Hidup dan cinta itu satu bauran yang indah. Namun, dalam perjalanan hidup, banyak dari kita meyakini bahwa cinta adalah segalanya dalam membangun sebuah rumah tangga. Cinta menjadi pondasi yang dikira akan bertahan selamanya. Namun, kenyataannya, banyak rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta semata tidak mampu bertahan menghadapi terpaan badai kehidupan.Â
Mengapa demikian? Karena perekat terkuat antara suami istri bukanlah cinta yang bersifat sementara, melainkan agama yang menjadi pegangan abadi.
Fondasi Kuat dalam Pernikahan: Agama
Nabi Muhammad dengan tegas memberikan petunjuk dalam memilih pasangan hidup, sebagaimana yang tertuang dalam sabda beliau, "Dapatkanlah isteri yang memiliki agama (yang baik); niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari 5090 dan Muslim 1466). Di sini, Rasulullah menekankan bahwa agama adalah faktor penentu keberkahan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Cinta memang penting, namun agama akan menjadi pelindung dan pemandu bagi suami istri dalam menjalani suka dan duka kehidupan bersama.
Banyak yang salah paham bahwa cinta adalah satu-satunya elemen yang membuat rumah tangga harmonis. Cinta, dalam pandangan manusia, sering kali naik turun, tergerus oleh ujian waktu, kebiasaan, dan perubahan yang terjadi dalam diri setiap individu. Namun, jika cinta itu disandingkan dengan agama yang kokoh, cinta tersebut akan tumbuh subur, membuahkan rahmat dan kebahagiaan yang sejati.
Keteguhan Agama Memperkuat Cinta
Pernahkah kita menyaksikan pasangan yang meskipun telah bertahun-tahun menikah, masih tampak saling mencintai dengan penuh kasih sayang? Itu bukanlah semata karena rasa cinta, melainkan karena agama yang memperkuat hubungan mereka. Agama menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka, memandu keduanya untuk saling menghormati, memahami, dan memaafkan dalam berbagai situasi.
Cinta yang dilandasi agama, bukanlah cinta yang hanya menginginkan kesenangan pribadi. Melainkan, cinta yang berorientasi pada keridaan Allah, mengarahkan suami dan istri untuk saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Agama mengajarkan kita untuk memahami pasangan dengan lebih dalam. Bukan hanya dari apa yang tampak di luar, tetapi dari segi akhlak, iman, dan keikhlasan. Oleh sebab itu, agama menjadi pondasi yang jauh lebih kuat daripada sekadar rasa cinta yang bersifat sementara.
Membangun Rumah Tangga di Atas Agama
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, seorang wanita bertanya kepada beliau tentang boleh atau tidaknya berbohong kepada suaminya jika ia tidak lagi mencintainya. Umar dengan bijak menjawab, "Ya, silahkan berbohong kepada kami (para suami).. jika salah seorang dari kalian (para isteri) tidak suka kepada kami, maka jangan katakan (ketidaksukaan) itu kepadanya!" Beliau menambahkan bahwa rumah tangga yang dibangun hanya di atas rasa cinta sangatlah sedikit. Hubungan yang sesungguhnya kuat didasari oleh Islam, kekerabatan, dan jiwa sosial. (Alma'rifah wat Tarikh 1/392).
Hadis ini memberikan pelajaran berharga bahwa pernikahan bukanlah sekadar tentang menyatukan rasa cinta, melainkan bagaimana dua insan berjalan bersama menuju ridha Allah, saling mendukung dalam kebaikan, dan menyandarkan hubungan pada kekuatan agama.
Mengatasi Perbedaan dengan Kebijaksanaan Agama
Tidak ada rumah tangga yang bebas dari perbedaan. Bahkan, Rasulullah pun mengingatkan dalam sabda beliau, "Janganlah seorang mukmin (suami) membenci seorang mukminah (isteri), karena jika dia membenci salah satu perangainya; dia pasti masih suka perangai yang lainnya." (HR. Muslim: 1469).
Di sini, agama mengajarkan kita untuk selalu melihat kebaikan pasangan kita, bukan semata-mata fokus pada kekurangannya.
Sebab, dalam setiap diri manusia pasti ada kelemahan, namun ketika kita memiliki pondasi agama yang kuat, kita akan belajar untuk bersabar, saling memaafkan, dan mencari solusi yang tepat sesuai dengan petunjuk syariat.
Kesimpulan: Agama, Perekat Abadi
"Cinta yang kuat bukanlah yang dibangun di atas emosi semata, melainkan yang berakar pada agama. Di sanalah kita menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan ridha Ilahi."
Pada akhirnya, pernikahan yang langgeng bukanlah yang semata-mata dibangun di atas cinta, melainkan yang berlandaskan agama. Agama adalah perekat yang menghubungkan dua hati untuk berjalan bersama dalam mencari ridha Allah, menghadapi segala ujian dengan tawakal, sabar, dan syukur.
Membangun rumah tangga dengan pondasi agama akan menjadikan cinta semakin kuat, sebab cinta tersebut bukan lagi bersifat duniawi, melainkan cinta yang melampaui batas dunia, cinta yang menuju jannah-Nya. Itulah hakikat cinta yang sesungguhnya; cinta yang terikat dengan agama, menjadi jalan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah untuk membangun rumah tangga yang kokoh dengan pondasi agama, sehingga cinta yang ada tidak hanya bertahan di dunia, tapi berlanjut hingga ke surga-Nya. Aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI