Kehidupan dunia sering kali memperdaya kita dengan janji-janji palsu kebahagiaan. Banyak orang yang tersesat, terjebak dalam lingkaran setan materialisme, hedonisme, dan egoisme. Semua ini adalah fatamorgana yang menipu mata hati. Di sinilah pentingnya kita selalu mengingat pesan dari sahabat Nabi, bahwa dunia akan terputus dan tempat kembali kita hanya kepada Allah SWT. Kita perlu senantiasa berdoa kepada Allah agar tidak condong kepada dunia dan selalu ingat akan akhirat yang kekal.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati).'"
Jika dunia bukan negeri domisili dan tempat yang abadi bagi orang Mukmin, maka orang Mukmin harus bersikap dengan salah satu dari dua sikap: Pertama, seperti orang asing yang menetap di negeri asing dan obsesinya (tujuan dan cita-citanya) ialah mencari bekal untuk pulang ke tanah airnya. Kedua, seperti orang musafir yang tidak menetap sama sekali, dia terus melanjutkan perjalanannya siang dan malam menuju negeri abadi.
Nasihat ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap zuhud terhadap dunia, yaitu tidak terikat dan menjadikannya sebagai tujuan utama. Dunia hanya sarana, bukan tujuan. Seorang musafir yang bijak tidak akan memberatkan dirinya dengan beban yang tidak perlu selama perjalanannya.
Penutup: Meraih Kebahagiaan Abadi
"Jangan tertipu oleh gemerlapnya dunia yang fana. Jadikanlah dunia ini sebagai ladang amal untuk akhirat, dan pilihlah yang abadi agar kehidupan kita diberkahi di dunia dan di akhirat."
Saudaraku, marilah kita merenungkan kembali tujuan kita di dunia ini. Apakah kita ingin mengejar yang fana, ataukah kita ingin meraih yang abadi? Pilihan ada di tangan kita, tetapi ingatlah bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi. Mari kita jadikan dunia ini sebagai ladang untuk menanam amal shalih, dan akhirat sebagai tujuan akhir kita yang sebenarnya.
Dengan memilih dan memprioritaskan yang abadi, kita tidak hanya akan meraih kebahagiaan di dunia ini, tetapi juga kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.
Wallahu a'lam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H