"Jangan tertipu oleh nikmat sehat dan waktu luang, keduanya adalah ujian yang halus. Gunakanlah untuk beramal, sebelum kesempatan hilang tanpa disadari."
Paket kehidupan dari Allah itu senyatanya sudah banyak, lengkap, dan sempurna. Hanya saja, dalam lembaran hidup yang fana ini, sering kali manusia tidak menyadari betapa besar anugerah yang telah Allah limpahkan kepadanya. Ada dua nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya, namun sayangnya, banyak yang terperdaya dan terpedaya olehnya, hingga mereka lupa untuk mensyukuri dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Nikmat yang dimaksud adalah nikmat sehat dan waktu luang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita semua dalam sabda beliau yang sangat mendalam, "Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang." (HR. Bukhari no. 6412).
Kenapa kita tertipu oleh nikmat ini? Karena kita sering kali merasa bahwa sehat dan waktu luang adalah sesuatu yang abadi, sesuatu yang akan selalu ada bersama kita. Namun, betapa sering kita lupa, sehat itu bisa tiba-tiba diambil, dan waktu yang kita kira lapang bisa berakhir tanpa disangka. Kita terus menunda amalan, terus menunda ketaatan, seakan-akan usia kita panjang dan kesempatan itu takkan pernah habis.
Sehat, Karunia yang Rentan
Nikmat sehat adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan harta dunia. Ketika kita sehat, kita memiliki kesempatan emas untuk beribadah kepada Allah, beramal saleh, dan berbuat baik kepada sesama. Namun, dalam keadaan sehat ini, kita sering kali tergelincir dalam kesia-siaan. Kita merasa bahwa kesehatan ini adalah milik kita selamanya, sehingga malas dalam melaksanakan amalan ketaatan.Â
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, "Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya." Dan betapa benarnya hal ini. Dunia dengan segala kesibukannya sering kali menyedot perhatian kita hingga melupakan hakikat kehidupan ini.
Padahal, sehat adalah ladang emas untuk beramal. Ibnu Baththol menegaskan bahwa barang siapa yang memiliki nikmat sehat dan waktu luang, hendaklah ia tidak tertipu dengan meninggalkan syukur. Syukur itu bukan hanya diucapkan dengan lisan, tapi diwujudkan dengan ketaatan, mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. "Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu," tegas Ibnu Baththol.
Waktu Luang, Ladang yang Sering Terbengkalai
Selain nikmat sehat, waktu luang adalah nikmat yang sering kali disia-siakan. Sebagian kita memandang waktu luang sebagai waktu istirahat, waktu bersantai tanpa arah. Padahal, waktu luang yang Allah beri kepada kita adalah peluang berharga untuk memperbanyak amal dan ibadah.Â