Pak Budi tak mau kalah. "Eh, jadi gini... Aku baru tahu ada aplikasi nebeng namanya 'Nebeng Pro'. Tapi sayangnya, aplikasi ini cuma bisa diakses pakai 'koneksi keluarga'. Dan bukan, bukan Wi-Fi, ya! Hahaha."
Pak Jono tertawa paling keras, hampir tersedak kopinya. "Iya, iya, kalau nebeng ke kantor, sih, masih biasa. Tapi kalau nebeng jet pribadi? Itu namanya nebeng dengan upgrade first class, Bro!"
"Ah, itu mah sebentar", kata Pak Budi menimpali. "Yang enak mah nebeng ke kekuasaan, nebeng ke partai, atau nebeng ke paman yang punya kuasa ya... Kan agak lama rasa dan sensasinya.."
"Ah, kau bisa aja", kata Pak Broto sambil membuka dompetnya. "Itu sih ikatan keluarga nebeng, namanya. Nih, aku sekarang bayarin kalian ngopi semua! Karena kita sekarang, sudah jadi Keluarga Nebeng Kopi Bahagia Sejahtera...".
Mereka tertawa terbahak-bahak sampai menarik perhatian orang-orang di warung kopi itu. Mereka pun senang ada yang traktirin ngopi saat itu.
Cerita mereka tentang "nebeng" ini benar-benar jadi bahan hiburan yang menyegarkan sore mereka. Tapi yang lebih penting, di balik tawa yang terus bergema, ada refleksi kecil tentang fenomena yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari - nebeng yang bukan sembarang nebeng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H