"Mensyukuri nikmat Allah bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan amal yang tulus, ilmu yang bermanfaat, dan hati yang selalu ikhlas. Dengan bersyukur, pintu nikmat akan terbuka lebih luas, dan cahaya Allah akan menyinari setiap langkah kita."
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap hamba yang beriman. Namun, syukur bukanlah sekadar ucapan, melainkan sebuah sikap hidup yang melekat dalam diri, tercermin dari tindakan dan perilaku sehari-hari. Rasulullah Muhammad , teladan agung umat manusia, telah mengajarkan kepada kita cara mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang indah dan sempurna, sebagaimana yang beliau praktikkan dalam seluruh aspek kehidupannya. Syukur beliau tidak hanya terwujud dalam doa dan lisan, tetapi juga dalam perbuatan dan sikap hati yang mulia.
1. Syukur dengan Hati: Mengakui Allah sebagai Pemberi Segala Nikmat
Rasulullah menegaskan pentingnya memandang segala yang kita miliki sebagai pemberian Allah, bukan semata hasil usaha kita. Dalam sabdanya, beliau bersabda:
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian. Yang demikian itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." (HR. Muslim)
Ini adalah ajaran yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya memandang dunia. Ketika kita fokus pada mereka yang memiliki lebih sedikit, hati kita dipenuhi dengan rasa syukur. Rasulullah menunjukkan bahwa syukur berasal dari hati yang ikhlas menerima takdir Allah, dan tidak membandingkan kenikmatan yang kita miliki dengan orang lain yang terlihat lebih sejahtera.
2. Syukur dengan Lisan: Memuji Allah atas Segala Karunia-Nya
Salah satu ciri utama syukur adalah memuji Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dalam setiap keadaan. Setiap kali beliau mendapatkan nikmat, kecil atau besar, beliau senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah", sebagai bentuk pengakuan atas kemurahan Allah. Bahkan, dalam setiap kesulitan sekalipun, beliau tetap bersyukur kepada Allah karena yakin di balik kesulitan itu terdapat hikmah dan kebaikan.
Kisah menarik dari Aun bin Abdillah bin Utbah rahimahullah memberikan pelajaran tambahan. Setelah mendengar hadits Rasulullah , ia memutuskan untuk bergaul dengan orang-orang yang fakir, dan menemukan kedamaian yang luar biasa. Aun bin Abdillah menyadari bahwa hidup yang dipenuhi dengan rasa syukur membawa ketenangan hati, jauh dari kesibukan mengejar obsesi dunia yang tiada habisnya.
3. Syukur dengan Perbuatan: Memanfaatkan Nikmat untuk Kebaikan
Rasulullah tidak hanya mensyukuri nikmat Allah dengan hati dan lisan, tetapi juga dengan perbuatan nyata. Setiap nikmat yang beliau terima dimanfaatkan untuk kebaikan. Salah satu contohnya adalah ketika beliau mendapatkan harta, beliau segera membagikannya kepada yang membutuhkan. Ketika beliau dianugerahi kesehatan, beliau memanfaatkannya untuk beribadah dengan penuh semangat, seringkali melebihi ibadah para sahabatnya.
Sikap ini menunjukkan bahwa syukur tidak hanya berupa pengakuan, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan yang nyata. Mensyukuri kesehatan berarti menjaga tubuh dengan baik dan memanfaatkannya untuk ibadah. Mensyukuri harta berarti menggunakan sebagian darinya untuk sedekah dan membantu sesama. Rasulullah adalah teladan dalam memanfaatkan setiap nikmat Allah untuk kebaikan, dan inilah cara terbaik untuk menunjukkan rasa syukur kepada-Nya.
4. Menjaga Hati dari Penyakit yang Menghalangi Syukur
Syukur tidak akan hadir dalam hati yang dipenuhi penyakit seperti iri, dengki, atau sombong. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk ini, agar rasa syukur dapat tumbuh subur dalam diri kita. Beliau bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim 2749)
Oleh karena itu, kita harus selalu introspeksi dan menjaga hati agar tetap bersih dari hal-hal yang dapat merusak rasa syukur. Membaca Al-Qur'an, berzikir, dan mengikuti kajian ilmu adalah cara yang diajarkan oleh Rasulullah untuk menjaga hati agar selalu bersih dan terjaga.
5. Menghindari Keluhan dan Senantiasa Berfokus pada Nikmat yang Ada
Rasulullah juga mengajarkan kita untuk menjauhkan diri dari keluhan dan selalu berfokus pada nikmat yang telah Allah berikan, bukan pada apa yang belum kita miliki. Beliau selalu melihat sisi positif dari setiap keadaan. Ketika diuji dengan kesulitan, beliau tidak mengeluh, tetapi justru bersyukur atas kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah dan meraih pahala.
Kisah-kisah kehidupan Rasulullah penuh dengan contoh bagaimana beliau menghadapi berbagai ujian dengan penuh kesabaran dan rasa syukur. Beliau mengajarkan bahwa ujian adalah bentuk lain dari nikmat Allah, karena di balik setiap ujian terdapat kesempatan untuk meningkatkan derajat di sisi Allah.
6. Menyadari Janji Allah bagi Orang yang Bersyukur
Rasulullah senantiasa mengingatkan umatnya akan janji-janji Allah bagi mereka yang bersyukur. Allah berfirman:
"Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim 14: 7).
Beliau selalu memotivasi umatnya untuk bersyukur agar Allah menambah nikmat yang telah diberikan. Syukur bukan hanya membawa ketenangan jiwa, tetapi juga membuka pintu rezeki dan keberkahan yang lebih luas.
7. Menuntut Ilmu Syar'i
Salah satu cara paling agung untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menuntut ilmu syar'i. Menuntut ilmu bukan hanya sekadar memperkaya pengetahuan, tetapi juga merupakan ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah. Ilmu syar'i membantu kita memahami perintah-perintah Allah, larangan-larangan-Nya, serta cara menjalani kehidupan dengan penuh ketakwaan.
Dengan ilmu, kita mampu membedakan yang haq dari yang batil, yang benar dari yang salah. Ilmu syar'i juga memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana cara mensyukuri nikmat dengan amal-amal saleh, ibadah yang khusyuk, dan perilaku yang sesuai dengan syariat. Rasulullah sendiri sangat menekankan pentingnya ilmu, dan Allah telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi mereka yang berilmu, seperti firman-Nya:
"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah 58: 11).
Dengan menuntut ilmu, kita tidak hanya mensyukuri nikmat Allah atas akal yang diberikan, tetapi juga menunjukkan rasa syukur dengan memanfaatkan ilmu tersebut untuk kebaikan diri dan orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu investasi terbesar yang tidak hanya membawa manfaat di dunia, tetapi juga di akhirat. Syukur atas nikmat Allah menjadi sempurna ketika kita menjadikan ilmu sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita dan memberikan kontribusi bagi kemajuan umat.
Penutup
Mensyukuri nikmat Allah bukan hanya dilakukan dengan kata-kata, tetapi juga dengan amal perbuatan yang nyata. Rasulullah telah memberikan contoh terbaik dalam bagaimana mensyukuri nikmat dengan penuh keikhlasan dan ketawadhuan. Dengan menjaga nikmat yang diberikan, menjalankan amanah dengan baik, menjauhkan diri dari penyakit hati, dan menuntut ilmu syar'i, kita akan mampu mengisi hidup ini dengan rasa syukur yang mendalam.
Sesungguhnya, syukur yang tulus kepada Allah tidak hanya akan membuat kita merasakan kedamaian dan kebahagiaan, tetapi juga membuka pintu-pintu nikmat yang lebih besar. Sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim 14: 7)
Mari kita jadikan rasa syukur sebagai pilar utama dalam menjalani hidup, dengan mencontoh kehidupan Rasulullah dan terus berupaya meningkatkan kualitas iman, ilmu, dan amal kita di jalan-Nya.
Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk menjadi hamba yang bersyukur dalam setiap keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H