"Kadang, kita sibuk menyembunyikan diri di balik topeng anonim, padahal yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk menjadi diri sendiri. Karena, tawa yang sejati datang dari kejujuran, bukan dari kepalsuan."
Di sebuah kerajaan bernama Huhuhaha, hiduplah seorang pangeran yang punya hobi unik. Alih-alih membantu membangun negara, eh... ia lebih suka bersembunyi di balik topeng anonim bernama Fufufafa. Dengan akun palsu ini, ia bebas berkomentar seenaknya tentang apa aja. Mulai rakyat jelata, hingga para mantan tentaranya. Mungkin ia pikir, dengan begitu, kebijaksanaannya akan lebih bersinar.
"Tidak ada jejak yang benar-benar hilang di dunia maya," begitu kata pepatah. Tapi di Huhuhaha, jejak digital ternyata lebih sulit dihapus daripada noda tinta di baju putih. Pangeran Fufufafa sepertinya lupa, bahwa tawa netizen bisa lebih tajam dari pedang.
Suatu hari, sang pangeran tersadar bahwa "fufufu" bukan hanya suara tawa, tapi juga gema masa lalu yang tak mau hilang. Ia jadi bahan tertawaan seisi kerajaan. Bahkan, ada yang sampai membuat meme tentangnya.
"Kalau saja di kerajaan ini setiap pangeran yang suka nge-twit diberikan gelar kehormatan," gumam seorang menteri, "mungkin kita sudah punya lebih banyak akademisi online daripada pemimpin yang nyata."
Pertanyaan pun muncul, lebih penting mana: pangeran yang mengurus negara atau pangeran yang sibuk nge-tweet? Di Huhuhaha, jawabannya bisa berubah-ubah tergantung trending topic saat itu.
"Jika kita tak bisa memimpin dengan bijak di dunia nyata," kata seorang filsuf kerajaan, "bisakah kita memimpin dengan kata-kata di dunia maya? Atau, itu hanya pelarian dari tanggung jawab?"
Seiring berjalannya waktu, akun Fufufafa menjadi fenomena tersendiri. Bahkan, ada yang memprediksi akun ini akan masuk dalam kurikulum sejarah dan peradaban bangsa. Hebat, kan ya?
"Anak-anak, inilah jejak digital yang hampir lebih fenomenal daripada pertempuran di medan perang!" kata seorang guru sejarah dengan nada bercanda.
Suatu hari, Pangeran Fufufafa tertangkap basah. Ia harus menghadapi pengadilan. Hakim pun bertanya, "Pangeran, Anda didakwa menciptakan akun anonim." Sang pangeran dengan santai menjawab, "Ya kan buat hiburan rakyat, yang penting mereka ketawa kan?" Hakim pun ikut tertawa. Sidang pun ditunda, bersamaan dengan masuknya pesan singkat WA dari Sang Pamannya Pangeran Fufufafa.Â
Di Huhuhaha, ada pepatah baru yang berbunyi, "Lebih baik akun palsu dengan ribuan pengikut, daripada jabatan nyata tapi tak pernah didengar." Siapa tahu? Mungkin suatu hari nanti, akun Fufufafa yang akan menulis buku sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H