Saya hanya tersenyum, saat ada guru yang dari luar kota bercerita dengan semangat empat-lima tentang pengalamannya di sekolah. Panjang lebar ia pun bercerita bagaimana tips agar keberadaannya di sekolah disukai oleh siswa-siswanya. Ironisnya, itu telah ia lakukan puluhan tahun di sekolahnya.
Ya, tak bisa dipungkiri sebenarnya, dalam dunia pendidikan seringkali kita mendengar betapa pentingnya menjadi guru yang disukai oleh murid-murid. Popularitas di kalangan siswa sering kali dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan seorang guru.
Namun, apakah cukup hanya menjadi guru yang menyenangkan? Apakah menjadi seorang guru yang disukai murid adalah tujuan akhir yang harus kita kejar?
Artikel ini akan mengajak kita untuk merenungkan lebih jauh, menembus lapisan-lapisan superfisial dari konsep "guru yang disukai" dan menggali makna sejati dari seorang pendidik.
Jangan Hanya Jadi Guru yang Menyenangkan dan Populer Saja
Menjadi guru yang populer di kalangan siswa memang penting, namun hal ini tidak seharusnya menjadi satu-satunya tujuan kita. Terlalu fokus pada upaya untuk menjadi disukai dapat membuat kita melupakan tujuan utama pendidikan: membentuk karakter, memberikan ilmu yang bermanfaat, dan menanamkan nilai-nilai moral serta spiritual yang kokoh.
Seorang guru yang hanya berfokus pada popularitas mungkin cenderung menghindari memberikan tantangan kepada siswa atau mengurangi standar akademik demi mendapatkan simpati. Hal ini tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga mencederai integritas seorang pendidik.
Mengutamakan popularitas di atas kualitas bisa berujung pada pendekatan yang dangkal dalam mengajar. Seorang guru yang benar-benar berkomitmen untuk kebaikan murid-muridnya tidak akan takut untuk memberikan tantangan, menegur dengan penuh kasih sayang, atau memberikan tugas yang mungkin tidak disukai oleh siswa, tetapi memiliki nilai pendidikan yang tinggi.
Karena itu, penting untuk menyadari bahwa menjadi guru yang disukai saja tidaklah cukup. Kita harus melangkah lebih jauh dan menjadi guru yang benar-benar dicintai, dihormati, dan dipercaya.
Jadilah Guru yang Dicintai, Dihormati, dan Dipercaya
Untuk menjadi guru yang dicintai, dihormati, dan dipercaya, kita harus melampaui ekspektasi umum. Cinta, rasa hormat, dan kepercayaan tidak dapat dibeli dengan kesenangan atau popularitas semata; mereka harus diperoleh melalui dedikasi, ketulusan, dan integritas. Dan tak jarang, dengan air mata.
Guru yang dicintai bukanlah mereka yang selalu memberikan kemudahan. Tetapi, mereka yang memberikan perhatian, mendengarkan dengan penuh kesabaran, dan memberikan dukungan moral serta spiritual di setiap langkah perjalanan pendidikan siswa.
Guru yang dihormati adalah mereka yang memiliki otoritas, bukan otoritarianisme; yang bisa menyeimbangkan antara disiplin dan kasih sayang. Seorang guru yang dihormati tidak mendikte, tetapi menginspirasi. Dia adalah teladan hidup yang menunjukkan bagaimana menjalani hidup dengan integritas dan kebaikan.
Kepercayaan, di sisi lain, dibangun melalui konsistensi dan ketulusan. Murid-murid harus merasa bahwa gurunya adalah seseorang yang dapat mereka andalkan, seseorang yang akan selalu ada ketika mereka membutuhkan bimbingan. Baik dalam konteks akademik, maupun dalam tantangan hidup yang mereka hadapi.
Jadilah Guru yang Membawa Anak Didiknya Kian Mendekatkan Diri kepada Allah yang Menggenggam Setiap Hati
Penting bagi seorang guru untuk tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada perkembangan spiritual anak didiknya. Dalam perspektif pendidikan modern, pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga transformasi hati dan jiwa. Guru yang baik adalah mereka yang membantu murid-muridnya untuk mengenal dan mencintai Allah, Sang Pencipta. Ini berarti mengajarkan nilai-nilai yang mendekatkan siswa kepada Allah, seperti kejujuran, keadilan, ketulusan, dan kasih sayang.
Guru yang mendekatkan murid-muridnya kepada Allah akan selalu berusaha menanamkan dalam diri siswa rasa cinta kepada Sang Pencipta. Ini bisa dilakukan melalui teladan perilaku yang mencerminkan ajaran agama, seperti berakhlak mulia, bersikap adil, dan menanamkan nilai-nilai spiritual dalam setiap pelajaran.
Dengan demikian, seorang guru menjadi tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing spiritual. Ia mengarahkan siswa kepada pemahaman bahwa segala ilmu adalah bagian dari kebesaran Allah.
Kriteria Guru yang Dicintai, Dihormati, dan Dipercaya
Untuk menjadi guru yang dicintai, dihormati, dan dipercaya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi:
1. Ketulusan dan keikhlasan. Seorang guru yang tulus dalam mengajar dan ikhlas dalam memberikan ilmunya akan selalu dicintai oleh murid-muridnya. Ketulusan ini tampak dalam setiap perkataan dan perbuatan, yang selalu memancarkan niat baik dan keinginan untuk membantu siswa berkembang.
2. Keahlian dan kompetensi. Guru yang memiliki pengetahuan mendalam di bidangnya dan mampu menyampaikannya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami akan selalu dihormati. Kompetensi ini mencakup tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga kemampuan pedagogis dan interpersonal.
3. Konsistensi dan keadilan. Seorang guru yang adil dan konsisten dalam menerapkan aturan serta memberikan penilaian akan membangun kepercayaan. Murid-murid perlu merasa bahwa mereka diperlakukan secara adil dan tidak ada diskriminasi dalam penilaian atau perlakuan.
4. Empati dan pengertian. Guru yang dicintai adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk memahami perasaan dan kebutuhan siswa. Dengan empati, seorang guru dapat lebih mudah menjalin hubungan yang kuat dengan siswa, membuat mereka merasa dihargai dan didengar.
5. Dedikasi dan komitmen. Guru yang menunjukkan dedikasi tinggi terhadap profesinya dan komitmen untuk terus belajar dan mengembangkan diri akan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Dedikasi ini menunjukkan bahwa mengajar bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan hidup.
Penutup
"Menjadi guru yang disukai saja tidaklah cukup; jadilah guru yang dicintai, dihormati, dan dipercaya karena ketulusan, keikhlasan, dan integritas. Guru yang baik tidak hanya mengajar dengan kepala, tetapi juga dengan hati - membimbing siswa tidak hanya untuk dunia, tetapi juga menuju kedekatan dengan Allah yang menggenggam setiap hati."
Menjadi guru yang disukai mungkin merupakan langkah awal yang baik, tetapi hal itu tidak seharusnya menjadi tujuan akhir. Seorang guru harus selalu berusaha untuk menjadi lebih dari sekadar populer di kalangan siswa.
Dengan menekankan ketulusan, keahlian, konsistensi, empati, dan dedikasi, seorang guru dapat menjadi figur yang dicintai, dihormati, dan dipercaya. Guru seperti inilah yang akan mampu membimbing anak didiknya tidak hanya menuju kesuksesan akademik, tetapi juga mendekatkan mereka kepada Allah yang menggenggam setiap hati.
Sebagai seorang guru, kita memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya mengajar dengan kepala, tetapi juga dengan hati - mengajar tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H