dan produksi tidak memiliki sistem komunikasi yang teratur, menyebabkan kesalahan pengiriman data produk yang mempengaruhi proses produksi."

Kelima, Tetapkan Lingkup Masalah

Pastikan masalah didefinisikan dalam lingkup yang dapat dikelola. Jangan mendefinisikan masalah yang terlalu luas yang melibatkan banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.

Contoh: "Masalah ini terbatas pada divisi X yang mengalami penurunan output harian akibat kurangnya pelatihan pada mesin baru."

Jadi, dengan mendefinisikan masalah secara lebih spesifik, Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah yang sebenarnya terjadi. Ini membantu tim atau individu fokus pada penyelesaian yang lebih tepat sasaran dan meningkatkan peluang keberhasilan dalam implementasi solusi.

3. Menganalisis Penyebab: Temukan Akar Masalah

Setelah masalah terdefinisi dengan baik, langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab yang berpotensi menjadi akar masalah. Analisis yang dangkal hanya akan membawa kita pada solusi yang sementara. Untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan bersifat jangka panjang, kita harus sampai pada akar masalah.

Metode yang bisa digunakan adalah Root Cause Analysis atau analisis akar penyebab. Melalui metode ini, kita bisa memetakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap munculnya masalah dan memfokuskan perhatian pada faktor yang paling berpengaruh. Contohnya, jika masalahnya adalah penurunan produktivitas, akar masalah bisa jadi berasal dari faktor internal, seperti kurangnya pelatihan, atau faktor eksternal, seperti gangguan dalam rantai pasokan.

Menerapkan metode dalam menemukan akar penyebab masalah secara tepat, benar, dan efektif sangat penting agar solusi yang diambil benar-benar menyelesaikan masalah secara mendasar, bukan hanya gejala-gejalanya. Berikut adalah beberapa langkah dan teknik yang dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab masalah dengan tepat:

Cara Pertama, Gunakan Metode 5 Whys (5 Mengapa)

Metode ini sangat sederhana namun efektif dalam menemukan akar penyebab masalah. Caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan "mengapa" secara berulang (biasanya lima kali) hingga mencapai akar dari suatu masalah.

Langkah-langkah:
- Mulai dengan masalah yang jelas.
- Tanyakan "Mengapa masalah ini terjadi?".
- Terus ajukan pertanyaan "Mengapa?" hingga menemukan akar penyebabnya.

Contoh:
Masalah: "Mesin produksi sering rusak."
1. Mengapa mesin sering rusak? - Karena pemeliharaan tidak dilakukan secara rutin.
2. Mengapa pemeliharaan tidak dilakukan secara rutin? - Karena tidak ada jadwal pemeliharaan yang ditetapkan.
3. Mengapa tidak ada jadwal pemeliharaan? - Karena manajemen belum menetapkan prosedur pemeliharaan.
4. Mengapa manajemen belum menetapkan prosedur pemeliharaan? - Karena tidak ada sistem untuk memantau kondisi mesin.
5. Mengapa tidak ada sistem pemantauan? - Karena kurangnya kesadaran tentang pentingnya pemeliharaan preventif.

Setelah sampai pada akar penyebab, yaitu kurangnya kesadaran akan pentingnya pemeliharaan preventif, kita bisa fokus pada solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah, misalnya melalui pelatihan atau pembentukan prosedur pemeliharaan.

Cara Kedua, Diagram Fishbone (Diagram Tulang Ikan) atau Ishikawa

Diagram Fishbone adalah alat visual yang membantu mengidentifikasi berbagai faktor penyebab masalah secara lebih sistematis. Metode ini memecah masalah ke dalam beberapa kategori, seperti manusia, mesin, metode, material, lingkungan, dan pengukuran.

Langkah-langkah:
1. Gambar tulang ikan dengan masalah utama di ujung kepala ikan.
2. Identifikasi kategori utama penyebab, seperti manusia, mesin, material, dan metode.
3. Di setiap "tulang" besar, pecah menjadi sub-faktor yang mungkin berkontribusi pada masalah.
4. Tinjau setiap faktor penyebab untuk melihat mana yang berpotensi sebagai akar penyebab.

Contoh:
Masalah: "Penurunan kualitas produk."
- Manusia: Kurangnya pelatihan, ketidakpatuhan prosedur.
- Mesin: Mesin tua, perawatan tidak memadai.
- Material: Kualitas bahan baku rendah, pemasok yang tidak konsisten.
- Metode: Prosedur tidak standar, instruksi tidak jelas.

Dengan memetakan penyebab-penyebab tersebut, Anda dapat melihat secara lebih terstruktur faktor mana yang paling mungkin menjadi akar masalah.

Cara Ketiga, Pareto Analysis (80/20 Rule)

Pareto Analysis membantu Anda memprioritaskan penyebab berdasarkan dampaknya. Prinsip Pareto menyatakan bahwa 80% dari masalah sering kali disebabkan oleh 20% dari penyebab. Dengan menemukan dan mengatasi 20% penyebab utama, Anda bisa menyelesaikan sebagian besar masalah.

Langkah-langkah:
1. Identifikasi semua penyebab yang berkontribusi pada masalah.
2. Kategorikan dan ukur dampak dari setiap penyebab.
3. Fokuskan pada penyebab yang paling sering atau paling signifikan, yang kemungkinan besar adalah akar dari masalah.

Contoh: Jika terdapat banyak keluhan pelanggan, setelah analisis, Anda mungkin menemukan bahwa 80% keluhan berasal dari hanya 20% faktor, misalnya, terkait keterlambatan pengiriman. Dengan fokus pada memperbaiki sistem pengiriman, sebagian besar masalah dapat diselesaikan.

Cara Keempat, Root Cause Analysis (RCA)

Root Cause Analysis adalah metode yang lebih komprehensif untuk menggali akar penyebab masalah dengan memadukan berbagai teknik analisis, seperti 5 Whys dan Fishbone Diagram. RCA bertujuan untuk menemukan penyebab mendasar yang memicu masalah dan mengembangkan tindakan korektif untuk menghindari pengulangan.

Langkah-langkah:
1. Identifikasi masalah secara jelas.
2. Kumpulkan data dan bukti terkait masalah.
3. Gunakan alat seperti 5 Whys atau Fishbone Diagram untuk mengidentifikasi penyebab potensial.
4. Verifikasi akar penyebab melalui data dan bukti tambahan.
5. Kembangkan solusi berdasarkan akar penyebab yang telah diidentifikasi.

Cara Kelima, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

FMEA digunakan untuk memprediksi kemungkinan kegagalan sebelum terjadi dan menganalisis penyebab yang mungkin menyebabkan kegagalan tersebut. Teknik ini lebih cocok untuk industri manufaktur atau proses yang melibatkan mesin dan alat berat, namun juga bisa diaplikasikan di bidang lain.

Langkah-langkah:
1. Identifikasi semua kegagalan yang mungkin terjadi dalam suatu proses.
2. Tentukan dampak dari setiap kegagalan.
3. Analisalah penyebab dari kegagalan tersebut.
4. Beri peringkat kegagalan berdasarkan tingkat keparahan, kemungkinan terjadi, dan kemampuan deteksi.
5. Fokus pada kegagalan dengan peringkat tertinggi.

Contoh: Dalam produksi, FMEA bisa membantu menemukan risiko kegagalan mesin yang dapat menyebabkan downtime besar. Setelah itu, fokuskan usaha pada mitigasi kegagalan tersebut.

Jadi, menerapkan metode yang tepat dalam menemukan akar penyebab masalah adalah kunci untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Dengan menggunakan teknik seperti 5 Whys, Diagram Fishbone, Pareto Analysis, RCA, dan FMEA, Anda bisa memastikan bahwa penyelesaian masalah berfokus pada akar permasalahan, bukan hanya menangani gejalanya. Ini akan menghasilkan solusi yang lebih berkelanjutan dan mencegah masalah serupa terjadi di masa depan.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun