Dengan gaya penuh filosofi, temannya menjawab, "Mungkin benar, tapi pertanyaan pentingnya adalah: standar internasional itu sebenarnya diukur dari integritas atau dari sehelai kain? Karena kayaknya, kita belum sepakat soal itu."
Satu orang lagi menimpali sambil tertawa, "Kalau benar hijab jadi soal besar, mungkin berikutnya kita lihat dokter yang diwajibkan pakai jas mahal dan sepatu kulit untuk operasi, biar kelihatan lebih kredibel!"
Akhirnya, mereka semua sepakat, bahwa masalah hijab di rumah sakit itu bukan soal seragam atau penampilan, tapi soal bagaimana kita memahami konsep internasional yang sesungguhnya. Dan di tengah tawa mereka, terselip pesan reflektif: "Kalau generasi Z udah bicara soal AI, masa kita masih sibuk debat soal hijab? Ayo dong, kita bicarakan masa depan, bukan kembali ke masa lalu."
Cerita ditutup dengan imajinasi liar yang mengundang tawa. "Kalau standar ganda ini terus terjadi, mungkin kita harus siap lihat dokter yang ujian praktek sambil berjalan di atas catwalk. Jangan lupa, pasien yang datang juga dinilai dari outfit mereka. Kalau pakai batik, mungkin langsung dikasih diskon khusus!"
Di balik canda, tersirat kritik yang tajam. Bagaimana mungkin, di tengah kebhinekaan dan kemajuan teknologi, kita masih terjebak dalam masalah-masalah sepele seperti penampilan luar? Mungkin saatnya kita benar-benar bergerak menuju standar yang rasional - bukan hanya internasional di kata, tapi juga di makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H