Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Kebahagiaan Abadi: Pilihlah yang Menentukan Nasib Akhiratmu

1 September 2024   06:07 Diperbarui: 1 September 2024   06:18 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kejar akhirat dengan dunia, bukan dunia dengan akhirat. | Foto: Instagram @wonderlandgilit

Di tengah gemerlap dunia yang fana, terkadang kita terlena oleh godaan kemewahan dan kemegahan yang sesaat. Dunia seakan menjadi segalanya, menggoda setiap jiwa untuk mengejarnya dengan segala cara. Namun, di balik keindahannya yang memukau, dunia ini hanyalah persinggahan sementara.

Dalam peringatan yang begitu mendalam, sahabat Nabi, 'Utsman bin Affan rodhiyallahu 'anhu, menyampaikan sebuah nasihat yang begitu berharga, "Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberikan dunia kepada kalian agar kalian dapat mencari akhirat dengannya, dan tidaklah Allah memberikan dunia agar kalian condong kepadanya. Sungguh, dunia akan binasa sementara akhirat akan abadi..."

Dalam kutipan tersebut, tersimpan sebuah pesan penting: Pilihlah dan prioritaskan yang abadi. Kehidupan dunia ini ibarat bayangan yang berlari. Semakin kita kejar, semakin ia menjauh. Namun, jika kita berfokus pada akhirat yang kekal, dunia akan datang dengan sendirinya, karena dunia hanyalah alat, bukan tujuan. Seperti seorang musafir yang menempuh perjalanan jauh, kita hanya singgah sejenak di dunia ini untuk mengumpulkan bekal bagi perjalanan yang lebih panjang, yaitu akhirat.

Mengapa Memilih yang Abadi ?

Di antara pilihan yang kita hadapi setiap hari, ada dua yang paling mendasar: dunia dan akhirat. Dunia ini, dengan segala kenikmatannya, memiliki batas waktu. Kesejahteraan, kekayaan, dan ketenaran yang kita kejar hanyalah sementara. Semua akan hilang seiring waktu, ditelan oleh ketidakpastian hidup. Sedangkan akhirat, adalah tempat kembalinya segala sesuatu. Semua amalan, perbuatan, dan niat akan ditimbang dan dinilai di sana.

Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim menyampaikan dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-, bahwasannya Rasululullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah mengatakan,
Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.

Kita perlu merenung, mengapa kita berusaha begitu keras untuk sesuatu yang fana dan sementara? Mengapa kita tidak berinvestasi lebih pada sesuatu yang abadi dan kekal? Pilihan ini bukan hanya soal prioritas, tetapi juga soal hikmah dan pemahaman tentang tujuan hidup kita di dunia ini.

Memanfaatkan Dunia untuk Akhirat

Allah SWT tidak menciptakan dunia ini sia-sia. Dunia adalah ladang amal untuk akhirat. Ia adalah tempat kita menanam benih-benih kebaikan yang akan kita tuai hasilnya di kehidupan selanjutnya. Dalam hal ini, dunia harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk meraih ridha Allah SWT. Seperti yang disampaikan oleh ‘Utsman bin Affan, janganlah dunia membuat kita sombong, dan jangan pula menyibukkan kita dari yang abadi. Dunia ini hanyalah jembatan, dan kita tidak boleh membangun rumah di atas jembatan.

Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti kita harus pandai-pandai membagi waktu dan perhatian kita. Misalnya, dalam bekerja, kita harus memiliki niat yang lurus, bekerja bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk beribadah kepada Allah SWT. Begitu juga dalam setiap aktivitas kita, baik itu dalam berkeluarga, bermasyarakat, atau berbisnis, semuanya harus dilandasi dengan niat untuk mencari ridha Allah dan menggapai akhirat.

Menghindari Tipu Daya Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun