Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Dokter Fashion Week: Ketika Operasi Jadi Ajang Catwalk

7 September 2024   20:57 Diperbarui: 7 September 2024   21:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau dokter operasi pakai jas dan dasi, atau jaket kulit branded, mungkin pasien diberi saran gaya, bukan diagnosis!|Foto: boymeetfashion.com

Dengan gaya penuh filosofi, temannya menjawab, "Mungkin benar, tapi pertanyaan pentingnya adalah: standar internasional itu sebenarnya diukur dari integritas atau dari sehelai kain? Karena kayaknya, kita belum sepakat soal itu."

Satu orang lagi menimpali sambil tertawa, "Kalau benar hijab jadi soal besar, mungkin berikutnya kita lihat dokter yang diwajibkan pakai jas mahal dan sepatu kulit untuk operasi, biar kelihatan lebih kredibel!"

Akhirnya, mereka semua sepakat, bahwa masalah hijab di rumah sakit itu bukan soal seragam atau penampilan, tapi soal bagaimana kita memahami konsep internasional yang sesungguhnya. Dan di tengah tawa mereka, terselip pesan reflektif: "Kalau generasi Z udah bicara soal AI, masa kita masih sibuk debat soal hijab? Ayo dong, kita bicarakan masa depan, bukan kembali ke masa lalu."

Cerita ditutup dengan imajinasi liar yang mengundang tawa. "Kalau standar ganda ini terus terjadi, mungkin kita harus siap lihat dokter yang ujian praktek sambil berjalan di atas catwalk. Jangan lupa, pasien yang datang juga dinilai dari outfit mereka. Kalau pakai batik, mungkin langsung dikasih diskon khusus!"

Di balik canda, tersirat kritik yang tajam. Bagaimana mungkin, di tengah kebhinekaan dan kemajuan teknologi, kita masih terjebak dalam masalah-masalah sepele seperti penampilan luar? Mungkin saatnya kita benar-benar bergerak menuju standar yang rasional - bukan hanya internasional di kata, tapi juga di makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun